Advertising by :

Advertisement

Sunday, February 15, 2009

Naruto - Onna Nokodoushi Gaichaichasuru

Genre: yuri (Sakura and Ino). 30 pages in english.

to see the manga hentai click here
to download click here

KENCAN

Language: Indonesia

Author: bloominpoppies

Summary: Kencan, merupakan hal yang lumrah bagi pasangan muda-mudi. Tapi tidak untuk Deidara dan Sasori. Pasangan yang sibuk ini jarang sekali punya waktu luang apalagi untuk berkencan. Apakah acara ini berjalan dengan mulus? SasoDei fic. AU. Possibly OOC.

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto.

Genre: Romance/Hurt/Comfort.

Rating: M for LIME!!

Note: Tulisan italic maksudnya deskripsi tentang tokoh. Di awal cerita saya pakai orang ketiga, tapi selanjutnya saya pakai sudut pandang orang pertama. Tulisan bold artinya isi sms dan juga keterangan tempat. Bold italic untuk penulisan efek suara.


KENCAN

Pemuda itu bagai bidadari musim semi

terperangkap dalam jasad nista seorang lelaki

Wajahnya cantik, bagai bunga mekar di padang rumput.

Walaupun ia seorang lelaki sejati...

------------------------------------------------

Star Plaza, 7 PM.

Aku turun dari taksi yang kutumpangi. Hari ini aku ada janji dengan seseorang. Lebih tepatnya kencan. Tangan kananku mengambil sebuah telepon genggam mungil berwarna hitam. Aku membuka flip clamp-shell ponselku. Jemari lentikku dengan gemulai menekan keypad hingga keluar kata-kata di layer ponsel.

Danna, aku sudah sampai depan Star Plaza. Kita janjian dimana?’

To: Sasori no Danna. Message sent.

Rambut pirang keemasannya berkilauan.

Tergerai panjang agar hembusan angin mudah membelainya...

Mata birunya secerah langit tak berawan.

Melambangkan keindahan tiada tara yang dipersembahkan sang alam.

Aku melangkah masuk ke dalam gedung. Semilir angin berhembus sejuk dari ‘air conditioner’ membelai rambut panjangku. Menyambut kedatanganku. Di lobi gedung –yang lebih tepatnya, pusat perbelanjaan– tak terhitung jumlah orang hilir-mudik di dalamnya. Orang-orang dengan segala macam urusan. Ada yang berbelanja, berjualan, bahkan sekedar ‘window shopping’ hanya untuk menghilangkan kepenatan.

Aku mampir ke gerai pakaian. Sekedar melihat-lihat, menghabiskan waktu tanpa membeli apapun. Memang, tujuan aku datang ke sini bukanlah untuk berbelanja. Aku hanya ingin bertemu seseorang di sini. Seorang pramuniaga terlihat sedikit kecewa ketika aku meninggalkan gerai tanpa bertransaksi sama sekali.

Tring!

Aku merasakan getaran pada saku celanaku. Aku mengambil telepon genggam. Sepertinya seseorang telah mengirim ’short message’ ke nomor ponselku.

One message received. From: Sasori no danna.

Tunggu di food court lantai 4!’

”Food court, ya. Sepertinya akan lebih baik bila aku lebih cepat bertemu dengannya.” Kata batinku.

Aku berjalan menyusuri lorong di lantai dasar. Hingga sampai menuju eskalator, aku turun ke bawah. Aku berjalan ke arah utara. Menyusuri lorong-lorong yang dipenuhi berbagai macam gerai. Tak sedikit pramuniaga yang tersenyum kepadaku, berharap agar aku mampir dan membeli sesuatu.

Aku terus berjalan. Sampailah aku di pintu penghubung antara gedung plaza dan parkiran basement. Aku membuka pintu tersebut. Berjalan lagi ke arah kanan hingga terlihat sebuah ruangan terang yang dibatasi oleh kaca transparan. Pintu masuk menuju lift apartement. Terlihat dua orang security sedang duduk-duduk di pos kecil samping pintu itu.

Jemariku menulis pesan balasan.

Danna, nanti kau keluar dari apartemen lewat basement?’

To: Sasori no danna. Message sent.

Aku berdiri menunggu. Menunggu seseorang yang akan kutemui nanti.

Tring!

Ponselku bergetar lagi. Ada pesan masuk.

One message received. From: Sasori no danna.

Sepertinya tidak. Kau tunggu saja di food court. Tempat biasa.’

”Ah, Danna ini suka beri aku ’surprise’. Kenapa tidak kalau aku membalasnya. Ya, kau pasti akan terkejut begitu tahu aku menunggu di sini.” Pikirku.

Aku berdiri menunggu.

Menunggu, dan menunggu.

Entah sampai kapan aku menunggu.

Aku menunggumu.

Kapankah aku berhenti?

Tidak. Tidak akan berhenti.

Sudah sepuluh menit berlalu. Dua orang security itu menatap ke arahku. Memperhatikanku. Mungkin menurut mereka aku mencurigakan.

Aku, orang asing yang berdiri di luar pintu masuk menuju lift apartement. Mataku terus memperhatikan lift itu dari balik pintu kaca transparan. Menanti sesosok berambut merah marun keluar dari dalam lift yang sesak itu. Sementara jariku sibuk menekan-nekan tombol keypad telepon genggam. Menyusun pesan yang akan aku kirim.

-------------------------------------------------

Danna, kau sudah sampai?’

To: Sasori no danna. Message sent.

------------------------------------------------

Tuhan menciptakan waktu bukan untuk disia-siakan.

Gunakan waktu sebaik-baiknya

Sebelum waktumu usai...

Lima belas menit sejak aku sampai di sini. Sudah tak terhitung orang yang keluar dari dalam alat tersebut. Tak satupun mirip dengan ciri-ciri orang yang akan kutemui. ”Danna, dimanakah dirimu?” Batinku bertanya.

Aku mencari nomor ponsel Sasori no danna di daftar ‘contact list’-ku. Aku tekan tombol ‘call’.

Calling: Sasori no danna.

“Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan anda.” Jawab suara wanita operator telepon.

Bosan aku menunggu.

Kau tak datang juga.

Apa salahku sampai kau begini?

Apakah kita tak sejodoh?

--

Tring!

Sebuah pesan tiba. Aku tekan pilihan ’Yes’ untuk melihatnya.

------------------------------------------------------------------

From: Sasori no danna.


’Aku sudah sampai di foodcourt.’

---------------------------------------------------------

”Danna, kau ini hampir membuatku mati menunggu. Ternyata, ada baiknya aku mengikuti perintahmu tadi.” Batinku sesal.

Aku masuk lagi ke dalam gedung plaza. Berjalan secepat kilat menuju area food court. Berpacu dengan waktu yang semakin kejam. Plaza ini tutup sekitar jam 9 malam dan kadang lebih awal sehingga lebih cepat aku bertemu, akan lebih lama waktu kencan kami.

Dengan susah payah akhirnya aku sampai di lantai 4. Bau lezat makanan menggoda iman pengunjung untuk datang dan mencicipi. Aku terus berjalan. Hingga akhirnya aku sampai di suatu sudut, di depan sebuah areal kafe kecil.

Mataku tertuju pada sesosok pemuda berambut ikal merah marun duduk sendirian di sana. Menunggu aku. Bibirnya yang merah ranum menghisap lemon tea dengan setangkai sedotan.

Aku menghampirinya. Pandangan mata coklat itu tertuju padaku. Terlihat ekