Advertising by :

Advertisement

Thursday, February 2, 2012

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

Disclaimer : standard applied, always and always forever ever sever MASASHI KISHIMOTO. Tapi Hatake Kakashi adalah suami radna, ga percaya? tanya deh sama KUA nya Konoha XD

Genre : parody, humor.

Rate : ambil aman, T saja! (insyaf pake M :p )

Warning(s) : misstypos (nothin's perfect, right?), tidak ada EYD (ah aku ga pinter bahasa Indonesia!) OOCs (super OOCs), tidak jelas, tidak lucu, garing, bikin kecewa dan lain-lain (radna sudah memperingatkan lho yaa)

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

by RadnaRadno

"setiap orang memiliki kesabaran dalam menghadapi masalah masing-masing, tetapi ada kalanya orang tersebut sampai pada batasan kesabarannya dalam menghadapi suatu masalah sehingga membuatnya melupakan batasan kesabaran dan berubah menjadi emosi yang memuncak.
aku pun sama, aku sudah menggunakan kesabaranku untuk menghadapi sebuah masalah, dan kesabaranku itupun sudah mencapai batasnya, tetapi aku bukan tipe orang yang akan menggunakan emosi sebagai penyelesaian masalah.
aku lebih memilih 'menghapus' atau 'menghilangkan' pokok permasalahan yang menguras kesabaranku itu agar semuanya kembali tenang.
hah tentunya kalian tau apa yang kumaksud dengan kata-kataku diatas, bagi yang tau aku harap bisa menyikapi dengan baik.
bagi yang belum atau tidak tau hmm biarlah tetap menjadi ketidaktauan.
semoga para orang-orang anonymous yang menginginkan aku menghilangkan pokok permasalahanku sekarang bisa tersenyum senang dan penuh kemenangan, aku tidak benci, dendam ataupun marah tapi aku hanya berpesan tetaplah kalian jadi manusia yang baik dan berharga bagi orang disekitar kalian, karena akupun mencoba melakukan hal yang sama :)
seperti kata-kata favoritku :
seberapa kuat dirimu, jangan pernah menanggung semuanya sendirian niscaya kau akan gagal - Uchiha Itachi.
ternyata aku memang tidak kuat menanggung sesuatu yang menurutku adalah sesuatu yang perlu aku pertanggung jawabkan dengan baik dan benar, karena dari itu aku berterimakasih kepada orang-orang yang bisa membuatku tersenyum dan membantuku memikul tanggung jawab walaupun secara tidak langsung (semoga kalian membaca ini),
juga untuk 'kitsune murasaki is a little monster' kamu orang baik yang selalu berkata-kata positif buat aku,
kalau kita ketemu kita pasti bisa jadi teman baik, teman curhat, teman ngobrol yang asik . terimakasih ya hime :)
dan sederet nama lainnya yang maaf aku tidak bisa menyebutkan satu-persatu (aku ga hapaal T.T ada absensi?)
yah, hidup hanya satu kali kita nikmati saja semua hal yang terjadi :)
JUST DON'T WALK IN THE JUDGE,
EVERYPEOPLE HAVE A BAD MISTAKE, SO HOW HEAVY YOU COULD APOLOGIZE THEM?
tralalalala aku benci formalitas yang terlalu banyak, nyantai hayuk kita nikmatin sebuah fic abal dan gajelas karya penulis amatiran RadnaRadno"


Hari ini adalah hari lebaran, hari penuh kemenangan dan harinya para pemudik pulang ke kampung halaman.

"Leader, semua sudah kumpul," ujar seorang pria bercadar.

"Benarkah? oke get ready ya?" tanya seorang pria mesum berpiercing.

"Osh!" sahut sekumpulan badut konyol yang lupa umur.

Usut punya usut nih ya sebuah organisasi keren bernama Akatsuki yang beranggotakan para Nuke Nin kelas S sedang merencanakan akan pulang ke kampung halaman mereka masing-masing.




Hari ini mereka naik sebuah bis kelas ekonomi jurusan ke semua desa di negara Api.

Wait! kelas ekonomi? NUKE NIN KELAS S naik bis kelas EKONOMI? ga elit banget ya?

Ooh saya tau penyebabnya! Coba tanyakan pada bendahara organisasi itu yang bernama Kakuzu dan kau akan menemukan jawabannya dengan imbalan tukar tambah jantung.

Tapi hari ini para Nuke Nin kece itu tidak akan pulang ke desa masing-masing, lewatkan Iwa, beloklah sebelum Suna, tidak ada jalur ke Taki karena mereka hanya akan pergi ke 1 tujuan, K-O-N-O-H-A!

Yes, Konoha!

Loh kok Konoha? bukannya dari 10 anggota Nuke Nin itu cuma 1 eh 2 orang yang asalnya dari Konoha?

kakang Itachi dan mbah Madara, iya kan?

Atau mungkin semua Nuke Nin itu pindah KTP jadi warga desa Konoha?

Ah, impossib! mister Kakuzu tidak akan mau mengeluarkan uang sepeserpun hanya demi mengganti KTP kewargadesaan.

Lah terus kenapa semua ke Konoha?

Usut punya usut rupanya kesepuluh Nuke Nin itu pingin berlebaran dirumah salah dua anggotanya.

Siapa lagi kalau bukan duet Uchiha, kang Itachi dan mbah Madara.

Wait! kenapa harus dirumah mereka berdua?

Yaah kata anggota Akatsuki minus Itachi dan Madara, hanya rumah Uchiha saja yang sangat layak untuk dikunjungi.

Tau sendiri kan Uchiha?

Mereka tajir, banyak duit, banyak makanan.. bener kan? masa iya Uchiha kere?

Akhirnya dengan sedikit Rinnegan, Shamehada dan penarikan kas secara overdosis, para Nuke Nin itu (dengan terpaksa) diijinkan oleh duet Uchiha untuk berlebaran di Konoha.

Mereka sekarang sudah berada diterminal dan naik bis 'Orocinta Laura-Lanang Ora Wadon Ora' jurusan Konoha.

Setelah bersiap-siap dan membawa seluruh persiapan akhirnya mereka sudah duduk manis didalam bis yang melaju santai.

Mereka duduk sesuai bangku bis yang kiri 2 kanan 3,

Pein-Deidara ~ Konan-Tobi-Sasori

Kakuzu-Hidan ~ Itachi-Kisame-Zetsu.

Perjalanan tenang, aman, nyaman dan mulus semulus pipi Uchiha Sasuke.

Hingga tiba-tiba salah satu anggota organisasi nista itu berdiri dan memulai aksi ke-Nuke-Nin-an mereka,

"Yang karcis yang karcis yang karcis, bayar bayar bayar, bayar atau jantungmu bubar."

Alhasil mendengar ancaman itu para penumpang mau tidak mau harus mau membayar dobel untuk karcisnya, padahal tadi si kondektur asli, cak Kabuto sudah menarik ongkos karcis.

"Leader, karcis!" ujar si penarik karcis bercadar itu pada pria berpiercing leader organisasi Akatsuki.

"Bon," jawab si leader singkat.

"Huh! next, Dei karcis!" si pria bercadar mendengus mendengar jawaban leadernya dan menarik karcis pada bishounen blonde yang duduk disamping leader mesum itu.

"Katsu, un?" tanya si blonde sambil menyerahkan lempung kecil sebesar bulatan merica kepada pria bercadar.

PLAR

Bulatan itu meledak dengan daya ledak yang imut-imut.

"Brengsek, bukan katsu! karcis baka!" maki si pria bercadar.

"Bon juga, un" jawab si bishounen blonde.

"Huh! Konan karcis" lanjut si cadar pada the only beautiful girl on Akatsuki.

Sejenak wanita berambut biru itu menoleh lalu menyerahkan selembar kertas pada penarik karcis.

"Gue minta uang bukan kertas, Konan!" ujar si cadar.

"Terima atau kau yang akan menjadi kertas" jawab si wanita dingin plus deathglare yang lebih mematikan daripada punya si Sas-uke.

Akhirnya dengan desahan serak nan seksi bak Siren Sungkan si cadar berlalu melirik pria bertopeng baygon orange disamping Konan,

"Tobi, karcis.." ujar Kakuzu.

"Karcis? Kau mau bis ini jurusan dimensi Mangekyou, Kaku?" jawab Tobi dengan Sharingan activated.

"E-eh ti-tidak, lupakan.. maaf maaf mbah" ujar Kakuzu, (dia ga sadar dirinya juga mbah ckck).

Cih mbah Madara kan Uchiha, masa Uchiha ditarik duit karcis aja langsung pamer Mangekyou? usut punya usut ternyata mbah Madara eh Tobi mabuk perjalanan saudara-saudara! otomatis dia ganti image jadi mbah Mada biar ga ketauan kalau Tobi-nya mabuk cintaahh dan jandaahh, bagus juga ide si autis!

Akhirnya si mbah Kakuzu beralih kesamping mbah Mada, si baby Akatsuki yang dari ngebrojol sudah imut-imut bahkan sampe tuwir juga tetep aja baby face, Sasori.

"Saso, karcis dobel" ujar Kakuzu sewot.

"Kok dobel mas?" tanya baby face.

"Heh Hiruko lu itu duduknya 3 bangku jadi 1, iya kalau dua hati jadi satu bagus tuh lagunya Gitar Ketawa, nah ini Hiruko? mana ntu Hiruko racunnya nyebar ke penumpang laen, liat tuh tepar SEMUA!" teriak Kakuzu sambil menunjuk kearah Hiruko yang duduk dibelakang dan beberapa pasukan ANBU yang niatnya mau mudik eh malah tepar kena sabetan cinta buntutnya Hiko-Chan.

"Eng- Saso lagi ga punya duit Kuzu, mbah Chiyo ga ngasih Saso sangu lebaran soalnya mbah Chiyo bilang Saso kalau dikasih duit ntar dibuat beli boneka voodo buat ngevoodo mbah, jadi Saso kere sekarang Kuzu.." jawab Sasori dengan baby face sebaby-babynya.

"Heh gue bukan orang bego yang gampang dibegoin Sas! Lu ga punya duit tapi bisa beli gaun baru buat Hiruko, apanya yang kere heh?" jawab Kakuz pada Saso.

"Tapi-"

"Bayar atau jantung elu gue bubarin!"

"Saso ga punya jantung Kakuu.." kata Saso melas.

"Lu punya bego! Kalo kaga mana mungkin hito kugutsu lu idup" bentak Kakuz pada Saso.

"Huh iya deh Saso bayar, dasar rentenir bangkotan!" akhirnya dengan sangat amat sangat super sangat terpaksa Sasori mengeluarkan lembaran uang dari dalam dompetnya.

"Ini, lunas sama Hiruko juga!" ujar Saso pada Kakuz.

"Oke gu- eh duit apa nih Sas? ngapa gambarnya BARBIE GINI HEH?" teriak Kakuz histeris.

"Iya emang itu duit Saso, soalnya Saso ga suka gambar duit yang beredar dipasaran, gambarnya imam benjol, pattinmurah, sukar dan harta, Saso ga kenal sama mereka jadi Saso ganti sama yang gambarnya barbie" jawab Saso-Koi dengan watados-nya.

"Anjing babi kuda paus kucing stoberiii!" Kakuz misuh-misuh dengan kosa kata yang sangat sopan.

"Udah ah, Kakuz sana deh.. Saso pingin muntah kalau kelamaan deket-deket Kakuz.." ujar Sasori.

"Brengsek! gue dimaenin sama bocah jejadian!" serapah Kakuz sambil berlalu mendekati sang uke, Hidan.

Dasar Kakuzu tidak berperikugutsuan dan peribabyfacean pada Sasori!

"Dan, karcis" kata Kakuz pada Hidan.

"Jashin-Sama berka-"

"Stop! gue pusing denger kata-kata Jashin lu! dia idup dimana juga gue gatau, dia lebaran juga kaga ngasih gue duit, stop!" belum sempat Hidan mengucap apa yang ada dilubuk hatinya yang paling dalam, seme Kakuz sudah meracau ke-Jashinan-nya.

"Babi bebek beruang banteng bisooonn!" teriak Hidan dengan lantang, oh tidak dia tidak misuh-misuh dengan kata-kata yang sopan, tapi dia lagi ngeliatin pemandangan hewan-hewan diluar bis.

"Itachi karcis!" ujar Kakuz pada pria sulung Uchiha yang sebelumnya sudah diperdayai dengan over kas.

Kontan yang dipanggil langsung mendongakkan kepala dan menatap Kakuz dengan pandangan penuh cinta,

"Ya?" ujar sulung Uchiha itu dengan Sharingan activated.

"E-eh enggak jadi deh, Ita-Koi ganteng deh~" ujar Kakuz sambil mentowel dagu mulus Itachi.

".." yang ditowel cuma diem aja, masa mau bales nowel? dimana harga diri sebagai Uchiha? padahal si Ita-Koi sudah ngebet banget nowel Kakuz dilandasi api cinta amaterasu yang membara-bara.

Usut punya usut ya Itachi memang ga sengaja mengaktifkan Sharingannya, why? alasan klasik doong Itachi MABUK CINTA PADA KAKUZ eh MABUK PERJALANAN!

ckck apakah semua Uchiha hobi mabuk? jangan ditiru ya anak-anak mabuk itu tidak baik kecuali mabuk janda dan mabuk cinta wekekek XD .

"Kisame karcis" ujar Kakuz pada Kisa.

"Ng-" Kisame tidak dapat berkata apa-apa karena terpesona oleh Kakuz, eh nggak juga ding!

Kisame, dia.. wajahnya berubah menjadi biru sebiru tenda biru!

Eh, memang wajahnya Kisa warnanya biru yaa -.-

"Karcis Hoshikagi Kisame!" ulang Kakuz pada Kisa.

"Ng-" Kisame tetap bergeming.

"Kau tidak apa-apa Kisame-San?" tanya Itachi yang duduk disamping Kisame.

"Ng-" Kisame tetap terdiam dan hanya ber-NG ria.

"Wajahmu pucat, apa kau baik-baik saja Kisame-San?" tanya Itachi sambil mengelus sesuatu yang saat ini berwarna putih pucat- Shamehada-nya Kisame!

What the?

"I-itachi-San, yang kau sentuh itu Shamehada" ucap Kisame pelan.

"Oh maaf Kisame-San" ujar Itachi datar, padahal dalemnya sudah malu beraaat tuh.

"Hei sudah cukup adegan yaoi kalian! karcis mana duit?" ujar Kakuz menyela adegan William-Kate nya Ita dan Kisa.

"Ng- a-aku ti-tidak punya uang" ujar Kisa.

"Halah akting! kaga punya duit tapi bisa beli baju lebaran buat Shamehada!" ujar Kakuz.

"Ng-" Kisame terdiam, wajahnya semakin biru!

Apa jangan-jangan Kisame ingin membuat video klip tenda biru?

Ah masa sih...

"Kisame-Senpai tidak apa-apa? Senpai wajahnya biru begitu" ujar Tobi yang kini berbalik menengok ke arah bangku belakang.

"Ng-" Kisame tetap NG-ria.

"Kisame! kau mabuk ya?" tanya Konan yang kini ikut-ikutan nengok ke arah belakang.

"A-aku ti-tidak kuat" ucap Kisame pelan.

"Antimo, mana antimo!" teriak Konan.

"Tidak ada," jawab Kakuz singkat.

"What? bukannya aku sudah bilang padamu untuk beli antimo Kuz?" tanya Konan.

"Boros, tepuk punggungnya aja pake Shamehada ntar juga baikan" ujar Kakuz enteng.

What? makin gila aja nih bendahara...

JDUAK

Kakuzu kini tepar dihajar Shamehada oleh Kisame,

"Woi rentenir mata kodok bangkotan! lu kira gue apaan main tepuk aje pake Shamehada, mampus lu tepar" ujar Kisame esmosi.

"Sabar Kisame-Senpai" ujar Tobi.

Akhirnya dengan keteparan akut yang dialami bendahara kita maka perjalanan kembali mulus semulus pahanya Ton-Ton.

Akatsukis kembali menikmati keindahan pemandangan perjalanan mereka, tapi tiba-tiba..

"P-L-A-Y B-O-Y B-O-Y, lihat Kurenai belok, lihat si Anko belok sampe mpok Konan gak ditengok. Ino piggy deketin, Karin bohai jabanin, Konan terus yang dimainin... Apa sekarang Pein sudah jago akting? Apa Konan salah bila andalkan cintaaaaaaaa... Gak gak gak kuat, gak gak gak kuat Konan gak kuat sama playboy playboy, gak gak gak level gak gak level Konan gak levek sama cowok piercingan..." sebuah suara cempreng nan seksi mengalun merdu dari 3 mulut seorang bishounen blonde yang berobsesi menjadi anggota Girls Generation.

"Waoo Senpai keren, go Senpai!" teriak mbah-mbah baygon rasa orange.

"Kemon baby, kita joget bersama-samaaa" teriak bishounen itu.

"Mengapa hatiku cenat-cenut tiap ada Danna, selalu katsuku meledak tiap dekat Danna.. Mengapa salah tingkah tiap dilirik Danna, selalu otakku beku tiap memikirkan Danna.. Kenapa tiga lidahku kelu tiap Danna panggil aku, selalu tubuhku lunglai tiap Danna bisikkan cintaa.. Danna suka main towel.. oh Dannaku, oh kugutsu ku, oh cintaku..." bishounen Dei-Chan itu menyanyi dengan semangat sambil menowel-nowel babyface Sasori, yang ditowel? wah sudah nosebleed akut saudara-saudara..

tidakkah Sasori no Danna ingat Dei-Chan itu punya burung eh?

"Konan-Senpai, Tobi kebelet pipiis" ujar baygon rasa orange.

"Aduh, bagaimana ya Tobi, bisnya tidak mungkin berhenti sebelum sampai di Konoha.. Tobi tahan ya?" bujuk Konan pada Tobi.

"Ti-tidak bisa Senpai, su-sudah diujung..." rengek Tobi pada Konan.

"Aduh bagaimana ya Tobi, tidak bi-"

CURRR

Kata-kata nona origami itu diinterupsi oleh bunyi yang sangat mengejutkan,

"Tobi kau NGOMPOL?" tanya Konan histeris pada Tobi disampingnya.

"Uh ti-tidak Sen-"

"Kau tau tidak kalau pipis semba-"

CURRRR

"TOBII! kau benar-benar anak na-"

CURRRR

"Se-senpai, bukan Tobi yang curr curr daritadi.. tapi Itachi-Senpai yang ngecurr" ujar Tobi sambil menunjuk-nunjuk Tachiko yang sedaritadi ngecurr melulu.

What? Uchiha Itachi ngecurr?

Masa iya Uchiha ngompolan?

"I-itachi-San, kau ngompol?" tanya Konan sambil menoleh perlahan kebelakang, sungguh dia tidak kuasa menerima kenyataan bahwa pria setampan dan se-cool Itachi adalah tukang ngompol! hancur sudah rasa kagumnya pada sulung Uchiha itu, duh segitunya mpok..

"Tidak," jawab Itachi sambil tetap ngecurr.

CURRR

Konan membelalakkan mata ketika menatap apa yang dilakukan master Sharingan itu..

Saudara-saudari ternyata Itachi sedang ngecurrin sesuatu ke dua orang yang duduk disampingnya!

Ya, pada Kisame dan Zetsu!

Waoo apa yang sebenarnya dilakukan Uchiha satu ini?

Apa dia tidak takut dicincang Shamehada dan dilalap duo Zetsu?

"I-itachi kau.." Konan gagap seperti Hinata, hmm mungkin mister Hiashi mau mengangkatnya menjadi Hyuuga Konan?

"Kisame-San dehidrasi karena terlalu lama berada didarat, dia butuh air untuk tetap hidup. Zetsu-San juga perlu disiram air, dia butuh air untuk fotosintesis" jelas Itachi.

"Eh, lalu apa yang kau siramkan pada mereka itu?" tanya Konan masih kebingungan.

"Zetsu-San butuh mineral yang banyak untuk fotosintesis, jadi kusiram dia dengan air pipis Manda agar mendapatkan nutrisi cukup untuk berfoto ria. Sedangkan Kisame-San adalah spesies penghuni laut, dia membutuhkan air dengan kadar garam tinggi, tetapi aku tidak suka air garam, aku suka yang manis-manis jadi kusiram dia dengan air gula, agar Kisame-San juga terlihat lebih manis.." jawab Itachi dengan datar dan tampang watados.

Ini Uchiha pinter bener, tapi kok rada senewen ya?

Konan dan Akatsukis lain yang mendengar jawaban Itachi hanya bisa cengo.

Kasian Zeze mimim pipisnya Manda, pantesan belangnya tadi jadi polkadot gitu agaknya dia alergi pipis ular..

Tapi berkat Zeze yang berfotosintesis maka pasokan oksigen didalam bis bisa meningkan dan mengakibatkan udara menjadi sejuk, Zeze pengorbananmu kami junjung tinggi!

Kasian juga Kichame, dia jadi lengket dan megap-megap akibat air gulanya Tachiko, ah ga pa-pa Kicha, demi make over agar terlihat lebih manis dihadapan yayang Ita apasih yang enggak?

Sedangkan Tobi? setelah dibantu Itachi menggunakan Mangekyou Sharingan maka Tobi bisa pipis dengan lega di dimensi lain, ckck ide nista tapi patut dicoba!

Akhirnya setelah semua kejadian nista yang dialami Akatsukis, perjalanan mudik ke Konoha bisa dilanjutkan dengan aman, tenang dan sentausa.

Semoga mereka semua menjadi makhluk yang sakinah, mawadah dan warrahmah...

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

"Pemberhentian terakhir, Konohagakure. Bagi penumpang yang hendak turun diharapkan bersiap-siap dan jangan lupa barang bawaan anda masing-masing dan oh iya bawa juga serta dosa-dosa anda!" teriak supir bis, Suigetsu.

Kontan para Akatsukis yang tadinya mau turun dan meninggalkan dosa di bis akhirnya balik lagi dan mengambil dosa mereka.

Pein dosanya majalah bokep yang tadinya sih mau ditinggal biar ga ketauan Konan, masa lebaran baca bokep? mau ditaruh mana piercingnya nanti?

Dei ngambil dosanya yakni ninggalin lempungnya yang sudah kena liur mulut ditangannya yaiks!

Konan dosanya ninggalin Tobi yang ternyata tepar setelah dibius Konan pake baygon biar ga tanya-tanya melulu, ckck nista juga ternyata mpok Konan nih..

Tobi dosanya? hadah jangan ditanya deh, coba liat pulau Madagaskar yang tercipta akibat banjir lokalnya Tobi..

Sasori mah jelas, dia mau ninggalin Hiruko gitu aja katanya sih kalo bawa-bawa Hiruko ntar dia ga dapet sangu lebaran dong, kan dikira Hiko-Chan sudah tuwir..

Hidan dosanya ninggalin Kakuzu yang masih tepar, katanya sih dia pingin ganti seme!

Kakuzu dosanya? waduh banyak! liat deh jantung-jantungnya yang pada kececeran dilantai bis, dikira pasar daging apa?

Itachi mah jelas, dia ninggalin Kichame sama Zeze yang tepar akibat ulahnya, kata dia mah masa Uchiha gotong-gotong hiu sama VFT? bisa ngabur semua fansnya..

Kichame mah dia ninggalin dosa dengan ninggalin dirinya sendiri didalem bis, katanya sih dia hiu penuh dosa (nyadar juga akhirnya).

Zetsu? ah coba liat deh bangkunya Zeze, paling banyak dosanya! ada pupuk kandang, pupuk organik, tanah humus, cacing de-el-el katanya sih tadi dibuat fotosintesis, dasar tanaman..

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

"Permisi, spada, haloo, anybody home?" teriak Akatsukis didepan kediaman Uchiha.

GREEEKK

Fusuma berlambang Uchiwa itu terbuka, lalu muncullah sesosok pria tampan berpantat ayam,

"Siapa?" tanya pria itu dingin.

"Otouto, kau lupa pada aku?" sulung Uchiha Itachi maju kedepan.

"Oh, kau tukang bantai, mau apa?" tanya pria raven itu dingin.

"Silaturahmi dong Otouto, masa lebaran ga silaturahmi? aku sadar aku banyak dosa, jadi aku pingin minta maaf," ujar Tachiko dengan nada datar yang melas.

"Mereka siapa?" tanya si raven lagi.

"Loh masa ga kenal? mereka ini-"

"Sudah tau, masuk" ujar raven itu lagi.

Akhirnya Akatsukis masuk kedalam rumah Uchiha yang besar dan mewah itu, tapi dalam lubuk hati mereka yang paling dalam mereka was-was tingkat Jashin.

Masuk kerumah Uchiha yang dihuni salah satu musuh?

mereka pasti pingin ngincipin sambaran Kirin..

"Sasuke," panggil Itachi lembut.

"Hn," pria pantat ayam yang dipanggil Sasuke itu menyahut.

"Aku kangen," ujar Itachi sambil berlari memeluk adiknya yang berjarak hanya 2 meter dari tubuhnya.

"Aku benci kau!" ucap Sasuke dingin.

Itachi menghentikan langkahnya yang kurang 5cm lagi dan membuka mulutnya,

"Ke-kenapa Otouto?" tanya Itachi bingung.

Heh apa Tachiko lupa siapa yang ngebantai emak bapaknya Sasuke? kok pake tanya kenapa..

"Karena kau.." ucap Sasuke tertahan.

"Karena aku kenapa Sasu?" tanya Itachi tetap watados.

"Karena kau.. TIDAK MEMBERIKU SALAM TEMPEL LEBARAN!" teriak Sasuke over OOC.

"E-eh salam tempel?" tanya Itachi stay watados.

"Semua temanku dapat salam tempel lebaran dari keluarganya, sedangkan aku? aku hanya dapat dari fansgirls dan warga desa! mana kakakku yang harusnya memberiku salam tempel?" teriak Sasuke OOC.

"E-eh oh iya aku lupa, ini salam tempel untukmu Sasu-Chan" ucap Itachi genit-genit manja sambil mengulurkan tangannya yang menggenggam sesuatu.

Wajah stoic Sasuke berubah jadi sumringah bak Naruto yang menang undian ramen gratis setahun.

"Nii-San kau tidak perlu repot-repot.." ucap Sasuke malu-malu Manda sambil tetap mengulurkan tangan pada Itachi (serakah ya Uchiha satu ini?).

Lalu Sasuke menggenggam tangan Tachiko erat, tiba-tiba,

"BRENGSEK KAU BAKA ANIKI!" teriak Sasuke histeris, karena hmm tangannya terkena lem altecong-nya Itachi!

"Katanya salam tempel? ini kan salam tempel Otouto cayang, kita bisa terus menempel selamanya," ucap Tachiko inosen.

Sasuke shock, Tachiko senyum bahagia, Akatsukis ternganga seperti Lady Gaga.

"Sudah-sudah, ini kan lebaran ayo kita saling maaf-maafan.. bentar lagi kita kan kunjung-kunjung ke rumah tetangga, ayo kita saling minta maaf" ujar si ketua Pein (sok) bijak.

Semua Akatsukis hampir mati karena shock mendengar kata piercingman mesum itu.

"Kalian semua kenapa memandangku seperti itu?" tanya Pein.

"Ka-kau serius Pein?" tanya Konan setengah merinding, soalnya terakhir kali Pein berkata-kata bijak hasilnya membuat Manda dan Gamabunta menikah dan menghasilkan anak berupa Hachibi.

"Serius cayang, nah ayo kita nikmati hari-hari lebaran kita di Konoha" ujar Pein.

Akatsukis plus Sasuke duduk ditengah-tengah ruang keluarga Uchiha.

Hening.

Semua diam tanpa berani angkat suara.

Secara se-geng 10 orang Nuke Nin kelas S ditambah 1 orang Nuke Nin ganteng yang (sok) keren, kalau saling ngomong trus ada yang kesinggung, wah apa ada yang mau dibantai pake jurus andalan?

Kita pun pasti merinding, hening dan mencekam kalau berada ditengah-tengah mereka, eh kita? kalian aja kalii, radna kan dilindungin Sasuke-Koi hahahaha #PLAK.

"Eng- Sasuke, kau puasa, un?" tanya Deidara berusaha mencairkan suasana.

"Puasa," jawab Sasuke singkat dan dingin.

'Huh karena ini aku benci Uchiha' batin Dei-Chan, tau sendiri kan Deidara benci setengah mati sama yang namanya Uchiha...

Alasannya? ah masa gatau sih, kan Dei-Chan dulu pernah DITOLAK Itachi pas nembak didepan gang kelinci, demi Kisame, Itachi mencampakan gadis secantik Deidara, oh sungguh kisah yang mengharukan...

"Puasanya full engga?" kali ini Sasori angkat bicara, dia ga yakin puasanya Sasuke full, sebenernya sih dia pingin pamer soalnya dia kan puasanya full 20 taun ga makan-makan!

hebat kan? oh jelaas dia kan kugutsu..

"Full," jawab Sasuke singkat (lagi).

"Sasuke puasa sahurnya pakai apa? ada yang masakin?" kali ini mpok Konan angkat bicara.

"Tomat," jawab Sasuke lagi-lagi (sok) singkat.

Sumpah deh ya ini Uchiha satu belagu amat deh, hemat banget sama kata-kata!

Kayaknya Haruno Sakura mesti mikir 2 kali sebelum punya niat nikah sama Uchiha Sasuke, lah ntar kalau pas ijab kabul kata-kata Sasuke cuma sampe kata 'SAYA', lah SAYA APAAN? saya bego? saya jelek? saya pantat ayam? ah ga jelas nih Uchiha!

"Masa puasanya full sahurnya makan tomat melulu tiap hari?" kali ini Kichame yang angkat suara.

"Ya," jawab Sasuke singkat.

'Uh ini Uchiha belagunya minta ampun! kaga nyadar apa kalau mbahnya autis' batin para Akatsukis.

"Tigapuluh hari makan tomat melulu? Sasuke ga sakit perut?" tanya Zetsu, dia kan pakar ketanamanan.

"Siapa bilang tigapuluh hari?" kali ini kosakata Sasuke bertambah, agaknya dia habis melahap kamus besar kosa kata rumah tangga.

"Lah terus?" tanya Akatsukis kompak.

"Empat hari," jawab Sasuke stay cool.

"E-empat hari? maksudnya jangan-jangan dalam satu minggu puasanya cuma sehari!" seru Pein.

".." Sasuke stay cool.

"Tadi katanya puasa full sahurnya pake tomat kok cuma empat hari, un?" kali ini Deidara protes.

"Empat hari full dan sahurnya tomat terus" jawab Sasuke still stay cool.

GUBRAAK

Ternyata gengsi Uchiha bener-bener gede ya...

"Sudah-sudah jangan mojokin Otouto terus dong, kasian nih ntar pantat ayamnya makin nungging" ujar Itachi ngebelain adiknya, kaga inget apa dia kalo adiknya ntar bakal ngebunuh dia juga?

"Sudah-sudah tradisi lebaran adalah saling meminta maaf, pertama-tama kita harus meminta maaf pada yang paling tua terlebih dahulu" ujar Kisame bijak.

Kontan setelah mendengar kata-kata mutiarahiu Kisame, para Akatsukis segera menoleh pada satu tujuan satu hati satu jiwa!

Mereka berbaris dan..

"Mbah, maafin Pein ya mbah.. Pein pernah jual topeng mbah buat beli majalah biru yang halamannya warna biru semua itu mbah" ujar Pein sambil menggenggam erat dan sujud pada si mbah.

"Mbah.. maafin Konan ya mbah, Konan pernah hampir ngelipet mbah jadi origami gara-gara mbah pernah pake Sharingan pas ngintip Konan mandi" ujar Konan pada si mbahnya sambil sujud-sujud.

"Mbah maapin Saso ya mbah, soalnya Saso sering ngrepotin mbah ngejagain Hiruko terus tiap hari, sampe-sampe mbah tepar kena ekornya Hiko-Chan trus Saso juga minta maap kaga ngerestuin mbah married sama mbah Chiyo" ampun Sasori pada si mbah sambil sujud ampun.

"Maafin Dei juga ya mbah, soalnya Dei sering ngatain mbah autis, bikin mbah nangis, padahal Dei ga bermaksud buruk mbah.. Dei cuma pingin jujur aja sama mbah" rengek Dei pada mbahnya Akatsuki.

"Maafkan Zeze juga mbah, Zeze pernah nyiram mbah pake pupuk kandang, habis Zeze kira mbah pohon jeruk sih, topengnya itu loh" ujar Zeze sambil nunjuk topeng jeruknya si mbah pake VFT nya.

"Maafkan Kisame mbah, Kisame pernah mukul mbah pake Shamehada gara-gara mbah pernah nyoba nggoreng Keyshame" ujar Kisame memohon ampun.

"Maafkan Hidan juga mbah, Hidan pernah ngebujuk mbah ikut aliran Jashin.. tapi mbah masih minat kan?" bujuk Hidan pada mbah Akatsukis itu.

Mbah, semoga dikau tidak terbujuk aliran sesatnya Hidan..

"Mbah, mana duit kasnya? nunggak banyak nih.. sekalian sangu lebaran ya, mbah kan keluarganya kaya tujuh turunan, jangan bilang mbah turunan kedelapan.." ujar bendahara durhaka Akatsukis, Kakuzu.

"Opa, maafkan Itachi ya.. Itachi banyak salah pada Opa.. Itachi pernah tidak mengakui Opa sebagai Opa kandungnya Ita karena Opa autis, maafkan Ita.." ujar cucu asli sedarah seperjuangan mbah Akatsukis, Itachi-Koi (sok elit banget sih mas, manggilnya opa gitu).

Dengan tatapan mata cengo dan mulut jawdrop dibalik topeng baygon rasa orangenya, mbah Akatsuki merenungi pengakuan dosa-dosa cucu eh anggota organisasi nistanya.

Ternyata, segitu banyaknya dosa yang dilakukan anggota organisasi nista itu padanya ckck susah juga ya kalau punya penyamaran jadi anak autis ditengah-tengah para manusia autis aneh yang berkedok Nuke Nin.

"Ehem," mbah yang bernama lengkap Madara Tobi Uchiha atau Tobi Madara Uchiha bisa juga Uchiha Madara Tobi atau juga Uchiha Tobi Madara ah ribet banget namanya ya lupain deh, mbah Madara mulai angkat bicara,

"Kalian semua.." mbah Mada memotong kalimatnya.

Akatsukis harap-harap cemas, jangan-jangan habis gini dimensi lain bakal penuh diisi organisasi Nuke Nin bernama Akatsuki.

Dari balik topengnya mbah Mada mulai membuka mulut,

"Kalian semua.. HUWAAAAAA SENPAI JAHAT SENPAI JAHAT! SEMUA SENPAI JAHAT! kenapa semua bilang Tobi ini mbah-mbah? TOBI KAN ANAK BAIK BUKAN MBAH BAIK HUWAAAAA" mbah Mada menangis histeris.

Wee si mbah kaga inget umur yee?

"E-eh mbah kan sudah tu-"

"Huwaaaaa" ratapan anak Tobiri kembali menggema di kediaman Uchiha.

"Kau bisa diam tidak," sebuah suara dingin nan menusuk hati terucap dari pantat ayam yang berbicara eh itu suara Sasu-Koi..

Akhirnya setelah mendengar suara merdu Saskey, Tobi diam.

Masa mau nangis lagi? mau dipenggal pake Kusanagi?

"Oke, sekarang Akatsukis mari kita dandan yang rapi ya, kita akan berangkat kunjung-kunjung ke desa Konoha" ujar Pein.

Akatsukis mengangguk dan bersiap untuk berdandan.

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

"Assalamualaikum" seru Akatsukis didepan sebuah rumah bertaman bunga yang sangaat indah, rumah keluarga Yamanaka.

"Waalaikumsalam" sahut suara seorang gadis dari dalam rumah, gadis itu membuka pintu dan tiba-tiba..

"KYAAA~ WAALAIKUMSAYAAANG SASUKE-KUN" teriak gadis itu, Yamanaka Ino.

Yang dipanggil hanya menatap dengan sinis.

"Ayo masuk-masuk," ujar Yamanaka Ino ramah.

Akatsukis masuk kerumah keluarga Yamanaka, dan mereka memulai ritual maaf-maafan.

Yang paling pertama dan paling seru minta maaf adalah tentu saja ZETSU!

"Om Yamanaka, maafkan Zeze om.. Zeze sudah ngerusakin kebun tanaman om, sudah ngajak kawin lari bunga bangkai om, sudah menghamili kantung semarnya om.. maafin Zeze ya om.." ucap Zetsu sambil membungkuk dihadapan om Yamanaka.

Om Yamanaka hanya bisa menangis tersedu-sedu dihadapan Akatsukis, oh demi Jashin! Yamanaka Inoichi menangis!

Sayangnya dia menangis bukan karena mendengar permintaan maaf Zetsu, tapi karena saat Zeze membungkuk tidak sengaja Zeze nyemil jari kakinya Inoichi sampe habis!

ckck dasar kanibal.

Akhirnya setelah tragedi tangisan berdarah, Akatsukis mohon pamit, mereka membungkuk meminta maaf lagi dan berjalan menuju pintu keluar sampai sebuah suara memanggil mereka,

"Tunggu!" panggil Inoichi.

"A-ada apa om? Zeze kan sudah minta ampun, sekarang dia juga rela berkorban jadi Venus Fly Trap langka dagangan om" ujar leader Pein heran.

"Ini, om mau bagi-bagi rejeki.. hari raya kan ga afdol kalau ga ada salam tempel" ucap Inoichi.

Kontan saja Akatsukis matanya jadi ijo semua.

"Ini untuk Sasori, ini untuk Sasuke, ini untuk Itachi, dan ini untuk Dei" ujar Inoichi sambil menyerahkan amplop pada keempat geng nero itu..

"Kenapa cuma em-"

BLAM!

Belum sempat Pein protes, pintu rumah om Inoichi sudah dibanting dengan elitnya.

Dengan perasaan dongkol, Pein dan Akatsukis lain yang tidak kebagian jatah salam berjalan kerumah selanjutnya.

Rumah keluarga Nara.

"Assalamualaikum" seru Akatsukis.

"Waalaikumsalam, cih tamu.. medokusei" jawab suara seorang anak laki-laki dari dalam rumah keluarga Nara.

"Halo," sapa para Akatsukis.

"Ada apa?" tanya anak lelaki satu-satunya keluarga Nara, Shikamaru.

"Kami mau lebaraan" ucap Akatsukis bebarengan.

"Oh, masuklah dan jangan merepotkan," ucap Shikamaru malas-malasan.

Aktasukis pun masuk dan duduk diruang keluarga Nara yang banyak mengandung unsur ke-Nara-an, seperti kepala rusa dimana-mana dan poster filem Open Sesame 1 & 2.

"Siapa itu? silahkan masuk dan duduk, ayo dinikmati makanannya," ujar sebuah suara dari dalam rumah.

Akatsukis pun duduk dan menikmati hidangan ditoples, lumayan kan jajan gratis! soalnya tadi dirumah Uchiha juga ga sempet makan, dasar Uchiha pelit.. dirumah Yamanaka juga ga dikasih makan, malah ninggalin Zeze sebagai jaminan..

"Hati-hati sekarang banyak penipuan, ada kue kalengan bermerek tapi ternyata isinya mengecewakan, penipuan sedang marak beredar terutama saat lebaran seperti ini," bisik Itachi pada Sasuke.

Yang dibisikin cuma cuek ayam, dasar pantat ayam!

"Senpai, ini apa?" tanya Tobi sambil menunjuk sebuah toples bertuliskan 'TENGO'.

"Itu wafer tengo,un.. yang lapisannya sampai ratusan, un" jawab Deidei.

"Wah wafer, Tobi mau!" sorak Tobi sambil membuka toples tengo itu.

SREK

Dan terbukalah toples berwarna cokelat itu, begitu diintip dan diambil isinya..

jreng.. jreng..

"Senpai, umm ini apa ya? rasanya seperti nasi yang dikeringkan dan digoreng" ujar Tobi pada Akatsukis.

Para Akatsukis jawsdrop melihat isi toples wafer tengo itu.

"Oh itu rangginang nak," ujar Yoshino Nara, emaknya Shikamaru.

JEDIENG!

Masa stoples wafer tango isinya rangginang? wah ga beres nih..

"Tuh kan, aku bilang apa? penipuan beredar kan, kalengnya merek terkenal tapi isinya malah rangginang" bisik Itachi pada Sasuke lagi.

"Sepertinya kau pengalaman ya Nii-San? jangan-jangan kau sering melakukannya," jawab Sasuke dingin.

JREP

Hati Itachi bak tertusuk tusukan dango, wah aibnya kebongkar!

Teman-teman sepertinya Itachi benar, sekarang bukannya banyak penipuan macam itu? ada kaleng biskuit engKONG GUA eh isinya malah keripik singkong, ada kaleng biskuit MONDEIdara isinya malah kacang rebus, Itachi ga salah kan?

*pengalaman pribadi author*

Kembali ke Akatsukis.

"Kis, lu yang paling banyak salah sama keluarga Nara.. ayo minta ampun" ujar Kakuz pada Kisame.

Kisame mengangguk dan mulai angkat bicara,

"OM NARA, TANTE NARA, ANAK NARA, CUCU NARA, SAUDARA NARA, TETANGGA NARA.. saya Hoshikagi Kisame dengan ini menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan saya selama ini sering mencuri rusa-rusa keluarga Nara untuk makanan Kisami, hiu peliharaan saya, sungguh hal tersebut sebenarnya sangat diluar perikenaraan dan perikehiuan tapi saya terpaksa melakukannya dikarenakan bendahara Akatsuki tidak pernah memberikan saya APBD- Anggaran Pembelian Belanja Daging untuk Kisami.. sekali lagi saya mohon maaf.." ucap Kisame penuh penghayatan (keren boo!).

"Ayang Kicha.." ucap Itachi lirih, dia terharu pada pengakuan tulus Kichame sampe-sampe Sharingannya aktip (duh cegitunya ciih).

"Jadi.." Yoshino Nara mulai angkat bicara,

"Kau yang maling semua rusa-rusa kami? termasuk rusa yang akan diekspor untuk sinterklas?" tanya Yoshi.

Kisame mengangguk pelan.

"Ayah.." panggil Yoshino pada kepala keluarga Nara, Nara Shikaku.

"Ya?" jawab Shikaku dari dalam kamar.

"Apa ayah mendengar kata-kata pengakuan dan maaf dari hiuman ini?" tanya Yoshino pada Shikaku.

"Iya honey, aku dengar dan aku ingin melihat orang itu langsung.." jawab Shikaku sambil membuka pintu kamar.

Semua menatap Shikaku, Kisame terpana asmara, Akatsukis ternganga cinta, Yoshino dimabuk janda, semua terpesona, ceile om Shikaku segitunya ya...

Tapi tiba-tiba pandangan Kichame berubah menjadi horor ketika melihat Shikaku membawa sesuatu yang sangat ditakuti Kicha..

JRENG JRENG

VCD filem JAWS 1-2-3, yang ke 4 sih mau nyusul, tapi Kichame keukeuh gamau jadi bintang utamanya takut dibikin sup!

"A-apa yang kau.." Kichame tidak sanggup melanjutkan kata-katanya, dia shock berat melihat VCD itu, terakhir kali dia nonton Deep Blue Sea dia semaput 7 hari ngeliat temen-temennya dibantai gitu.

Alhasil Kichame pingsan ditempat, dan mau tidak mau tapi sebenernya mau Akatsuki akhirnya meninggalkan Kisame sebagai jaminan dirumah keluarga Nara sebagai ganti rusa-rusa yang hilang..

Sepertinya sebentar lagi akan ada sinetron berjudul 'Hiu Yang Ditukar'.

"Tunggu!" teriak Nara Yoshino pada Akatsukis.

Kontan yang dipanggil berhenti dan harap-harap sangu.

"Ini untuk Sasori, ini untuk Itachi, ini untuk Deidara, ini untuk Sasuke, ini untuk Konan-Chan.. aduh mau ya jadi anak ibu.. dan ini untuk Tobi!" ujar Yoshino sambil menyerahkan angpau pada keenam Akatsukis tadi.

"Terimakasih.." jawab keenam Akatsukis plus Sasuke dengan wajah imut itu bebarengan (duh senengnya dapet angpau).

"Kenapa aku tidak dapat?" tanya bendahara mata duitan, Kakuzu.

"Kalau kau tidak berusaha membunuh anakku di anime Naruto aku akan memikirkan dua kali untuk memberimu angpau!" bentak Yoshino.

BLAM!

Kembali suara indah pintu tertutup dengan keras, Akatsukis yang malang..

Begini nih nasib kalau dapat peran antagonis di filem, bawaannya dibenci melulu padahal mereka kan berbuat itu hanya sebagai tuntutan skenario dan naskah..

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

"Leader, kenapa kita ga dikasih angpau kayak yang lain ya?" tanya Kakuz masih penasaran kenapa dia tidak dapat angpau, padahal tanpa tanya pun jawabannya sudah jelas kan!

"Kau mau tau alasannya?" tanya Pein.

"Tentu saja!" sahut Kakuz mantap.

"Hmm begini ya, karena pada tiap jidat masing-masing Akatsukis ada tulisan tidak nampak tapi sudah bisa dibaca dengan jelas oleh orang awam" ujar Pein.

"Maksudnya?" Kakuz bingung dengan jawaban undentification oleh leader mesumnya itu.

"Kau lihat Tachiko itu?" tanya Pein sambil menunjuk Itachi, Kakuzu mengangguk.

"Biarpun wajahnya keriputan tapi dia berkarisma dan ganteng, yah itu kata-kata fangirlsnya sih.. aku curiga jangan-jangan dia pakai genjutsu untuk mengelabui fangirlsnya soal wajahnya!" ucap Pein dengan nada datar tapi envy bangeet!

"Terus apa hubungannya dengan jidat?" tanya Kakuzu blo'on.

"Kau tidak lihat jidatnya? disitu ada tulisan spidol alam yang bertuliskan 'BUTUH PULSA'. Kau tau pulsa kan? Penamban Ulang Usia Sharingan, yah kau tau kan dia sering banget aktifin Sharingan, jadi dia butuh angpau tuh buat beli pulsa" cerocos Pein.

Kakuzu cengo, tapi dia melanjutkan pertanyaannya,

"Kalau yang lain?" tanya Kakuz masih penasaran.

"Sasori, kau lihat dia?" tanya Pein sambil menunjuk Saso-Koi, Kakuzu mengangguk.

"Haloo Kakuz kemana aja sih lo? masa ga apdet inpo sih dari n!nsert inpestigasi sih? Sasori tuh ya dinobatkan sebagai the most cute Akatsuki member! liat deh wajah babyfacenya yang awet muda itu, nenek-nenek lagi clubbing juga bakal bilang dia itu masih muda dan dibawar umur, apalagi kalau neneknya itu namanya Chiyo!" ujar Pein dengan semangat envynya.

Kakuzu cengo,

"Lalu apa hubungannya dengan jidat?" tanya Kakuz lagi.

"Lu kaga liat Kuz? dijidatnya Sasori itu ada tulisan 'MASIH MUDA', lah kita tulisannya 'SUDAH UZUR'!" seru Pein still envy.

"Terus si Deidara, yaah siapa yang ga ngefens sama bishounen hemaprodit kayak dia eh? lagian apa mau di bom kalau kaga kasih sangu? trus dijidatnya jelas tertulis 'KASIH DUIT ATAU TAMAN LAWANG GUE PINDAH KE RUMAH LO!' yah lu tau kan Kuz, Taman Lawang mau digusur, jadi lekong macem dia pasti cari pangkalan baru!" ujar Pein dengan envy's firenya.

Kakuzu makin cengo, Pein melanjutkan kata-katanya,

"Nah si Tobi ntu, hadaah biarpun umurnya tuwir tapi pan kelakuan dia autis! banyak yang nyangka dia ntu masih muda, banyak yang nyangka juga dia ntu Obito Uchiha yang imut itu, jadi yaa wajar deh kalau banyak juga yang kasih dia angpau, lagian dijidatnya ada tulisan 'ANGPAU ATAU MANGEKYOU' hah sapa juga mau lebaran di dimensi lain? kaga abis-abis ntar waktu lebarannya!" ceramah ustad Pein.

Kakuzu manggut-manggut, ehm sebenernya sih dia lagi manggut dengan pandangan kebawah, sapa tau ada duit jatoh! hah mirip banget dah kelakuannya sama author fic ini!

"Lalu kalau Konan, dia kan perempuan, cantik lagi trus orang-orang banyak yang kasih angpau soalnya dikiranya dia ga kita kasih uang belanja bulanan, jadi ntu pipel-pipel pada kasian sama dia, jidatnya kan ada tulisannya 'JUAL BURUNG KERTAS BUAT MAKAN' gituu.." ujar Pein, Kakuzu masih manggut-manggut, 'kok ga nemu-nemu duit sih?' batinnya.

"Nah ntu Sasuke gimana Leader?" tanya Kakuz dengan nada dingin, dia ga terima masa Sasuke dapet angpau tapi dia ga? padahal dia kan sama gantengnya dengan Sasuke! oh Tuhan ampunilah penyebar fitnah ini..

"Lah Sasuke masih ditanya, ah masa kaga tau? dia itu jelas-jelas famous karena kegantengannya, kalau ada keluarga punya anak cowo ngasih dia angpau supaya bisa ketularan gantengnya, kalau anaknya cewe ah jelas dong biar dilirik sama tuh saskey" cerocos Pein mulai envy dengan kegantengan Sas-uke.

"Terus liat tuh jidatnya ada tulisan "YATIM PIATU" makin menambah nilai jualnya tuh, wajah ganteng dan kisah melas, siapa juga yang ga terharu ngeliatnya?" ujar Pein mulai makin envy tingkat dewa.

Kakuzu pun makin cengo tingkat kurs saham Wall Street.

Begini nih kalau tampang sudah abstrak bak lukisan Piccaso, umur pun sudah uzur!

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

"Hei kalian!" panggil seseorang pada Akatsukis, yang dipanggil langsung noleh dong, plus dengan pose slow motion bak pemain bois bipor plower yang operasi piercingan (keren ya?).

"Ya, ada apa?" tanya Pein sok cool, dia ga mau kalah cool sama Sasuke yang ada disebelahnya.

"Tsunade-Sama mengundang kalian untuk menghadiri acara halal bihalal didepan kantor Hokage dan juga peresmian bangunan baru di Konoha, kalian ditunggu sekarang!" ujar jounin medic nin kepercayaan tante Tsunade, mbak Shizune.

"Masa? terus kami dapat apa?" tanya Kakuz.

"Banyak! ada kue, angpau, bisa lirik-lirik curi pandang cewe cantik, cari jodoh, salaman sama bintang pemain anime Naruto banyak deh, datang yaa?" bujuk Shizune.

Akatsukis pun mengangguk bahagia, terutama Kakuzu yang sudah hoping banget dapet angpau dan tentunya bisa cari jodoh! tau sendiri kan Akatsuki ga laku-laku..

Mana bisa salaman sama bintang anime Naruto lagi, siapa yang ga ngiler?

Wah Akatsukis rendah hati ya? mereka ga pamer kalau mereka juga bintangnya anime Naruto, eh atau mereka memang bego ya?

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

"Wah meriahnyaa..." seru Akatsukis begitu memasuki tempat pesta di depan kantor Hokage.

"Kalian sudah datang Akatsuki?" tanya seorang wanita lebih tepatnya tante atau spesifiknya lagi nenek muda dan dalam makna ambigu artinya nenek-nenek yang awet muda (oke, ruwet) bernama Tsunade, si Godaime Hokage.

"Iya bu guruuu," jawab Akatsuki bebarengan.

"Ayo-ayo masuk nak, nikmati pestanya ya.." ujar tante Tsunade.

"Iyaa!" seru Akatsukis bahagia.

Nah ini nih show timenya Akatsuki di pesta lebarannya Konoha!

Pein & Konan.

"Konan cayang, biar bau a'a mau kok jadi bulu ketek Konan cayang, biar celalu didekap cayang" rayu Pein pada Konan.

"A'a Pein, sekarang kan lagi lebaran, kalau a'a Pein jadi ketupat, neng Konan ikhlas kok jadi sayurnya biar disiramin ke a'a Pein" balas Konan.

Ya Tuhan! muda-mudi sakit jiwa merajalela...

Hidan & Sasuke.

"Anjing! tuh cewe cantik banget! namanya sapa ya? gue pingin kenalan..." ujar Hidan ketika melirik seorang cewe cantik berambut merah.

".." Sasuke keep silent, telinganya terlalu suci untuk mendengarkan kebun binatang Hidan dan mulutnya terlalu seksi untuk mengeluarkan binatang seperti Aburame Shino (?).

"Hai cewe! kamu cantik.." ucap Hidan ketika cewe itu semakin dekat kearah mereka.

"Hai," jawab si cewe acuh.

"Namamu siapa cantik?" tanya Hidan pada cewe merah itu.

"Sasuke-Kun.." panggil cewe itu pada Sasuke.

"Cih, kenapa Uchiha babi itu yang dipanggil.." lirih Hidan.

JEDUAAARR

Kirin Sasuke menyambar Hidan, oh bukan! itu mah bunyi kembang api yang dinyalakan Naruto.

"Enyah kau Karin!" jawab Sasuke dingin.

JEDUAAARR

Wah kembang api lagi nih! baguusnyaa- eh bukan! itu bukan kembang api tapi bunyi hati Karin dan Hidan yang sama-sama meledak akibat tuan muda Uchiha itu.

Oh Tuhan! kenapa semua Uchiha hobi mematahkan hati perempuan dan laki-laki?

Kakuzu & Deidara.

"Dei mau cari ketupat dulu, un" ujar Deidara pada Kakuz.

"Buat apa?" tanya Kakuz.

"Buat di copy, un.. Dei pingin bikin bom bentuk ketupat, un.. bosen bentuk bom buku atau burung un, kan kalau lebaran isi parsel bentuknya ketupat un.. jadi nanti Dei bikin parsel ketupat C4 un!" jelas Deidara.

"Tunggu!" sahut Kakuz.

"Ada apa sih, un? mau nitip? bayar sendiri ya, un!" ujar Deidara pada Kakuz.

Kakuzu geleng kepala dan mulai angkat bicara,

"Deidara, walaupun kau adalah bishounen dan uangku lebih cantik daripada kau tapi.. AISHITERU DEI!" teriak Kakuzu pada Dei.

Ya ampun boo' ternyata selain mata duitan Kakuzu juga mata bishounenan!

Eh liat deh, Deidara BLUSHING!

Kita tunggu jawaban Dei yuk,

"Ka-kakuzu, un.." Dei tergagap, dia bingung mau jawab apa, ah Dei kalau gagap pindah klan aja jadi Hyuuga!

"Ya, Dei?" sahut Kakuzu (berusaha) selembut mungkin.

"Ka..kuzu.. KATSUUU, un!"

Ya Tuhan! Deidara meledakkan cintanya Kakuzu!

Kisame & Zetsu.

Ah Kichame jadi pajangan di aquarium raksasa di stand 'Cara Memasak Sayur Hiu Yang Baik' milik keluarga Nara dan Zetsu jadi tanaman VFT pajangan di stand 'Seminar Membuat Ketupat Yang Baik' oleh keluarga Yamanaka.

Ya Tuhan! mereka mengorbankan dirinya demi Akatsuki, sungguh mulia!

Tobi & Sasori.

"Tobi, mau main apa?" tanya Sasori pada Tobi.

"Tobi pingin beli ketupat Sayur, senpai" jawab Tobi.

"Ketupat sayur? sebentar ya ayo kita beli di warung Ichiraku" ujar Sasori.

What? Ichiraku jual ketupat sayur? ah namanya juga fanfic, boleh dong nambah menu XD

Akhirnya dengan Hiruko yang terseret-seret dan Tobi yang berteriak 'anak baik' mereka sampai dengan sentausa, aman, bahagia dan sejahtera di Ichiraku.

"Mau pesan apa?" tanya uda Teuchi ramah.

"Ketupat sayur dua porsi," ujar Hiko eh Sasori.

"Tobi mau ekstra bawang, senpai.." rengek Tobi.

"Ekstra bawang.. uda Teuchi! Umm aahh aku gerah.." ujar Sasori sambil melepaskan pelukan bang Hiruko dari tubuh indahnya.

(senengnya jadi Hiruko, bisa mendekap Sasori terus T.T)

SWIING

Buntutnya Hiko-Chan menyabet kesana kemari ketika Sasori bergerak kekanan dan kekiri.

SWIING

Satu korban sekarat, dua tewas seketika, lima luka berat dan sepuluh luka ringan, breaking news kecelakaan di Kirigakure- #jeduak ga nyambung.

Buntut Hiko-Chan menyambar apapun yang ada didekat Ichiraku, beruntung Sasori sedang insyaf selama lebaran jadi buntutnya Hiko-Chan ga ada racunnya.

Tapi.. kenapa tuh mpok Ayame anaknya uda Teuchi kok pingsan ditempat? apa dia kena racunnya Hiruko?

Ya Tuhan! mpok Ayame kesengsem ngeliat wajah imutnya Sasori! dasar Sasori memang rajanya racun dunia!

AKATSUKI-NYA PULANG MUDIK

"Perhatian.. perhatian.." seru sebuah suara dari tengah-tengah pesta lebarannya Konoha, wah suara seksi tante Godaime ternyata!

"Hari ini adalah hari lebaran, hari penuh kemenangan, aku sebagai Hokage Konoha tentu saja mengharapkan kita bisa saling memaafkan dan mengampuni dosa masing-masing. Hari ini juga aku ucapkan selamat datang pada Akatsuki yang rela dan sudi mampir mudik pulang ke Konoha, selamaat dataaang" teriak Tsunade.

Akatsuki mulai menunjukkan pesonanya,

CLING

Bunyi cling dari piercing yang dapat mengalahkan CLING guru Gai dan Rock Lee muncul dari balik kerumunan rakyat Konoha.

Pein Nagato (atau Yahiko ya? ah sama aja!) maju kedepan panggung menuju nenek eh tante Tsunade.

"Hai.." sapa Pein.

KRIK KRIK KRIK

Serangga Aburame Shino kelaparan (?).

Tsunade mulai membuka mulutnya,

"Ah jangan dipedulikan suara jangkrik itu, nah sekarang saya mewakili seluruh Shinobi Konoha mengucapkan mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan yang pernah dilakukan Shinobi kami dalam rangka tuntutan naskah dan skenario di anime Naruto yang mengharuskan kami melukai, mencabik, mengiris, melempar kunai dan suriken, dan bahkan membunuh kalian anggota Akatsuki.." ujar Tsunade dengan semangat.

"Kami mengikhlaskan semuanya, namanya juga tuntutan akting.." CLING, ujar Pein sambil menCLINGkan piercing terbaiknya.

"Nah, untuk menebus dosa pada Akatsuki hari ini kami meminta Akatsuki menjadi saksi pemotongan pita dalam pembukaan sebuah bangunan sarana umum terbaru di Konoha, yakni POM BENSIN PERTAMINATO yang baru dibangun demi mewujudkan kelancaran pemudik yang kehabisan bahan bakar.." teriak Tsunade penuh semangat.

Setelah Tsunade mengucapkan kalimat terakhirnya, tiba-tiba dari samping panggung ada sebuah kain besar yang jatuh kebawah dan menampakkan sebuah pom bensin baru 'Pertaminato'.

Pein sumringah, ini pertama kalinya dalam seumur hidupnya mulai dari orok sampe punya tubuh enam, mulai dari dia ga punya piercing sampe dia punya piercing, dia diminta untuk memotong pita pembukaan sesuatu, terakhir pita yang dia potong adalah pita segitiga berenda yang bertujuan untuk membuka kegadisan Konan (oh Jashin, tolong jangan rate M!).

Pein mulai berjalan mendekati pita itu dengan membawa Shamehada, biar lebih keren katanya..

Disisi lain panggung, Itachi yang sedang menikmati pesta lebarannya kali ini..

"Permisi, kau Uchiha Itachi kan?" tanya seseorang dibelakang Itachi.

Itachi menoleh,

"Ya," jawabnya.

"Bisa minta tolong?" tanya orang itu.

"Tolong apa, Asuma?" tanya Itachi pada orang itu yang ternyata adalah Asuma Sarutobi, wah ternyata reunian episode Naruto nih!

"Bisa minta tolong nyalakan rokokku ini?" tanya Asuma.

Itachi mengernyitkan dahinya, dia kan bukan perokok.. kok disuruh nyalain rokok? (aih, Itachi calon suami idaman XD ).

"Aduh Itachi.. kan kau bisa pakai elemen apimu itu untuk menyalakan rokokku ini, ayolah kumohon.." rengek Asuma.

Itachi bingung masa jurus apinya yang sangat elit itu dibuat menyalakan rokok? tapi toh Asuma juga kan teman lama..

Dia mulai membuat segel jutsu dan sejurus kemudian..

"Katon- Goukakyu no Jutsu!" teriak Itachi.

BLUURRR

Menyemburlah bola api dari mulut Uchiha sulung yang kece itu.

BLAM JEDUAR DUAR BUAR SUAR WUAR

Bunyi ledakan memekakkan telinga Itachi membuatnya bingung, didapatinya Asuma gosong tapi rokoknya menyala.. Uchiha satu ini makin confused..

"UCHIHAAA ITAAACHIIIII krincing krincing" teriak sebuah suara yang sangat dikenal Itachi plus bunyi krincingan piercing berjatuhan.

Oke kita replay!

Begini ceritanya.. ketika Itachi menggunakan Goukakyu-nya, a'a Pein sedang akan hendak 1cm lagi memotong pita peresmian pom bensin 'Pertaminato' itu dengan Shamehada, tapi tiba-tiba ada semburan api yang sangat besar dan menyambar pom 'Pertaminato' itu sehingga timbullah ledakan dahsyat yang didengar Itachi plus bunyi krincingan piercing yang merdu tadi..

waduh! Uchiha yang satu ini bakal kena masalah deh, ckck kau jenius nak tapi saking jeniusnya kau mungkin sampai-sampai otakmu hangus terkena jurus apimu sendiri..

"UCHIHA ITACHI! mulai saat ini jangan pernah kembali mudik ke Konoha! kau adalah Nuke Nin paling dicari dan harus bertanggung jawab atas semua ini!" bentak Tsunade pada Itachi.

Itachi gugup dan nervous, Sharingannya malah aktif..

'nih Godaime Hokage sekseh bener, kaga kuat iman saya' batin Itachi.

Tsunade makin mendekati Itachi dan akan hendak sampai menangkap Tachiko, tiba-tiba..

SIINGGG

"Loh kemana semuanya? kok Ita ditinggal sendirian?" ucap Uchiha Itachi sambil celingukan karena tiba-tiba seluruh isi desa Konoha MENGHILANG!

Sementara itu..

"Tunggu 72 jam dan kita akan bebas," kata seorang Shinobi Konoha bermasker, siapa lagi dong kalau bukan suaminya author, Hatake Kakashi hahaha #PLAK.

"Jadi kita harus tunggu 3 hari, un? huh karena ini aku benci Uchiha, un" ujar bishounen blonde.

"Baka aniki, dendamku padamu akan semakin besar Itachong!" serapah Uchiha 'ganteng' Sasuke.

"Awas kau Uchiha, akan kubuat kau membayar kas dobel!" serapah Pein dan Kakuzu bebarengan, ih wow tumben kompak?

"Tobi anak baik, Tobi ga berani keluarin kalian, nanti Tobi di amaterasu Itachi-Senpai" ujar Tobi ketika dia didesak supaya mengeluarkan warga Konoha yang terjebak jutsunya Tachiko.

"Sudah-sudah daripada kita bertengkar di dimensi lain ini, bagaimana kalau kita lebaran di dimensi ini saja? sekalian kita ucapkan selamat lebaran bagi para readers?" ujar seorang pria tampan dengan senyum menawan berambut kuning dengan mata biru sebiru The Heart Of The Ocean-nya Kate Winslet di Titanic, Minato Namikaze (kyaaaa~ PAPA!).

"Tapi kalau lebarannya di dimensi ini berarti lamanya 72 jam, un!" teriak Deidara.

"Oke-oke sudah jangan bertengkar para chara dalam fic ku, aku sebagai author ikutan gabung ya.." *bawa-bawa kamera SLR + deket-deket ke Kakashi*.

All chara + author :

"Kami segenap kru Akatsuki-nya Pulang Mudik mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1432 HIJRIYAH MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN"

"Satu lagi, review yaaa, un!"

BERSAMBUNG

oh tidak! ini hanya oneshoot..

(: OWARI :)

Yosh! selesai juga fic aneh, abal nan gaje ini.

Asik asik ratenya T dan genrenya humor parody, jadi semua ga dosa kalau baca wakakaka

#trauma dengan rate M yang nambah dosa #PLAK!

Radna ini nakal banget ya fic yg lain masih kena TBC eh berani-beraninya bikin fic lain =,= habisnya radna pingin bikin oneshoot humor, kangen bikin humor haha XD

fic ini juga radna bikin dalam rangka menyambut hari raya idul fitri :D

(maaf ucapan selamat lebarannya telat, ralat! SANGAT TELAT! radna mudik, dan didesa ga ada warnet T.T)

Umm radna juga mohon maaf ya apabila fic nya aneh dan ga lucu :(

Awal dan endingnya ga nyambung dan garing abis apalagi endingnya parah, maafkan dakuuu ToT

Umm radna tau banyak fic yg mengangkat tema yg sama dengan fic radna ini, tapi perbedaan fic radna ini adalah penuangan dari inspirasi pengalaman radna selama perjalanan dan perjuangan mudik dan kunjung-kunjung :D

seperti : dialog Itachi ke Sasuke tentang penipuan kue kaleng itu juga dialog temen radna ke radna, pas radna buka kaleng kuenya JELEGERR isinya beneran rangginang! haha konyol ^o^

terus yang dialog Sasuke sahur pake apa itu juga radna tanyain ke saudara radna, habis bingung soalnya kulkasnya kosong isinya cuma tomat lebih dari 7kilo! jangan-jangan dia kembarannya Sasu-Koi..

dia juga bilang puasa full (4 hari) dan sahurnya memang pake tomat! haha konyol deeh XP

juga tentang jidat-jidat itu, kata temen radna, dijidat radna ada tulisan 'BUTUH PULSA' jadi para budiman yg baik hati itu mau ngasih angpau lebaran, yg ga ngasih? pasti kebaca tulisan 'PERNAH MUDA, DULU!' haha lebaran yang gila XD

Oh iya CONGRATULATION ya buat Uchiha Sasuke yang punya SHARINGAN BARU! *TELAT!* (mau istri baru ga? radna single, Sas! XD )

wah Sasuke bolak-balik ganti bola mata, operasinya dimana? apa ga mahal tuh? dasar Uchiha BOROS!

*CHIDORI NAGASHIII !*

Terimakasih untuk senpai-senpai dan teman-teman readers sekalian sudah membaca semua fic radna sebelumnya, bahkan sampai meninggalkan review, terimakasih banyak yaa :D

JANGAN BERCANDA!

Naruto by Masashi Kishimoto

Dihari ulang tahun Pacar Gelapku a.k.a Shikamaru, Lhyn mau ngucapin Happy B'Day buat Shika... #cipika-cipiki ama Shika-kun

Sekalian juga Happy B'day buat Ino dan Happy SHIKAINO Fan Day buat ShikaIno Fans...

JANGAN BERCANDA!

by: Lhyn Hatake





Jam istirahat siang itu Ino gunakan seperti biasanya untuk makan siang di cafetaria rumah sakit Konoha, dan seperti biasanya dia ditemani oleh tiga sahabatnya yaitu Sakura, Hinata dan… Karin. Oh, jangan heran… ingat kejadian saat Karin ditolong oleh Sakura saat Sasuke hendak membunuhnya? Sejak saat itu Kunoichi berambut merah itu mengapdi pada Konoha dan belajar mendalami ilmu medis bersama Sakura. Ummm… satu lagi yang tak ketinggalan Otoko Paradise. Novel percintaan lelaki yang belakangan digemari gadis Pirang itu… umm… mereka menyebutnya apa? Shounen ai?

"Kau makin mirip Kakashi-sensei Pig!" cela Sakura ketika gadis itu makan tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku bersampul biru tua itu.

"Jangan samakan aku dengan Sensei mesum itu Jidat!" gerutu gadis itu sambil terus mengunyah makanannya, "..buku ini berate T!"

"Terserah kau saja Pig!"

"Lagi pula ceritanya menarik, asal kalian tahu… dua pria tampan ini harus bersusah payah menyembunyikan hubungan mereka agar—"

"Turunkan buku itu dasar Babi!"

"Hei!" Ino memprotes saat dengan cekatan Sakura merebut buku itu darinya.

Namun karena pandangan emerald itu yang tampak nyalang, Ino tak lagi bisa memperotes. Dia pun memakan makan siangnya dengan tanpa membaca buku yang beberapa bulan belakangan menjadi favoritnya.

Yah! Ino mengakui kalau dia telah menjadi seorang FUJOSHI!

Buku yang pertama kali dibaca ketika tanpa sengaja dia masuk kesebuah toko buku Konoha itu langsung menarik perhatiannya. Penggunaaan bahasa yang lembut dan indah serta pendalaman perasaan karakter yang kadang membuat Ino meneteskan air mata, membuatnya tak bisa lepas dari seri-seri berikutnya buku itu.

Memahami bagaimana perasaan Ruiga ketika melihat kekasihnya Yuigo bermesraan dengan seorang gadis dan dia tak bisa berbuat apa-apa lantaran cinta mereka yang harus tetap tersembunyi. Ino tak bisa lagi menahan air matanya saat itu.

"Hei! Bagaimana kalau ternyata kekasih kita itu seorang Maho?"

BRUAHHHH!

Bersamaan Sakura dan Karin menyemburkan makanan mereka ketika kalimat itu mulus keluar dari bibir si Pirang, sementara Hinata terbatuk-batuk kecil karena tersedak.

"Jangan gila Pig!" Sakura berseru garang.

"Dia sudah gila!" cibir Karin.

"I-Ino-chan… jangan b-berpikir macam-ma-cam…" Hinata memperingatkan dengan lembut. Tipikal sekali.

"Aku cuma mengira-ngira… bagaimana kalau dibelakang kita mereka berhubungan dengan seorang pria? Bayangkan Sakura!" gadis Pirang itu mengarahkan wajahnya pada wajah Sakura, Face to Face gitu… "Bagaimana kalau ternyata bukan kau yang diperebutkan Kakashi dan Naruto? Tapi Kakashi-lah yang diperebutkan oleh Kau dan Naruto! Bukan tidak mungkin Kakashi tertarik pada Naruto, dia juga mantan muridnya!"

'DUAGH!'

"AWWW… SAKIT JIDAT!"

"Jangan hiraukan dia," gumam Sakura pelan, gadis itu kembali meraih es jeruknya dan meminumnya dengan damai sementara Ino mengusap-usap bagian kepalanya yang terasa benjol.

.

.

Pendar jingga telah muncul di langit saat Ino berjalan menyusuri jalanan menuju ke rumahnya. Tubuhnya sedikit berkeringat karena beberapa aktifitas di rumah sakit yang menguras cakranya.

"Ino-chan…" suara lembut memanggilnya dari belakang, gadis Pirang itu menoleh dan tersenyum.

"Hinata.. Kukira kau sudah pulang duluan bersama Sakura dan Karin."

Hinata menggeleng pelan sambil tersenyum lembut. "Sakura-chan dan Karin-chan masih di rumah sakit kok," gadis keturunan Hyuuga itu memulai langkah sejajarnya dengan Ino.

"He? Tapi tadi kulihat keruangan mereka, mereka tidak ada," sambung Ino, keningnya sedikit berkerut.

"Mereka di ruangan Tsunade-sama, sedang membantunya mengurai racun."

"Oh… maaf aku jadi pulang duluan, kukira kalian sudah pulang dan aku lapar sekali…" gadis itu mengusap perutnya. Mengeluarkan banyak cakra memang membuat lapar.

Hinata tersenyum lagi dan menawarkan untuk mampir ke kedai yakiniku lebih dulu. Ino pun menyetujuinya. Dengan langit yang semakin memerah mereka pun beriringan menuju Yakiniku Q yang menjadi favorit Ino karena menyediakan menu daging rendah lemak. Sebagai kunoichi medic Ino tahu betul bahwa lemak yang menumpuk bukanlah tanda bahwa dia sehat! Kecuali untuk Chouji mungkin.

Kedai itu lumayan ramai. Beberapa orang yang mengetahui penuh-sesaknya kedai ini saat jam makan memang akan memilih untuk datang lebih awal.

"Ino-chan jangan lihat!" tiba-tiba saja Hinata berseru dengan kedua tangannya meraih sisi wajah Ino dan memalingkan pandangan gadis itu padanya.

"Ada apa Hinata? Kenapa aku tak boleh lihat?" Tanya Ino, penasaran. Dia mencoba melihat apa yang tak boleh dilihatnya, namun tangan putih gadis Hyuuga itu menahannya.

"Ti-tidak apa-apa I-Ino-chan…" gadis Indigo itu tersenyum aneh. "Kita duduk di situ saja ya…," gadis itu membawa Ino duduk di kursi yang berada di pojok depan kedai itu.

Ino merasa aneh dengan sikap Hinata yang tampak gugup. Berulang kali dia mencoba melihat apa yang tidak boleh dilihatnya oleh gadis Hyuuga itu, namun sebanyak itu pula Hinata akan membalikkan kepalanya.

"Kau kenapa Hinata?" Ino bertanya penasaran.

"Tidak apa-apa Ino-chan… umm.. bagaimana kalau kita pindah kekedai yang lain saja?" gadis itu tampak semakin gugup. siapa yang tidak gugup? Bila di sini kau bersama sahabatmu dan tak jauh darimu kau melihat pacar sahabatmu bersama seorang gadis?

Bukan Hinata ingin menghindarkan fakta tentang Shikamaru dari Ino, tapi Hinata sangat tahu bagaimana Ino selalu cemburu buta tiap kali melihat Shikamaru dan Temari meski faktanya tidak ada hubungan apapun di antara mereka.

"Tidak perlu Hinata.. kita di sini saja…" gumam Ino santai, gadis itu mulai kembali membuka buku bersampul biru dari kantong belakangnya.

'Memang mirip Kakashi-sensei' batin Hinata. Gadis itu sedikit lega karena kini Ino kembali memusatkan perhatiannya pada buku itu, dan setahu Hinata, Ino bisa melupakan apapun bila telah memegang buku itu.

Saat tengah menikmati ketenangan kedai itu, Hinata disentak oleh isakan yang datang dari depannya, dengan ragu gadis Indigo itu menurunkan buku yang menutupi wajah Ino dan… "I-Ino-chan kenapa menangis?" tanyanya gugup.

"Hinataaa…. Kasihan sekali Ruigaaa hiks… dia harus hiks… rela melihat kekasihnya hiks… bertunangan dengan seorang gadiiiis, hiks-hiks… padahal jelas-jelas mereka masih saling mencintaiiii…" gadis Pirang itu terisak, dengan susah payah dia menghapus air mata yang terus-terusan menetes dari aquamarinenya.

Hinata termangu sesaat sebelum mendesah lega dan mengusap bahu Ino dengan sayang. "I-Ino-chan sabar saja ya… n-nanti juga mereka bahagia… lelaki itu pasti a-akan lebih memilih ummm…" Hinata merasa aneh, "…lelaki lainnya dari pada gadis yang tidak d-dicintainyakan?" Hibur Hinata kalem.

"Hinata… bagaimana kau bisa tahu akhir kisahnya? Kau sudah pernah membacanya ya?" Tanya gadis Pirang itu sambil terus mengusap air matanya.

Alih-alih menjawab 'Itukan mudah sekali ditebak' gadis Indigo itu hanya tersenyum tipis. Ck.. Hinata… kau terlalu baik hati, kalau saja Sakura yang ada di sini…

"Hinataaa… aku mau toilet dulu…"

Hinata mengiyakan kalimat Ino tanpa pikir panjang. Dia lupa dengan sangat bahwa bila Ino akan kebelakang maka dia akan memutar pandangannya kearah deretan meja belakang di mana ada Shikamaru dan Temari yang masih saja mengobrol tanpa tahu bahwa bahaya tengah mengincar mereka hingga akhirnya…

"SHIKA!"

OH MY JASHIN! Benarkan!

Otomatis beberapa pasang mata menatap kearah Ino yang beberapa diantaranya menatap dengan pandangan… ummm… khawatir?

Tanpa pikir panjang gadis itu berjalan cepat ke barisan meja di belakang dan menghampiri kekasihnya.

"Ino?" Shikamaru dengan ekspresi panik yang sangat langka.

"Sedang apa kalian di sini?" Tanya Ino dengan nada standar.

Meski begitu Shikamaru malah bertambah panik… "Ini… ummm sebenarnya…" dia makin panik ketika melihat mata Ino yang memerah dengan kantung mata yang membesar dan jejak air mata dipipinya. 'GAWAT! Apa separah itu sampai dia menangis? Kamikan tidak melakukan apa-apa?' runtuk pemuda Nanas itu dalam hati.

"Kau kenapa Pemalas? Eh… boleh aku duduk di sini? Hei Hinata! Kita pindah duduk di sini saja!"

'Apa yang baru saja terjadi pada kekasihku?' batin Shika OOC.

'Hari apa ini? Apa hari keberuntunganku?' batin Temari.

'Kami-sama… terimakasih…' batin Hinata.

~LHYN~

Kalau ada hal yang tak bisa dipecahkan oleh otak jeniusnya dalam waktu cepat itu adalah Ino. Bisa dibayangkan sekarang, bagaimana ekspresi jeniusnya?

"Ino kau baik-baik saja?" tanyanya.

Dia bingung tentu saja. Dia yakin dia hapal di luar kepala bagaimana ekspresi cemburu di wajah itu tiap kali dia ketahuan bersama dengan Temari. Ummm... asal kalian tahu saja, bukan maksud dia ingin terus membuat Ino cemburu tapi ada beberapa kasus keadaan yang membuatnya tak bisa menghindari kontak verbal dengan gadis Suna itu.

"Aku baik-baik saja, kalian sedang apa?" gadis Pirang itu duduk di samping Shikamaru dan dengan asal mencomot wortel di piring pemuda itu.

"Kami sedang membicarakan sedikit persiapan misi, tidak sengaja kami bertemu di ruang Hokage dan sama-sama menunggu rapat pemimpin desa selesai, jadi kami kesini sekalian makan siang. Aku belum sempat makan siang sejak tiba di Konoha," jelas Temari panjang lebar seperti biasanya agar tak ada kesalah pahaman yang biasanya bisa terjadi panjang.

"Te-mari-san akan mengadakan misi bersama Shikamaru?" Tanya Hinata sepelan mungkin, gadis itu juga telah menempati tempat duduk di samping Temari.

"Tidak... aku hanya menjelaskan kemungkinan keadaannya dan meminta dia untuk mengusulkan strategi yang mungkin bisa kami pakai," sambung Temari lagi, sesekali diliriknya raut wajah Ino untuk memastikan emosi gadis ini masih terkendali.

Ino mengusap kepala Shikamaru sebelum mencomot lagi potongan wortel di piring Shika. "Lama sekali... aku sudah lapar..." keluh gadis Pirang itu.

"Makan saja dulu... jangan merepotkan," Shikamaru berdecak dan menggeser piring di depannya ke depan Ino. Piring itu masih setengah penuh.

Masih tanpa menurunkan sikap waspadanya pada Ino, Shikamaru memulai lagi pembicaraan strategi yang tadi sempat terputus karena kehadiran kekasihnya. Hinata hanya mendengarkan dan akhirnya ikut makan saat pesanan mereka kembali datang –dengan Ino yang tetap memakan pesanannya–. Gadis Hyuuga itu pun sesekali menambahkan beberapa saran kecil di tengah acara makannya.

Tak ada yang bisa membantah kecerdasan Shikamaru sekarang ini, pemuda ahli strategi yang mampu memasang strategi tanpa harus berada pada situasinya. Dan ini bukan pertama kalinya dia diminta untuk mencari strategi terbaik sebelum misi. Kebanyakan pada misi dengan pihak lawan yang telah terdata.

"WOOO lagi kumpul di sini rupanya!" seorang pengusik lain kembali datang menginterupsi kegiatan Shikamaru, parahnya kali ini dia mendapat tepukan keras di punggungnya.

Mendengus kesal Shikamaru memandang kearah pria bertato segitiga yang masih saja menepuk-nepuk punggungnya.

"K-Kiba-kun sendirian?" Hinata yang sudah menyelesaikan makan sorenya kini memusatkan perhatian penuh pada mantan rekan satu timnya itu.

"Yah Hinata-chan... Akamaru sedang tak bisa ikut."

'Pok'

"AWWW Ino kenapa kau menepuk tanganku begitu keras?" protes Kiba sambil mengusap-usap tangannya.

"Karena kau sudah seenaknya menepuk-nepuk pundak Shika," balas Ino dengan raut kesal.

Tunggu. Sekarang apa lagi? Ino tiba-tiba mengidap boy friend complex? Umm... kalau ada. Tapi jelas sekali raut wajah itu kesal. Atau jangan-jangan Ino yang tadi hanya ilusi dan sekarang Ino yang sebenarnya telah kembali, lalu melampiaskan kekesalannya pada Kiba? Jelas sekali kan Ino tak mungkin melakukan hal seperti itu pada Temari?

"Hei, tak perlu sekesal itu Ino, Shikamaru saja tidak keberatan. Benarkan Shika?" kali ini pemuda itu menepuk-nepuk pundak Shikamaru, membuat Ino semakin merengut sebal.

"Aku pergi saja!" gadis itu bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan pada siapapun.

Dengan langkah menghentak Ino berjalan pulang. Dadanya berdetak tak beraturan dan kepalanya terasa panas. Dia kesal! Kesal sekali melihat pemuda Anjing itu bersikap seenaknya!.

~LhyN~

Ino mendengus kesal dan melempar buku bersampul biru itu keatas tempat tidur. Ada sesuatu yang salah, tapi dia tak tahu apa dan hanya mampu mendengus dan melempar buku kesayangannya. Itu jelas tidak normal! Buku favorit yang selalu disayang-sayang melebihi pacar itu kini dia lemparkan.

Dia bahkan jadi makin kesal ketika membaca bagian di mana si kedua tokoh utama diam-diam bertemu di belakang gadis yang menjadi tunangan salah satu sitokoh utama. Dengan wajah ditekuk, gadis itu beranjak menuju jendela kamarnya dan mendudukkan dirinya di sana. Ino yakin seharusnya dia merasa senang. Kalau dipikir-pikir semuanya berawal sejak dia pergi dari yakiniku Q... umm... sepertinya dia pergi dari sana juga dengan rasa kesal.

AH! dia ingat! Dia mulai merasa kesal sejak Kiba datang. Tapi kenapa?

"Huffhh mungkin kerumah si pemalas itu bisa lebih santai..." gumamnya pada diri sendiri.

Bergegas dia meraih mantelnya. Hari sudah malam dan ayahnya tidak akan membiarkannya pergi tanpa mantel, apalagi di tengah musim panas di mana cuaca malam hari jadi jauh lebih dingin. Setelah berpamitan dia berjalan –setengah berlari– menuju perumahan klan Nara. Tak terlalu jauh karena letak perumahan mereka yang berdampingan.

"Malam Ino-san."

Ino tersenyum saat seorang gadis dari klan Nara menyapanya di gerbang perumahan klan itu. "Malam Ryoko-san," balasnya dengan sedikit senyuman. Gadis itu tak mau berhenti lama di sana jadi dia segera menuju ke kediaman ketua klan itu. Sepanjang jalan menuju rumah sederhana yang cukup sering dikunjunginya itu dia tak bertemu siapapun lagi. Hanya jalanan sepi dengan lampion-lampion yang meneranginya sepanjang jalan.

Ino merapatkan mantelnya saat angin dingin menghembus pelan, dan segera mengetuk pintu kediaman sang pemimpin klan dengan cukup keras.

"Ino-chan! Tumben datang malam-malam... kau mau bertemu bocah Malas itu?"

Ino mengangguk dan tersenyum kecil pada wanita berambut hitam panjang itu.

"Sayang sekali dia baru saja pergi. Akan ke rumah Inuzuka, katanya." wanita berambut hitam yang diikat itu tersenyum menyesal.

"Bagitu ya..." gumam Ino tanpa sadar.

"Dia bilang tidak akan lama kok, ayo masuk dulu Ino-chan... temani Ba-san dulu, rumah sedang sepi karena Shikaku-jisan sedang ada sisi keluar desa," wanita bertama onyx itu memiringkan tubuhnya memberi jalan agar Ino bisa memasuki rumah pemimpin klan Nara itu.

"Kau mau minum apa Ino-chan?"

"Ah... biar kubuat sendiri saja, Ba-san mau minum apa?" kata Ino, bagaimanapun dia akan merasa tidak enak kalau membiarkan Kaa-san dari kekasihnya itu repot-repot membuatkannya minum.

Ino yang sudah sering keluar masuk rumah itu tak perlu lagi dibimbing untuk menuju kedapur. Dia mulai mengambil dua cangkir kosong dan meletakkannya di meja pantri, mengambil sedikit dauh teh kering dan memasukkannya kedalam ketel sebelum memanaskan ketelnya. Ino mulai mencari gula biasanya gula itu ada di...

'pluk'

Sesuatu terjatuh dari saku belakang Ino, sebuah buku bersampul biru tergeletak terbalik dengan halaman terbuka dibagian bawahnya. Ah, Ino ingat dia memasukkan buku itu asal-asalan tadi. Dia memungut buku itu dan sekilas dia melihat kata 'berhianat' mau tak mau dia membaca kelanjutannya yang merupakan sebuah percakapan dari seorang gadis.

'... pantas saja selama ini kau selalu diam-diam menemuinya di belakangku," kata gadis itu sambil menangis.

Eh?

Entah kenapa satu pikiran menyentak kepala Ino. Diam-diam menemuinya... dan perasaan aneh itu... perasaan tak suka saat melihat Kiba mendaratkan lengannya sok akrab di punggung Shika... apakah itu firasat?

'Puuuuuuu...'

Suara ketel yang mengabarkan airnya telah mendidih membuyarkan lamunan Ino, gadis itu buru-buru memasukkan bukunya lagi sebelum mematikan kompor dan meraih gula yang tadi tidak sempat diraihnya.

Jam sepuluh malam dan Shikamaru belum kembali, membuat Ino kesal juga. Tapi sayangnya saat dia hendak berpamitan pulang Yoshino-basan tidak mengijinkannya dan memintanya terus tinggal untuk menemaninya dirumah, dia bahkan mempersilahkan Ino menunggu di kamar Shikamaru kalau memang lelah. Karena tak tega, gadis itupun bergegas kekamar kekasihnya yang berada dilantai dua.

Dia bersumpah kalau sampai jam dua belas Shikamaru tidak pulang juga maka dia akan mencekik pemuda itu hingga wajahnya membiru!. Tapi sayang harapan tinggal harapan karena baru pagi harinya Ino terbangun dengan Shikamaru yang terlelap di sampingnya dan ingat ini.. keduanya masih berpakaian lengkap.

Dengan kesal Ino pun menguncang-guncang tubuh Shikamaru hingga pemuda itu meruntuk tak jelas.

"Bangun Shika! Kemana saja kau semalam! Aku menunggumu sampai terlelap di tempat tidurmu dan kau tidak melakukan apapun padaku! Oh ya ampun Shikaaaaa... apa benar kau ini lelaki normal? Oh.. KAMI-SAMAAAA..." Ino memekik sendiri mendengar kata-katanya sendiri, sementara pemuda Nanas itu masih terlelap di tempat tidurnya.

"SHIKA! SHIKA BANGUN SHIKA!" dengan kejam gadis itu menguncang-guncang kasar tubuh Shikamaru bahkan meraih pundaknya dan mendudukkan pemuda itu dengan paksa.

"Hemmm... ada apa Ino..." gumam pemuda itu malas setelah membuka matanya dan memandang aquamarine yang menatapnya tajam.

"Cium aku!"

Dahi pemuda itu berkerut bingung. "Jangan bersikap merepotkan Ino... aku ngantuk!"

"SHIKA DENGAR! Cium aku atau kau akan menyesal!" gertak Ino.

"Kau akan diam setelah ku cium?"

Ino mengangguk.

"Di mana?"

"Di sini," gadis itu menunjuk bibirnya.

Shikamaru mengerjap malas sebelum mendekatkan dirinya kearah Ino dan 'cup' dia mengecup sekilas bibir Ino dan langsung merobohkan dirinya diatas tempat tidur!

Dengan wajah memerah antara marah dan malu Ino beranjak dari tempat tidur itu. "Kau menyebalkan Shika! Karena semalam kau sudah membuatku menunggumu begitu lama siang ini kau harus menemaniku belanja!" murka Ino.

"Hemmm... tidak bisa... aku ada urusan..." gumam pemuda itu malas-malasan.

"Grrrr... aku tidak perduli!" dengan membanting pintu kamar itu keras-keras Ino meninggalkan kekasihnya yang bersiap menarik selimutnya lagi.

"Ck. Dasar pemalas!"

"Diam kau Author!"

~LhyN~

Ino meruntuk pelan keluar dari gerbang perumahan klan Nara. Padahal tadi pagi dia sudah bilang pada Shikamaru bahwa siang ini pemuda itu harus mengantarnya berbelanja meski sebenarnya dia punya niatan lain. Tapi... dasar pemuda malas suka seenaknya! Dia malah telah pergi begitu Ino datang.

"Waa... Ino-chan, Shikamaru baru saja pergi kerumah Inuzuka."

Inuzuka.. Inuzuka.. Inuzuka.. lagi! Kenapa akhir-akhir ini Shikamaru begitu sering kerumah pemuda itu sih? Padahal kalau diminta kerumahnya dia begitu malas. Sebenarnya yang pacarnya itu siapa sih?

"UGH!" gadis itu kembali tersentak karena pemikirannya sendiri. "Jangan-jangan..." dan kuat-kuat gadis itu menggeleng mengenyahkan pikiran tak wajar di kepalanya.

Tapi melihat perilaku Shikamaru belakangan ini, pemikiran tak wajar itu malah jadi terasa wajar. Perlahan hati gadis itu jadi gelisah.

"Tidak-tidak mungkin Shika seperti itu..." gumamnya pada diri sendiri.

"Aku mohon Shika.. lakukan sesuatu!" sebuah seruan mendadak menarik perhatian Ino. Dia merasa kenal dengan suara itu. Gadis itu pun menghentikan langkahnya dan mempertajam baik-baik pendengarannya.

"Ck. Kau pikir aku tidak berusaha? Itu bukan hal yang mudah Kiba, kau tahu?" suara Shikamaru!

Terdengar dari pepohonan di tepi hutan klan Nara, Ino memang memilih melewati jalan itu karena berpikir jalanan sepi bisa membuatnya menenangkan diri. Tapi... apa yang sedang dibicarakan kedua pemuda itu ditempat seperti ini? Ino berusaha mencari kedua sosok itu namun tak terlihat.

"Tapi aku sudah tidak tahan lagi!" suara Kiba terdengar antara memohon dan menuntut.

Deg!

Pembicaraan ini... pembicaraan antara dua pria ini sama persis dengan pembicaraan dua tokoh utama pria dalam novelnya. Mendadak semuanya tampak jelas dimata Ino. Kenapa Shika tak pernah mau menuruti permintaannya dengan senang hati, kenapa dia selalu tampak malas bila bersama Ino, kenapa dia tak pernah mengajak Ino berkencan berdua dengan romantis, bahkan setelah pacaran lebih dari dua tahun Ino masih perawan! Dan semuanya tampak jelas sekarang, karena Shikamaru tak benar-benar mencintainya!

Tanpa memperdulikan di mana kedua sosok itu berada Ino berlari menjauhi tempat itu dengan dada yang berdenyut-denyut sakit.

~LhyN~

Sedih? Tentu saja Ino merasa sedih. Lelaki yang selama ini dicintainya ternyata hanya menjadikannya topeng, agar hubungannya dengan kekasih yang sebenarnya tidak tercium oleh publik. Dengan geram gadis itu meremas sebuah sweater di tangannya dan akhirnya melempar sweater yang dengan susah payah dirajutnya sepanjang musim semi ini kedalam sebuah kotak.

Jelas dia bukan type gadis yang akan mengurung diri di kamarnya dan menangisi nasibnya selama bermalam-malam. Tidak! Dia punya cara lain untuk menghilangkan kesedihannya. Dia lebih suka berdiri diantara bunga-bunga yang secara perlahan akan memerah seiring dengan senja yang datang menyinari toko bunganya. Semua warna akan berbaur dengan benang-benang jingga yang tersulam di udara.

Dia bisa melupakan segalanya dengan berdiri disana termasuk juga melupakan sakit hatinya pada pemuda berkuncir nanas kalau saja pemuda itu tidak tiba-tiba datang dan menyapanya dengan malas seperti biasa.

"Mau apa kau kesini!" ketus Ino yang sama sekali tidak bernada pertanyaan.

"Ck. Aku mau minta maaf. Kaa-san bilang tadi siang kau datang lagi dan dia menyuruhku untuk datang menemuimu!"

"Cih! Minta maaf untuk hal sepele seperti itu sementara di belakangku kau menghianatiku? Benar-benar jenius."

Shikamaru membulatkan matanya sesaat sebelum kembali menghela napas bosan. "Kau kenapa lagi Ino?"

"Tak usah berbelit-belit Shika! Kalau kau memang sangat mencintainya hingga membuatmu bisa melakukan hal ini padaku lebih baik kau tinggalkan saja aku dan memulai hubungan yang sebenarnya dengan 'DIA'," Ino berkata dengan cepat dan penuh amarah di dalamnya, bola matanya yang berkaca-kaca membuat Shikamaru tersikap dan tidak lagi bersikap santai-santai.

"Kau mulai bicara asal lagi, padahal kemarin kau sudah menunjukan sikap baikmu, kenapa sekarang kau jadi makin parah? Aku tidak mencintai Temari, Bodoh!" dia menegaskan, sejujurnya sudah puluhan kali dia mengatakan ini pada kekasihnya.

"Aku tidak sedang membicarakan Temari! Tapi kau dan Kiba!"

'GUBRAG!' Shikamaru terjatuh mendadak, padahal sebelumnya dia berdiri tegak dan tidak memiliki cedera apapun pada kakinya.

"Terkejut aku mengetahui semuanya? Ambil saja hikmahnya Shika.. kau tak perlu lagi menyembunyikan semuanya lagi!" seru Ino dan dengan pecahnya tangis gadis itu, dia berbalik dan berlari masuk kedalam rumahnya yang berada di belakang toko bunga itu. Meninggalkan Shikamaru yang masih tampak shock dengan mulut yang membuka dan menutup persis seperti ikan yang diangkat dari air dengan wajah bodoh melebihi siapapun.

"Kiba?" gumamnya tak percaya.

Shikamaru sangat tahu bahwa Ino adalah type gadis pencemburu dan dia berhasil menyatasi semua kecemburuan Ino dengan tidak dekat dengan gadis manapun selain Rookie 9 dan Temari. Pun kadang masih saja diwarnai pertengkaran karena kecemburuan itu. Tapi sekarang... Oh, ya ampunnnnn... apa tidak ada lagi gadis yang pantas di Konoha sampai-sampai Ino menjadikan Kiba sebagai kambingnya? Kalau Kiba berambut panjang dengan dada menonjol dan tidak memiliki ekor di antara kedua pahanya Shikamaru bisa mengerti! Tapi sangat jelas bahwa Kiba adalah makluk berjenis kelamin sama dengannya...

Dunia pasti telah jadi kotak!

~LhyN~

Sudah lewat jam makan malam dan Ino belum mau keluar dari kamarnya, membuat Shikamaru mau tak mau harus meninggalkan rumah itu dan berharap besok pagi dia bisa menjelaskan kesalah pahaman ini –apakah itu perlu?–. padahal kalau ada orang yang pantas sakit hati seharusnya dialah orangnya. Seenaknya saja gadis itu menuduh dia selingkuh yang parahnya tuduhan itu merangkap dengan tuduhan bahwa dia seorang maho!

'Yah.. benar-benar menyakitkan!' batin Shikamaru mengironiskan diri.

Dan akan lebih ironis lagi kalau saja dia mau berkeras membuka pintu kamar Ino dan menyadari kamar itu kosong dengan jendela yang terbuka, Ino telah pergi sejak sejam yang lalu. Tak tahu menahu tentang hal itu, Shikamaru pun beranjak dari tempatnya duduk di meja kasir dan memulai untuk menutup toko bunga yang ditinggalkan kekasihnya. Beruntung sejak dia duduk disana hanya ada dua pelanggan yang meminta dibuatkan rangkaian bunga, Shikamaru tak pernah bisa pandai meski sering kali Ino mengajarinya merangkai bunga.

Dia pun melangkah menuju lapangan di sektor lima, hari ini dia berjanji bertemu seseorang disana. Patner janjiannya telah menunggunya begitu dia tiba, pemuda bertato segitiga itu masih tampak kuyu seperti hari kemarin, padahal Shikamaru telah mengatakan agar tak perlu khawatir lagi.

"Kau lama sekali," Kiba berujar kesal.

Tak menanggapi, Shikamaru langsung menghampiri seekor anjing besar yang berbaring di tanah dan memulai pemeriksaannya pada anjing itu. Dia meraba beberapa bagian didaerah leher Akamaru, tampak memijat-mijat beberapa bagian dan akhirnya mengeluarkan sebuah pil berwarna hijau dari kantong belakangnya.

Akamaru dengan sigap memakan pil itu dan Shikamaru pun menepuk-nepuk kepala si anjing besar tanda pemeriksaannya selesai.

"Itu obat terakhirnya, dia tak memerlukannya lagi. Hanya butuh istirahat total sehari lagi dan dia bisa kembali berlatih jutsu bersamamu lagi," gumam si pemuda nanas setengah malas.

"Benarkah? WOW kau dengar itu Akamaru?" Akamaru mengedikkan kepalanya, karena tak bisa mengeluarkan suaranya sebelum Kiba memperbolehkannya menggonggong lagi. Kiba dengan wajah berbinar memeluk anjingnya dan mengusap kepala Akamaru dengan girang. "Wow! Arigatou Shika!" pemuda anjing itu pun memeluk Shikamaru dan menepuk-nepuk punggung Shika seperti biasa.

"Shika... kau... benar-benar keterlaluan!" pekik seorang gadis yang otomatis membuat Kiba melepaskan Shikamaru dari pelukannya.

"Ino?"

"Dan kau Kiba! Tega sekali kau melakukan semua ini padaku! Kalau kau memang mencintai Shika, seharusnya kau bisa bersikap lebih sportif dengan ku!" marah gadis Pirang itu, aura gelap memancar dari sekitar tubuhnya membuat siapa saja bergidig ngeri bahkan untuk sekedar memandangnya.

"A-aku... aku apa?" Kiba tergagap dipandangnya gadis Pirang itu dengan tidak percaya dan secara insting atau naluri dia menggerakkan tubuhnya menjauhi Shikamaru yang tampaknya sama shocknya dengan dia.

"Shikaaa..." suara Ino bergetar, gadis itu berjalan mendekati Shikamaru yang masih belum sadar dari kekakuannya. "Aku mencarimu untuk menyerahkan ini... tanjoubi omedetou ne... sebenarnya siang tadi aku bukan ingin mengajakmu untuk belanja, tapi untuk merayakan ulang tahunmu berdua denganku.. tapi sepertinya kau punya acara lain dengan kekasih barumu." Setelah mengatakan itu Ino menyerahkan sebuah kotak ketangan Shikamaru dan pergi menghilang.

Hening hingga beberapa saat.

Kening Kiba berkerut dan akhirnya dia pun bicara. "Apa maksudnya tadi!"

"Cih! Merepotkan, hei kau cepat bayar biaya pengobatan anjingmu ini, aku harus segera menyelesaikan hal merepotkan ini," kata Shikamaru akhirnya.

"Huftt... aku tak mengira wanita bisa mengerikan seperti itu," gumam si pemuda segitiga sambil menyerahkan beberapa Ryo sebagai imbalan atas jasa Shikamaru pada anjingnya. "Ngomong-ngomong, apa benar hari ini kau ulang tahun?"

"Entahlah... aku lupa," setelah mengatakan itu Shikamaru pun menghilang dari hadapan Kiba. Ada hal merepotkan yang harus diselesaikannya. Ck! Dasar perempuan.

~LhyN~

Ino terpengkur di atas tempat tidurnya dengan sebuah buku bersampul biru di tangannya. Matanya yang sembab bergerak kekanan dan kekiri mengikuti setiap barisan kata yang tercetak di bukunya. Dia ingin segera tahu akhir kisah dari seri ke enam buku favoritenya itu dan entah kenapa saat membaca kali ini dia merasa lebih bersimpatik pada gadis bernama Kirei yang menjadi topeng bagi hubungan terlarang Ruiga dan kekasihnya Yuigo.

"Hiks... aku ingin setegar kau Kirei... merelakan pria yang kau cintaiiii... hiks...," Ino mulai terisak kembali. "Shikaaa... jahat sekaliii... hiks."

"Jadi karena buku itu ya?"

"Shika apa yang kau lakukan di sini ha? Pergi! Kau tidak lihat aku sedang menangis! Pergi sana!" gerutu Ino begitu menyadari kehadiran pemuda berkuncir nanas yang duduk diambang jendelanya.

"Bodoh! Memangnya apa yang kau tangisi?"

"Tentu saja Kau dan—"

"Makanya jangan berpikir aneh-aneh! Seenaknya saja menuduh..." Shikamaru mulai bangkit dan berjalan kearah tempat tidur Ino, sementara gadis itu tetap diam tak bergerak.

"Aku tidak menuduh! Semua bukti itu sesuai!" Ino mulai melempar bukunya kearah Shikamaru dengan kesal. "Kau MAHO! Itu sebabnya kau tidak pernah menyentuhku, menciumku saja kau malas! Aku juga mendengar pembicaraanmu dengan Kiba waktu di hutan belakang rumahmu! Kau tak bisa menyangkal lagi!" gertak Ino berapi-api.

"Jadi kau mau ku sentuh?"

'Bugh!' sebuah bantal melayang kemuka Shikamaru dan mendarat dengan sukses.

"Bukan itu maksudku!" Maki Ino dengan wajah memerah. "Tapi.. kita berulang kali satu misi berdua, tidur seranjang bahkan satu kantong tidur bersama dan kau sama sekali tidak pernah... umm... terangsang padahal kalau lelaki normal pasti... ARGH! Intinya kau pasti hanya tertarik pada pria! Iyakan!"

Tak menghiraukan kemarahan Ino yang tampaknya bisa membakar apa saja, Shikamaru merebahkan dirinya diatas tempat tidur Ino. "Hooammm melihat kasur aku jadi ngantuk."

"SHIKA!"

"Aku masih normal, aku mencintaimu dan ummm te-terangsang... padamu..." untuk menutupi wajahnya yang memerah Shikamaru berguling memunggungi Ino. "Hanya saja aku menahannya! Aku tidak mau mati dibunuh Tousanmu kalau aku macam-macam," wajahnya memanas, Oh tuhan... ini pembicaraan paling merepotkan sepanjang hidupnya!

"Bohong!" sergah Ino.

"Tidak bohong," gumam Shika malas-malasan.

"Tapi kau dan Kiba.."

-set-

'Bughh'

"Ugh! S-Shika..." Ino tergagap ketika Shikamaru begitu saja menarik tubuhnya dan berguling hingga memposisikan pemuda itu berada diatasnya. Tapi tetap saja... berwajah bosan.

"Jangan bercanda Ino! Masa aku harus menjelaskan kalau Kiba hanya temanku? Itu merepotkan! Dia memintaku untuk merawat Akamaru yang mengalami infeksi tenggorokan, itu saja..." katanya dengan onyx yang menatap tajam aquamarine, tentu saja hal itu membuat Ino memerah dan Shikamaru pun menyeringgai.

"Ummm... Aku masih ragu Shika..."

Kenapa kau tak jujur saja Ino? Kau ingin dia menciummu kan? Eh,,, tunggu... kenapa dia...

"S-Shikaaa?" Ino gugup ketika Shikamaru mulai merendahkan tubuhnya dan sekejap kemudian mereraih bibir tipis Ino, mengecupnya dengan lembut dan... cukup! Hanya satu kecupan dan pemuda itu kembali mengambil jarak. Shikamaru tersenyum puas mendapati wajah gadis dibawahnya memerah hingga ketelinga.

"Otanjoubi Omedetou... sekarang biarkan aku tidur..."

Puas dengan hasil yang didapatkannya, Shikamaru mulai mengambil posisi di samping gadis itu dan menarik selimut berwarna ungu itu hingga sebatas dada, sementara gadis berambut pirang itu masih membisu dengan tangan yang meraba bibirnya. Lembut sekali...

Oh, Ino sedang melayang!

"Ummm Shika..." gadis itu mulai sadar.

"Hmmm..."

"Jangan tidur dikamarku! Hari ini Tousan pulang dari misinya!" meski berkata begitu Ino tak beranjak dari posisinya, bahkan tangannya pasih setia meraba bibirnya.

"Hmmmm..."

"Kau bisa dicincangnya Baka!" gadis itu masih pada posisinya, begitu pula Shikamaru.

"Hmmmm ini tengah malam Ino... tidur saja! Jangan berisik!"

"Shikaaaaa..."

"Inooo aku akan menikahimu kalau kau hamil, oke!"

-blush-

'Bugh!' sebuah bantal menghantam kepala Shikamaru sebelum akhirnya terpental dan jatuh kelantai. "Aku tidak akan hamil kalau kau hanya tidur!"

"Kalau begitu tidak masalah kan? Atau kau mau hamil?"

'BUGH!' kali ini Ino menggunakan gulingnya.

"Terserah kau sajalah! Asalkan kau tidak dekat-dekat dengan Kiba lagi!" gerutu Ino dan akhirnya gadis itu pun menarik selimut yang sama dengan yang dipakai kekasihnya.

Ironis bagi Shikamaru, kekasihnya sama sekali belum menyadari keberadaan sebuah cincin yang melingkar manis di jari manisnya. Yah... setidaknya besok dia bisa mendapat pelukan selamat pagi saat Ino menyadarinya nanti. Tapi dari pada memikirkan itu, lebih baik dia memikirkan bagaimana caranya untuk menyingkirkan enam buku yang menjadi koleksi pertama kekasihnya sebagai fujoshi.

'Ck. Merepotkan!'

~FIN~

Gaje kan?

Yah Lhyn tahu kok... ada yang bersedia rifyukah?

After Mission TeaTime

Akatsuki After Mission TeaTime

By: Akasuna Nee

Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Warning:OOC,4G:Gaje,Garing,Gombal,Galau-?-

Don't like, don't read, okay?

Let's go to the story!






Suatu siang di markas Akatsuki yang berukuran besar dan luas (Author bosan dengan gambaran markas Akatsuki yang sumpek, sempit dan serba kekurangan, haha). Suasana di sana begitu sunyi karena hanya ada dua orang yang bermewek-mewekan -?- tanpa semangat masa muda. Sang ketua yang (tidak) terhormat, Pein, dengan pacar#coret asistennya, Konan. Sementara anggota Akatsuki yang lain pergi menjalankan misi, lebih tepatnya menjadi tenaga kerja. Yeah, kalian bakalan tahu nanti.

"Wah, sepi sekali markas ini." ucap Konan memandangi ruang tamu yang kosong.

"Aih, malah bagus dong!" sahut Pein yang sedang membaca manga hentai sambil tidur-tiduran di karpet. Pein bangkit dan mendekati Konan dari belakang. "Kalau begitu, kita bisa…."

PLAK!

"Nggak gitu juga deh!" Konan menangkis 'serangan' Pein. Pein memajukan bibir seksinya –huek-, cemberut.

"Konan kok gitu siih?" rengut Pein.

"Sudah ah Pein! Aku jadi mau muntah ngeliat muka pierching karatanmu itu!" Konan memalingkan wajahnya. Konan memandang ke arah jendela. "Sudah 7 hari mereka pergi. Aku kangen deh. Oiya, kapan mereka pulang?"

"Besok." jawab Pein. "Emangnya kenapa?"

Secercah ide terbesit di kepala Konan. "Ah! Aku ada ide untuk menyambut mereka semua!"

"Bah, buat apa sih babu-babu kita itu disambut, Konaaaan? Buang-buang duit aja!" protes Pein –yang entah kenapa jadi ketularan Kakuzu-.

"Kan kasihan mereka, udah pergi misi selama seminggu pasti capek banget. Aku ingin menyambut mereka dengan sesuatu yang dapat membuat capek mereka hilang." Konan berpendapat. Tiba-tiba ia menyeret Pein dan berkata, "Pein, temenin aku belanja! Aku mau bikin banyak makanan!"

"Eeh? Ntar Kakuzu ngamuk berat lho kalo uangnya habis?" Pein terkejut. Kok Pein jadi kayak Kakuzu ya?

"Semua biayanya aku yang tanggung!" sahut Konan, dengan sedikit senyum licik di wajahnya. "Udah deh, yang penting ayo ikut aku belanja!"

~o0o~

Sepulang belanja, Konan melenggang bebas ke dapur. Sementara di belakangnya, Pein mengikutinya dengan gerakan seperti nenek-nenek kena asam urat osteoporosis anemia demam berdarah -?-, singkatnya, menderita. Ya, karena Konan menyuruhnya untuk membawakan seluruh belanjaannya yang seberat badan Kisame. Pein buru-buru meletakkan belanjaan, kemudian melaju meninggalkan dapur secepat kilat dan bersembunyi di kamarnya tanpa sepengetahuan Konan.

"Pein, ayo bantu aku masak!" sahut Konan seraya mencari-cari Pein. "Eh Pein, kamu dimana?"

Sementara itu, Pein bersembunyi di kolong tempat tidurnya yang luarrr biasa busuk. Di sana, terdapat 10 tikus yang tergabung dalam AkatsuTikus. Pein pun bermain dengan tikus-tikus di sana.

"Semuanya, ayo berkumpul!" Pein memainkan seekor tikus belang hitam yang diumpamakannya sebagai Pein, dirinya. Pein menangkap satu tikus betina yang dianggapnya sebagai Konan. "Konan, beri tahu mereka misi yang harus dikerjakan!". Lalu Pein menangkap seekor tikus bergender ganda -?-, satu tikus berwajah baby face -?-, satu tikus keriputan -?-, dan satu tikus hasil persilangan dengan hiu -?-.

Lupakan kegajean dan kegalauan Pein di situ. Kita beralih ke Konan.

"Ah, sudahlah kalau dia tak mau bantu. Biar aku kerjakan sendiri." desah Konan. "Aku mau bikin kue dan cemilan dulu. Masakannya sebagian dikerjain besok…"

Konan berkutat di dapur hingga tengah malam, demi menyambut lebaran, eh, demi menyambut delapan babunya, eh, demi menyambut delapan teman-temannya yang akan datang besok. Pein sih ogah, buat apa sih bersusah payah hanya untuk menyambut babu-babu itu, pikir Pein.

"Capek banget…. Tapi entah kenapa rasanya senang…" Konan memandangi hasil kerja kerasnya. "Lanjutkan besok lagi ah. Ngantuk nih…"

~o0o~

"Zetsu-senpai, ayo pulang~ Tobi capek~"

"Tunggu ya Tobi, bentar lagi pekerjaan senpai selesai kok, tinggal 5 mayat lagi yang harus kubersihkan…"

"Ng?"

Udah tau kan siapa yang terlibat dalam percakapan di atas? Yep, Tobi dan Zetsu. Tapi kalian masih penasaran apa yang sebenarnya mereka kerjakan kan? Makanya, ayo kita lanjutkan.

"Tobi, bantuin dong, kenyang juga nih ngeberesin sekian banyak mayat di sini…" ucap Zetsu pada Tobi.

Tobi menampik, "Gak ah! Tobi anak baik! Tobi bukan kanibal! Lagipula, apaan sih rasa daging mayat, Zetsu-senpai?"

"Rasanya seperti… lollipop."

"Ah masa? Kalo gitu Tobi juga mau coba ah!"

Takut menanggung akibat buruk yang akan terjadi, Zetsu buru-buru mencegah bocah bertopeng tersebut, "Eh, sebaiknya jangan deh. Mendingan aku aja ya."

Slurp slurp slurp slurp slurp (emangnya ini suara apaan?).

"Sudah selesai. Ayo kita pulang."

"Iya deh. Pantai ini bau banget. Tobi gak suka!"

Oke deh, kukasih tau apa yang mereka barusan lakukan tadi. Mereka baru saja menyelesaikan misi menjadi tenaga kerja, tenaga kerja sebagai pembersih mayat-mayat yang berserakan di pantai pasca tsunami –lama amat neng!-, tapi yang kerja cuma Zetsu saja, kan gak mungkin Tobi yang makan mayatnya.

Beberapa saat kemudian…

"Huh! Mereka pikir aku ini penyedot debu apa? Seenaknya aja nyuruh gue bersihin semua mayat busuk di situ! Aku jadi mau muntah!" rutuk Zetsu putih.

"Jangan munak! Bilang aja kalo itu enak! Gak usah sok sucilah!" balas Zetsu hitam.

"Tapi aku gak suka dianggap kayak pembersih debu!"

"Kita kan pembersih mayat, bukan pembersih debu, bodoh."

Tobi menimpali, "Zetsu-senpai, Kakuzu-senpai gak ngizinin kita beli penyedot debu karena harganya mahal…" Tobi melirik ke arah Zetsu, "Kalo ada yang lebih murah, kenapa tidak?"

"HEH! AKU TIDAK MURAHAN!" protes Zetsu hitam dan putih bersamaan.

"Zetsu-senpai kan bukan banci kayak Deidara-senpai." Balas Tobi.

(Deidara –di suatu tempat- : Haaatchiii!)

"Huuh! Kau ini, Tobi! Mau kulahap?" amarah Zetsu hitam memuncak.

"Jangaan! Kita udah kenyang~" sahut Zetsu putih memelas.

"Tapi…"

Tobi memandang ke depan, dan ternyata markas sudah dekat dengan mereka. Tobi berlari ke arah markas.

"TOBI PULAAAAAAANG!"

Sementara itu di markas, Konan yang sedang sibuk memasak langsung membukakan pintu begitu mendengar suara Tobi.

"Eeh, Tobi ama Zetsu. Selamat dataaang!" sambut Konan dengan ceria. "Ayo masuk!"

"Waaahh~" Tobi dan Zetsu terkesima dengan pemandangan markas yang mereka lihat saat ini.

Ruang tamu yang biasanya berantakan, mendadak menjadi rapiiii sekali. Sofa tertata dengan rapi lengkap dengan bantalnya. Di meja ada banyak sekali cemilan. Ada biskuit oreo, dango, ikan asin, permen-permen kecil bulat rasa jeruk, bakpao isi cabe rawit, keripik singkong balado, kolang-kaling, dan kue berbentuk seperti uang –kamu tau kan itu buat siapa?-. Disediakan pula green tea dan air putih sebagai minuman. Di atas ruang tamu terpasang spanduk bertuliskan "OKAERINASAI! AFTER MISSION TEATIME!"

"Kalian suka? Ini semua aku sendiri yang menyiapkan lho." Kata Konan.

"Waah~ Konan-senpai menyiapkan ini semua buat menyambut kami?" Tobi merasa terharu dengan anime cry yang mengalir deras. "Tobi anak baik siih, jadi pantes disambut~"

"Tidak,diapantasuntukdisambit." timpal Zetsu hitam yang masih menaruh dendam pada Tobi.

"Ufufufu… ini memang untuk menyambut kalian. Tapi gak cuma kalian berdua, ini juga buat babu-babu, eh, teman-teman lain yang akan pulang dari misi." jelas Konan. "Ayo, silahkan beristirahat! Makanlah apa yang kalian suka, tapi jangan dihabisin semua ya."

"Yaaay!" Tobi berteriak girang dan segera melompat ke sofa yang empuk. "Waah, ada permen jeruk! Asyiiik~" Tobi mengambil setoples penuh permen jeruk tersebut dan menghabiskannya dalam satu lahap.

"Ufufufufu… Tobi, kebanyakan, makan permen itu gak bagus lho, entar gigimu bisa busuk." Konan tertawa geli melihat tingkah Tobi.

"Ah, sabodo lah! Tobi kan udah tua, gigi Tobi udah ompong semua. Jadi apa yang mau dibusukin?" ucap Tobi dengan innocent-nya membeberkan identitas aslinya.

"Lho, jadi selama ini Tobi nguyah makanan pake apa?" Konan sweatdrop.

"Pake gigi palsu, gantian ama Kakuzu-senpai." jawab Tobi enteng.

"Wah, ini biskuit yang aku banget~" Zetsu mengambil sepotong biskuit oreo dan memakannya. Gak cuma satu, tapi semua biskuit oreo yang ada. Kangen makan makanan yang lebih bergizi -?- dari mayat kali ya.

Daripada makin sweatdrop, Konan pun meninggalkan ruang tamu. "Ya udah. Silahkan istirahat ya. Kalau ada apa-apa panggil saja aku."

Setelah bosan makan permen, Tobi menuju ke ruang tengah. Dilihatnya Pein yang sedang menonton TV dengan khidmatnya. Kenapa khidmat? Bukan karena yang ditayangkan itu peliputan upacara penaikan bendera 17 Agustus, tapi hanyalah sebuah acara fashion show dari Paris yang menampilkan koleksi bikini terbaru karya para desainer terkenal.

"Tobi mau nonton TV, tapi Tobi gak mau nonton yang itu…" pinta Tobi dalam hati. Kemudian, Tobi pun bergelayutan di tangan Pein.

"Leader, Tobi mau nonton TV~"

"Oh, tonton ini aja bareng gue." tawar Pein tanpa mengganti channel-nya. "Tau nggak, nonton ini bagus untuk meningkatkan kreativitas (hentai)-mu, memperluas pengetahuan (bokep)-mu, dan baik untuk ditonton anak-anak (di atas 17 tahun). Beneran deh!"

Walaupun Pein telah meyakinkan Tobi tanpa diketahui kedok mesumnya sama sekali (dengan mengucapkan kata-kata dalam kurung tadi dengan sangaaat pelan), Tobi anak baik tidak terpengaruh. Ya, namanya aja anak baik.

"Tobi anak baek gak mau nonton yang kayak gituan!" ucap Tobi tegas. Ya, karena Tobi maunya nonton Upin Ipin.

"Ya udah, mendingan lo gak usah ikutan nonton." dengan judesnya Pein mengusir Tobi. "Hush hush, sana pergi ke kandang lo!"

"HUAAAAAA~" Tobi merengek dan berlari ke arah Konan yang sedang memasak di dapur. "Konan-senpai, Leader jahat deh! Masa' Tobi mau nonton TV diusir ama dia! Padahal Tobi mau nonton Upin Ipin, bukan yang buka-bukaan!"

"Ooh, kasihan…" tanggap Konan. "Eh tunggu, apa kamu bilang tadi? Buka-bukaan?"

Tobi mengganguk. Seketika Konan menyiapkan tampang deathglare-nya untuk dilemparkan ke muka bejat Pein. Mereka berdua pun menghampiri Pein.

Yak, bayangkan skenarionya seperti ini: Konan memasang tampang horror (Kamu bisa bayangkan Belarus dari Hetalia) dengan berkacak pinggang. Sementara Tobi memeluk pinggang Konan layaknya seorang anak yang meminta belas kasihan ibunya karena sering disiksa ayahnya. Di hadapan Konan, Pein memasang tampang cengo yang menunjukkan ketakutan yang mendalam serta tubuh dalam posisi nungging -?-. Tanpa babibu lagi, Pein langsung ngacir ke kamarnya, sedangkan Tobi dapatkan TV-nya. Horee!

"Makasih ya Konan-senpai~. Tobi jadi bisa nonton Upin Ipin sekarang~" Tobi memeluk pinggang Konan lagi. "Konan-senpai mau ikut nonton gak?"

"Nggak usah, Tobi nonton sendiri aja ya." Konan tersenyum. Tanpa mereka sadari, serangkaian adegan tersebut telah memancing kecemburuan Pein.

"Awas lo nanti ya!" geram Pein dalam hati. Kini, ia sedang membaca majalah 'khusus +17' terbaru miliknya.

Konan mengalihkan pandangannya pada Zetsu. "Zetsu, bantuin aku masak dong. Aku capek ngerjainnya sendirian…"

"Baiklah…" daripada mendapat 'hadiah' seperti Pein, Zetsu merasa lebih baik menurut.

~o0o~

"Tachiii~ aku capek jalan nih~ gendongin aku dong~"

"Enak aje lo, Same! Bisa mati muda gue!"

"Emang segitu parahnya dakuuh?"

"Lebih parah dari yang dibayangkan! Mendingan gue cebokin adek gue daripada harus ngegendong raksasa kayak lu! Emangnya gue kuli hiu apa?"

"Iih~ Betapa kejamnya dirimu Tachii~ "

Kenal dengan dua orang yang berbicara di atas? Jangan jawab mereka itu Sasuke dan Naruto, tapi yang benar, Itachi dan Kisame.

"Jangan kau pikir pekerjaan ngebakul beras itu segampang merayu Deidara, Kisame. Pinggangku encok nih~" Itachi mengelus punggungnya. Aduh Itachi, Nampak banget ya penuaan dininya.

(Kembali ke Deidara –di suatu tempat entah di mana- : Haaaatchiii!)

Tunggu, apa dia bilang tadi? Ngebakul beras?

"Kalo aku mah malah terbalik ama kamu, Itachi. Lebih gampang ngebakul beras daripada ngerayu Deidara." timpal Kisame.

Hal yang seperti itu tidak usah dirisaukan, Kisame. Kalian berdua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi kalian saling melengkapi satu sama lain~

Kembali ke soal ngebakul beras. Maksudnya apa sih? Jangan sampe dibawa pusing loh, karena mereka berdua hanya menjalani misi tenaga kerja, sebagai tukang bakul beras di Konohagakure. Jangan salah, itu lebih mantesin daripada jadi kuli hiu loh.

"Ah, kita udah mau sampai di markas!" seru Itachi menunjuk ke arah markas yang jaraknya tinggal 100 meter dari tempat mereka berdiri.

"Yosh! Aku mau cepat pulang! Ayo, Itachi!" entah dapat kekuatan dari mana, Kisame melaju super cepat ke arah markas sambil menyeret Itachi yang tak berdosa itu.

"KAMI PULAAAAAANG!"

Konan segera membukakan pintu dengan ceria. "Eeh, selamat datang, Kisame! Itachi! Ayo masuk!"

Begitu memasuki ruang tamu, Itachi dan Kisame dibuat terkesima dengan bentuk penyambutan yang terpampang di depan mata mereka. Bahkan saking terpesonanya, Kisame termehek-mehek dengan hebatnya dan Itachi langsung sujud syukur dengan khusyuknya.

"Jadi… ini pesta penyambutan buat kami?" tanya Kisame.

"Ya, tapi gak cuma kalian loh. Ini juga buat teman-teman lain yang pulang dari misi." jelas Konan seperti sebelumnya. "Ya sudah. Silahkan istirahat dan nikmati makanan yang ada. Kalo ada apa-apa bilang ke aku aja ya.". Konan pun berjalan ke arah dapur.

"Asyiik!" seru Itachi dan Kisame seraya menghempaskan diri ke sofa.

"Waah, ada ikan asin!" sahut Kisame ketika melihat semangkok ikan asin dan mengambilnya satu. "Hm… enak! Jadi inget kampung halaman gue nih~". Dan dimulailah khayalan melodrama mengalun di pikiran Kisame dengan damainya. Tak perlu diceritakan apa yang dipikirkannya, terlalu lebay deh, saia takut kalian pada muntah-muntah.

"Wah, ada dango!" Itachi tersenyum riang sambil mengambil satu tusuk dango. "Hm… mamamia lezatos!". Saking cintanya pada dango, Itachi sampai menghabiskan seluruh dango yang ada dengan beringas.

"Yaah, habis deh. Aku kenyang~" sahut Itachi. Kemudian, ia melirik ke arah Kisame. Eh, ternyata udah ketiduran dia. Ah, palingan lagi mimpi nikah ama Ariel The Little Mermaid!

Itachi mengalihkan pandangannya ke Pein yang sedang membaca majalah 'tujuhbelasan' tadi. Kemudian terbesit ide di benak Itachi.

"Pein, pinjem majalahnya dong." pinta Itachi pada Pein tiba-tiba. Apaa? Kenapa Itachi….? Tunggu, jangan pada salah paham dulu neng.

"Emoh." Pein ngacangin Itachi. Itachi cemberut. Entar tambah keriput lho.

Demi mendapatkan majalah tersebut (entah apa yang memotivasinya, hanya Tuhan, author dan Itachi yang tahu), Itachi mendatangi Konan di dapur.

"Konan~ bantu aku dong~" pinta Itachi dengan jurus "puppy 'sharingan' eye no jutsu" andalannya.

"Ada apa, Itachi?" tanya Konan. Itachi mengajak Konan ke ruang tengah dan menghampiri Pein.

"Aku mau majalah yang dibaca Pein~" pinta Itachi. Sebagaimana para readers, Konan terkejut.

"Eeh? Gak salah nih?" Konan cengo.

"Jangan berpikiran negatif dulu, neng. Aku mau baca itu bukan kerana mau liat yang buka-bukaan… aku mau cari 'lowongan' (baca: kontak jodoh) di majalah itu. Katanya di majalah itu ada." jelas Itachi dengan wajah yang begitu meyakinkan, karena masih menggunakan jurus andalannya tadi.

"Hn, baiklah." Konan menurut. Dipasangnya lagi tampang deathglare andalannya buat Pein. Yeah, Pein sudah tahu lah apa arti yang tersembunyi dari tampang partnernya itu. Alamat dihajar nanti, Pein buru-buru menyerahkan sang majalah dengan wajah pasrah.

"Yap, makasih!" sahut Itachi pada Pein ketika menerima majalah tersebut. "Oh ya, makasih juga ya Konan."

"Ya sama-sama." jawab Konan. Lalu Konan menghampiri Kisame yang sedang tertidur pulas.

"Aku butuh satu orang lagi buat bantuin aku masak nih." batin Konan. Konan membangunkan Kisame, "Kisame…"

"Ya Ariel~" sepertinya Kisame masih terlena dalam mimpinya.

"Hei, aku bukan Ariel loh." Konan bersuara gahar.

"Ariel, kita kan sudah menikah~ Apa yang perlu kamu kuatirkan, sayaang?". Masih dalam keadaan tidak sadar, Kisame mengelus telapak tangan Konan. Wah, lihat, api kecemburuan telah membakar Pein!

"Ayo bantu aku masak, Kisame!" Konan meninggikan suaranya.

"Aah~ jangan begitu dong sayaang~ kok Ariel galak amat siih?". Duuh, dasar Kisame!

Konan mengambil sepotong ikan asin dan mendekatkannya pada hidung Kisame. Kisame mengendus-endusnya hidungnya.

"Ekh? Ariel?" Kisame terbangun perlahan. Ia terkejut. "Oops, eh, Konan?"

"Naah, udah bangun? Ayo bantu aku masak!" Konan menyeret paksa Kisame ke dapur.

Kisame tak bisa mengelak lagi. "Ee… ba-baiklah.."

~o0o~

"Huaaaah… pantatku pegal sekali! You're such a blo**y hell, Kakuzu!"

"Sabarlah sedikit, Hidan. Jashin mengajarkan kita untuk sabar dalam menghadapi apapun.". Lho?

"Heh, beraninya kau jadi sok alim begitu, f***ing Fulluzu! Aku ini lebih alim dari siapapun!"

"Huh! Oiya, orang yang sabar juga banyak duitnya!"

"Bah! Duiiit mulu yang kau pikirkan di otakmu itu."

"Dan orang yang sabar disayang Deidara loh."

(Lagi-lagi Deidara –di tempat apalah itu- : Haaaaatchi!)

"Iih! Nyebelin banget lo, Kakuz! Aku mau pulang sekarang!"

"Tunggu dulu sampai sekoper uang itu sampai ke tanganku."

Bisa tebak siapa mereka? Yap, Hidan dan Fulluzu, eh, Kakuzu.

"Yap. Pekerjaan selesai. Target sudah diserahkan dan uang sudah didapat. Mau apa lagi, Fulluzu?" si Hidan gak sabaran juga nih, padahal udah dijanjiin disayang Deidara loh.

"Aku mau pastikan berapa jumlah uang dalam koper ini, apa benar jumlahnya 30 juta ryo atau kurang. Kalo lebih malah lebih bagus." jawab Kakuzu. "Kurang 1 ryo saja pun, itu sudah membuatku rugi besar!"

"Huuh!"

Inilah mereka, Hidan dan Kakuzu, sedang melakukan pekerjaan yang biasa mereka lakukan. Membunuh target dan menyerahkannya kepada tempat penukaran uang. Tumben bukan jadi tenaga kerja ni yee~

"Akhirnya pulang juga." Hidan mendengus lega. "Kau kelamaan ngitung duitnya, Kakuzu!"

"Hei hei hei! Aku ini termasuk yang cepat menghitung uang loh. Coba kalau kau yang ngitung, kita pasti baru selesai 3 jam kemudian." Kakuzu berargumen.

Sampai di markas…

"Selamat datang, Hidan, Kakuzu!" Konan menyambut di depan pintu dengan ceria. "Ayo masuk!"

"Waaah~ astaganagaa! Oh my Jashin! Ini sungguh mengesankan!" Hidan tersepona, eh, terpesona dengan bentuk penyambutan yang dilihatnya. Sambil mencium-cium telapak kaki Konan, Hidan melanjutkan curcolnya, "Oh Konan! Betapa mulianya dirimu, nak! Semoga Jashin memuliakanmu!"

"Ya, terima kasih. Silahkan beristirahat dan nikmati makanan yang kau suka." ucap Konan, sweatdrop melihat tingkah gaje Hidan.

Hidan pun langsung meloncat ke sofa, eeh…

ADAUUWWW!

"Eeh, Itachi?" Hidan melirik ke bawah. Yak, tepatnya, ada Itachi di bawah tubuh Hidan, ditimpa olehnya.

"Eh, maafin gue ya Itachi." Hidan buru-buru beranjak. "Saking capeknya gue pengen cepet-cepet rebahan di sofa nih, eh, tau-taunya ada elo situ."

"Aduuuh, encokku kumat lagiii!" keluh Itachi.

"Haduuuh, mana sih semangat masa muda lo, Tachi? Lo kayak udah siap dilempar ke panti jompo deh." sahut Hidan. "Oke deh, mau gue pijitin?"

"Kagak usah!" ketus Itachi, kembali fokus pada majalahnya.

Hidan melirik setoples keripik balado. "Mantap nih." ujarnya. Dan segera diraeplah setoples keripik balado tersebut. Karena Hidan masih manusia biasa, jadi toplesnya gak ikutan dimakan. "Wow! It's f***king spicy, baby!"

Bagaimana dengan Kakuzu?

"Konan! Beraninya kau menghabiskan banyak uang hanya untuk hal picisan gene?" Kakuzu mengeluarkan amukannya pada Konan.

"Kau tidak usah khawatir! Semua biaya aku yang tanggung kok. Ini GRATIS!" balas Konan, dengan sedikit senyum yang 'mencurigakan' pada wajahnya.

"Waah, beneran? Makasih!" Kakuzu langsung berlari ke arah sofa.

Konan tersenyum, "Baiklah, silahkan beristirahat dan makanlah yang kalian suka."

Kakuzu mengambil sepotong kue yang tampaknya menarik. Bentuknya uang, aromanya uang, dan rasanya… Kakuzu pun memakannya dan rasanya… juga seperti uang!

"Konan!" Kakuzu menghampiri Konan dengan penuh amarah. "Apa kau memakai uang untuk membuat kue ini? Apa bahan yang kau pakai? Apa kau menghancurkan UANG?"

Konan tersenyum tenang, "Tak usah khawatir, Kakuzu-san. Itu aku buat pake ramuan 'pemberi rasa dan aroma uang'. Aku juga heran menemukan yang seperti itu di toko." jawab Konan disertai sweatdrop di sudut wajahnya.

"Ooh…" kemarahan Kakuzu mereda. Dia kembali melahap kue tersebut. "Hm… ini kue terenak yang pernah gue makan seumur hidup gue!"

"Yeah, aku tahu kau pasti suka ama yang kayak gituan." ujar Konan, masih sweatdrop juga.

Sementara itu, Hidan sudah bosan dengan keripik baladonya. Dia iseng-iseng memasuki kamar Pein untuk mencari Pein yang sedari tadi tidak kelihatan. Dilihatnya Pein sedang bermain PS. Ah, game hentai euy!

"Pein, boleh aku ikutan main?" pinta Hidan.

"Gak boleh!" ucap Pein cuek.

"Lo harus ngasih gue main!" bentak Hidan.

"Kagak mau!" seru Pein.

"Kasih dong. Jashin mengatakan bahwa orang yang pelit jodohnya sempit…" Hidan berceramah.

"Ah, alasan lo aja. Pokoknya kagak mau!" Pein tak mau kalah.

"Kasih kagak?"

"Kagak!"

"Pokoknya harus kasih gue!"

"Gue gak mau!"

"Aaaarrgh!"

Terjadilah rebut-rebutan PS antara Pein dan Hidan. Bukan Hidan namanya kan, kalo berantemnya gak ribut sampe kedengeran ke rumah tetangga sebelah.

"Dasar lu memang, f***ing bl**dy hell sucking pierching!" ucapan 'sakti' Hidan keluar.

"Breng*** lu, Hidan! Gue bilang gue kagak mau! Ngalah dong ama yang lebih muda!" Pein juga tak mau kalah.

"Woy, ngaca dong lek. SIAPA YANG LEBIH TUA?"

"ANJRITTTT!"

Konan yang mendengar suara ribut-ribut tersebut langsung mendatangi kamar Pein.

"Apa-apaan ini?" sergah Konan.

Hidan pun langsung bergelayutan di kaki Konan, "Konan~ aku mau maen PS, tapi Pein gak ngasih aku~". Wah, kenapa anak-anak Akatsuki ini manja-manja amat ya?

"Heh, seenaknya aje lu! Udah mau ngerebut PS gue, sekerang lu mau ngerebut Konan dari gue lagi!" amarah Pein memuncak. Dia berancang-ancang untuk mencincang si Hidan.

HYATT! Dengan sigap Konan menangkis serangan Pein. Ia berkata pada Hidan, "Silahkan kamu main PS itu."

Hidan segera menyambar PS Pein dan berseru, "Hell yeah! Makasih ya Konan! Semoga Jashin mencintaimu!". Hidan melirik Pein sambil menjulurkan lidahnya. "Weeeek!"

"Yaah~ Konan kok gitu banget sih sama akuuuh?" Pein memelas pada Konan dengan tampang orang-yang-butuh-dikasihani-. Konan mendengus pelan.

"Kasian deh kamu. Oh iya, di kamar mandi ada air panas tuh. Kamu mandi aja sana." ujar Konan sambil menepuk pundak Pein.

"Waah, makasih ya Konaaan~" dengan berlinang air mata dan gerakan slow motion Pein hendak mencium Konan dengan nepsongnya.

"Tapi kau tak boleh menciumku! Dasar genit!" Konan menangkis 'serangan maut' Pein. Kau memang hebat, Konan!

~o0o~

"Danna, ternyata pekerjaan itu tidak semudah yang kita bayangkan ya, un."

"Iya, mereka begitu keras kepala! Ah, pusing deh gue!"

"Kalo saja yang kita hadapi itu cewek-cewek cantik nan bohai, pasti malah bakalan asyik banget, un!"

"Iya juga sih. Eh, apa lu bilang? Lu pengen cewek?"

"Ya iya dong! Gini-gini gue masih normal, tau, un! Ah, jangan-jangan Danna yang…"

"GUE JUGA MASIH NORMAL! GUE MASIH DOYAN CEWEK!"

"Danna, jangan marah dong. Gue tau Danna juga masih normal, tapi belum bisa menemukan yang benar-benar pas ya, un…"

"Uh, biar aja deh. Lebih baik single daripada bermaho ria ama manusia berdada rata!"

"Iih, Danna genit, un! Kirain Pein aja yang kayak gitu, un."

"I—itu bukan maksudku!"

Voila! Biduan -?- kita, Sasori dan Deidara sudah datang! Mau tau misi apa yang telah mereka jalankan?

"Cape deh. Kalo kayak gini keadaannya, aku gak mau punya anak, un. Repot banget!"

"Tapi yang kita hadapi kan bukan anak-anak lho, Dei. Itu orang-orang udah peot, reot, kolot, lebih susah ngurusnya daripada anak-anak kecil. Mana semuanya pikun lagi!"

Mereka baru saja menyelesaikan misi menjadi tenaga kerja, menjadi pengasuh para lansia berusia tujuh belas ke atas, eh, tujuh puluh ke atas di panti jompo. Sekarang, mereka tengah terbang dengan burung tanah liat buatan Deidara.

"Haaaa—haatchii!"

"Haaaa—haatchii!"

"Haaaa—haatchii!"

"Hei, kenapa lo bersin aja sih dari tadi?" Sasori melirik Deidara yang barusan bersin.

"Gak tau nih, Danna. Padahal gue sehat-sehat aja deh, un. Jangan-jangan ada yang ngegosipin gue…." balas Deidara. Oiya, Danna punya obat flu gak?"

"Gak ada. Yang gue punya tuh obat bius, obat penghilang kesadaran, obat penimbul kejang-kejang, dan obat penghilang nyawa…"

"Hiiih, Danna ini dokter ato psikopat sih, un?"

"Sejak kapan gue jadi dokter? Dari dulu kan gue psikopat. Khukhukhu…."

"Eh, Danna, kita udah mau nyampe markas, un!" Deidara menunjuk lurus ke arah depan, markas Akatsuki.

"Oh, syukurlah. Suruh burung ini terbang lebih cepat!" sahut Sasori.

"Buruuuuung~ GO!" seru Deidara sambil meniru gaya bicara seorang tokoh di Upin Ipin.

Burung tanah liat yang mereka tunggangi itu pun melaju kencang dengan kecepatan cahaya 3 x 10 pangkat minus tujuh kilometer per detik (author ini lemot banget di fisika, jadi mohon maklumi ya kalo salah, ini kan ngasal BANGET :D). Saking cepatnya, dinding luar markas Akatsuki pun sedikit retak akibat benturan dengan burung tanah liat dan dua orang penumpang di atasnya.

"Aduuuh, kepalaku sakit, un~" Deidara mengelus kepalanya yang ditumbuhi benjol.

"Duuh, disuruh cepat bukan kayak gini juga kalii!" rutuk Sasori yang merasa sakit di hatinya -?-

Mendengar suara di luar, Konan langsung membukakan pintu. Pasti Deidara dan Sasori sudah pulang, gumamnya.

"Selamat dataaang!" sambut Konan dengan wajah yang masih ceria seperti saat muda dulu -?-. "Ayo masuk!"

"Eh, apaan ini?" Sasori celingak celinguk memandangi ruang tamu.

"Danna! Lihat deh, un!" Deidara menunjuk ruang tamu. "Konan udah capek-capek demi membuat pesta penyambutan buat kita, un! Ya kan, Konan?"

Konan mengangguk. "Ayo! Silahkan beristirahat dan nikmati makanan yang ada. Kalian yang datang paling terakhir lho…"

Deidara dan Sasori pun segera masuk. Deidara langsung duduk di satu sofa yang kosong. Sisanya udah ditempati.

"Yaah, jadi aku duduk di mana dong?" keluh Sasori.

"Oh, kamu tiduran saja di karpet, itu di ruang tengah bareng Tobi." Ujar Konan.

"Baiklah. Aku ambil ini deh." Sasori mengambil setoples kolang-kaling dan segelas green tea, kemudian berjalan menuju ruang tengah.

"Aku ke dapur dulu ya. Kalo ada apa-apa, panggil saja aku." Ucap Konan seraya meninggalkan ruang tamu.

"Eh, apa ini?" Deidara mengambil sebuah bakpao isi cabe rawit dan memakannya.

DHUAAAAARRRR!

Wajah Deidara memerah dan rambut panjangnya mendadak jadi jigrak. Ternyata Deidara sudah menjadi korban ledakan! Bukan ledakan Bom Bali, Bom Kuningan, Bom WTC, dan bukan juga bom buatannya sendiri, tapi ledakan oleh sebuah cabe rawit dalam bakpao yang dimakannya, saudara-saudara. Singkatnya, Deidara kepedasan berat!

"HUWAAAAA! PEDEEEEEESSS! PEDEEEEEESSS, UUN!" Deidara gelagapan sampe lari tujuh keliling. "AIIIIR! GUE BUTUH AIR, UUUUN!"

Deidara pun mengambil seceret air putih dengan tergesa-gesa dan menenggaknya hingga habis. "Fuh, syukurlah, un…"

"Hei, bukannya lu suka ama yang 'meledak-meledak'?" timpal Itachi.

"Tapi gak kayak gini juga kaliii, un!" sungut Deidara. "Ah, aku mau makan yang lain aja deh, un!"

Namun, Deidara gak tega membiarkan bakpao isi cabe rawit tersebut mubazir tak termakan. Akhirnya, ia ambil satu lagi.

"Hei, nanti kau kepedasan lagi lho." ujar Itachi.

"Iya juga sih, un." Deidara memandangi bakpao yang sudah susah payah dibuat oleh Konan tersebut. "Jadi gimana, un?"

"Buang aja cabenya, Deidara… apa susahnya sih?" ujar Itachi lagi.

"Oh iya! Kenapa gak terpikir ama gue dari tadi yah, un!" Deidara pun membuang cabe yang tedapat di dalam satu bakpao ke arah Kakuzu.

"WOY! Gue bukan tempat sampah!" seru Kakuzu. Tiba-tiba, "Ups, tenang… tenang… orang sabar banyak duitnya…"

Walhasil, semua bakpao dalam mangkok bersih dari cabe rawit, sehingga Deidara bisa memakannya tanpa kepedasan lagi. Dan hal itu untungnya tidak membuat Kakuzu yang ketiban cabe rawit marah besar, karena orang sabar duitnya banyak :D.

"Aha!" Kakuzu punya ide. Dia memungut semua cabe yang tadi dibuang Deidara di sekitarnya dan mengumpulkannya.

"Lumayan, bisa dijual…" batin Kakuzu.

Kita lihat kondisi Sasori…

"Duh, gerah nih. Badan pegel-pegel lagi. Jadi pengen mandi air panas…" batin Sasori.

Sasori berjalan ke dapur dan menghampiri Konan.

"Ada apa, Sasori?" tanya Sasori.

"Aku mau mandi air panas… boleh nggak?" pinta Sasori.

"Oh, silahkan saja ke kamar mandi. Di situ sudah tersedia air panas."

"Oke, makasih."

Sasori pun beranjak ke kamar mandi. Tampaknya bak berisi air panas itu kosong. Dia sudah siap 'nyemplung' ke dalam bak tersebut. (Note: Sebaiknya Jangan Anda bayangkan bagaimana penampilan Sasori saat ini). Tiba-tiba….

GYAAA!

"Sasori?"

"Pein?"

"Heh? Siapa yang ngizinin elo masuk kemari?" sahut Pein yang baru nongol dari dalam bak.

"Konan." Jawab Sasori enteng sambil memperlihatkan SIM (Surat Izin Mandi) dari Konan, lengkap dengan stempel dan tanda tangan Konan . "Emangnya kenapa?"

"Ya udah. Masuklah." ucap Pein dengan ketus. Sasori pun masuk ke dalam bak air panas bersama Pein.

"…."

"…."

"…."

Tiba-tiba Pein keluar dari bak (dengan penampilan yang juga tak boleh dibayangkan anak-anak seperti kalian –plak-). "Gue udahan ah. 'Envy' gue jadinya." gumam Pein, dengan kata 'envy' yang diucapkan dengan sangat pelan. Malu kan kalo Leader yang begitu (tidak) terhormatnya… envy?

"Hmm…" kini Sasori benar-benar dapat merasakan suasana yang begitu tenang dan rileks.

"Huuh! Gue kesel deh! Kesel! Semua kesenangan gue direbut dengan tidak elitnya bah! Huuh!"

Pein mengeluarkan semua unek-uneknya di kamar Tobi, bukan di kamarnya, karena di kamarnya ada Hidan yang sedang bermain PS. Bisa gawat kalo berurusan ama 'the f***ing mouth' itu lagi.

"TV gue! Majalah gue! PS gue! Sekarang air panas gue! Huaaah! Kenapa dunia begitu tak adil ama gue siih?"

Saking beratnya penderitaan leader kita yang satu ini, doi nangis kejer, ngejilat-jilat lantai, nyakar-nyakar dinding, nendang-nendang meja, sampe ngelemparin kolor-kolor milik Tobi dari lemarinya. Waduh, pokoknya nih orang gak elit banget deh. Malu gue punya ketua kayak elu –emangnya gue siapa?-

"Baiklah, lo-lo pade bisa ngerebut semua itu dari gue. Tapi…. TIDAK ADA SEORANGPUN YANG BOLEH NGEREBUT KOLOR GUE!"

~o0o~

"Yak, sudah selesai!" sahut Konan setelah menyiapkan hidangan makan siang bersama Zetsu dan Kisame.

"Ugh, kenapa cuma kita berdua sih yang disuruh-suruh? Masa' yang lain enggak? Gak adil deh!" bisik Zetsu pada Kisame.

"Ah, yang berlalu biarlah berlalu, Zetsu… gak usah disesali…" ujar Kisame dengan kerennya. Wuaah, tumben Kisame jadi keren begini sekali seumur hidupnya.

Hidangan makan siang sudah tersedia di atas mea makan. Kini saatnya bagi Konan untuk memanggil semua temannya untuk makan.

Pertama, ke ruang tamu.

"Itachi! Deidara! Kakuzu! Saatnya makan siang!" seru Konan.

"Makan siang, un? Ternyata penyambutan Konan terhadap kita begitu besar ya, un~" Deidara merasa terharu.

"Aku harap ada masakan dari kampungku…." gumam Itachi. "Rendang, gulai ikan, sambal balado, sayur daun singkong, ayam pop…" Dan author pun menjitak Itachi karena dia telah salah membaca naskah dialog yang terakhir.

Lalu, Konan ke ruang tengah.

"Tobi, ayo kita makan siang dulu!" seru Konan.

"Ihik... ihik… Konan-senpai nyuruhnya galak amat! Tobi gak mau!" Tobi cemberut.

"Baiklah…" Konan pasrah. Dia pun melembutkan suaranya, "Tobi, makan siang dulu yuk… senpai bikin makanan yang enak lho."

Tobi pun bangkit dengan ceria. "Aye aye, Kapten!"

Kemudian, ke kamar Pein.

"Hidan, ayo makan siang dulu!" sahut Konan.

"Tunggu dulu. Masih nanggung nih." Hidan tak menghiraukan panggilan Konan. Tanpa aba-aba lagi, Konan memasang tampang deathglare andalannya pada Hidan.

"I—iya iya… ba—baik nyonya!" Hidan segera mematikan PS dan berlari menuju ruang makan.

Kemudian, ke kamar mandi.

"Sasori, ayo makan siang dulu!" sahut Konan dari luar. Tanpa sengaja Konan menyinggung pintu kamar mandi sehingga pintunya pun terbuka… dan memperlihatkan Sasori yang masih berendam di dalam bak.

"Heh? Mau apa kau di sini? Pergi! Pergi!" dengan wajah memerah Sasori mengusir Konan dengan menciprat-cipratkan air ke arah Konan.

"Kyaa!" Konan refleks berteriak. Wajahnya jadi ikutan memerah juga. "Ma—maaf… tapi cepetan keluar ya, kita mau makan siang…"

"Iya iya, tapi kau pergi dulu dari sini!" seru Sasori.

Konan pun meninggalkan kamar mandi. "Huuh, salah dia sendiri, pintunya gak dikunci…" gumam Konan masih dengan wajah yang memerah. "Tapi… kyaa! Seksi banget~"

Terakhir, Pein…

"Ada yang liat Pein nggak?" tanya Konan.

"Sepertinya dia ada di kamar Tobi." ujar Zetsu. Konan pun langsung ke kamar Tobi. Yak, Pein masih di situ, berpundung ria di sudut kamar.

"Pein…" panggil Konan, kali ini dengan nada yang lembut.

"Apaa…" mendengar suara lembut dari Konan, Pein bangkit dari masa pundungnya.

"Ayo kita makan siang. Teman-teman yang lain udah ngumpul lho." ujar Konan.

"Konan~" Pein menatap Konan dengan tatapan senduuuuu sekali.

"Ya Pein?" balas Konan.

"Terima kasih karena kau akhirnya mengasihanikuu~" Pein memeluk pinggang Konan sambil temehek-mehek tingkat akut.

"Ya, sudah, sudah… Ayo, kita makan siang…"

"Oke!"

~o0o~

Seluruh anggota Akatsuki telah berkumpul di ruang makan. Berbagai hidangan lezat di meja makan telah menggoda selera makan mereka.

"Itadakimasu!"

Mereka pun makan dengan nikmat.

"Waah, Konan emang baik deh, un. Mau capek-capek demi menyambut kita dengan suguhan yang luar biasa! Makasih banyak ya Konan!" sahut Deidara. "Kalo kita pacaran pasti Konan udah kucium deh."

"Heh! Jangan ngomong sembarangan lo ya!" sergah Pein.

"Aah, gak mungkinlah Konan jadi pacarku, un… aku suka ama yang lebih cantik lagi!" sahut Deidara. Deidara pun menghadap ke readers, "Yak, siapa saja yang cantik, mau nggak sama aku?"

"Hm… ini makanannya enak-enak banget deh~" ungkap Itachi. Entah karena gembul atau memang sangat kelaparan, dia telah menghabiskan 3 mangkok nasi.

"Tobi juga seneng deh! Konan-senpai juga udah ngebelain Tobi…" ucap Tobi.

"Makasih banyak ya Konan!"

"Ya sama-sama. Aku senang bisa menyambut kalian pulang. Aku senang kalian suka dengan semua ini…" ungkap Konan dengan wajah senang, dengan seukir senyum di wajahnya. Eitt, ternyata Konan sedang… tersenyum licik! Apakah ada rencana di balik semua ini?

~o0o~

Selesai makan siang….

"Aah, aku kenyang~" sahut Itachi. "Aku mau tidur dulu ah~"

"Aku juga nih. Ngantuk euy…" tambah Hidan.

Seluruh anggota Akatsuki mulai meninggalkan ruang makan. Terkecuali Konan.

"TUNGGU!"

Konan menghentikan langkah mereka dengan deathglare-nya.

"Kalian jangan pergi dulu!" ucap Konan dengan suara angker. "Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan!"

Para cowok Akatsuki membatin, "Waduuhapa-apaanini?Jangan-jangan."

Konan menyisingkan lengan jubahnya dan berkacak pinggang, tetap dengan wajah deathglare-nya.

"DEIDARA! CUCI PIRING! ITACHI! NYAPU! PEIN DAN TOBI! BERESIN RUANGAN DAN PERALATAN!"

"UAPPPAH?

"Lhoo, kok aku juga disuruh sih, Konaaan?" ucap Pein memelas.

"Dari tadi kerjamu hanya bermalas-malasan saja!" bentak Konan pada Pein.

"Ba—baik!" Pein pun luluh. "Tapi… Hidan, Kisame, Kakuzu, Zetsu, Sasori… masa' mereka gak dikasih kerja?"

"Kisame dan Zetsu telah membantuku memasak tadi, jadi mereka bebas sekarang." ujar Konan.

"YESS!" seru Kisame dan Zetsu.

"Hidan…" Konan melirik Hidan. "Aku kepanasan! Kipasi aku!"

"Eeh? Kan bisa pake kipas angin?" sergah Hidan.

"Kita gak punya kipas angin, tau!" Konan mematahkan sergahan Hidan.

"Huuh… baiklah…" dengan cemberut Hidan memulai tugasnya.

"Sasori…" Konan melirik Sasori. "Aku pegal sekali! Pijati aku!"

"Heeh?" yang diperintah cengo.

"Kenapa malah cengo? Ayo kerja!" sahut Konan seraya duduk di kursi malas.

"Iya iya." Sasori pun menurut.

"APAAA?" protes Pein. "Masa' sih Sasori yang mijitin kamu? Kenapa nggak aku aja?"

"Terserah aku dong! itu bukan urusanmu!" ketus Konan. "Sana kerja kau!"

"Uhuhu…." dengan hati dongkol Pein mulai bekerja.

"Uh, kalo tau bakalan kayak gini jadinya, mendingan kita gak usah disambut segala deh, un. Iya kan, Itachi?" sungut Deidara yang sedang mencuci piring.

"Uhuhu… Konan jahat sekali~" rintih Itachi.

Konan melirik Kakuzu, "Oh iya. Buat Kakuzu…."

Kakuzu sudah dapat merasakan firasat buruk dengan koceknya. Dia menggenggam erat-erat dompet kesayangannya.

"Aku tadi bilang kalo ini semua gratis. Tapi ternyata… ini semua terlalu mahal. Tentunya kau mau dong bantu aku…" Konan menyodorkan tangannya ke arah Kakuzu. "Membiayai… gak usah semuanya deh. Cukup setengah dari biaya keseluruhannya saja! Ayo, serahkan uangmu!"

"TIDAAAK! AKU TIDAK MAUUUU!" jerit Kakuzu.

Konan memasang tampang deathglare-nya lebih menyeramkan lagi. "Kalau kau tak mau, kunaikkan jadi tiga perempatnya! Ah, atau semuanya saja sekalian! Ayo Kakuzu, kau pilih mana?"

"TIDAAAAAAAAAAAKKKKKK!"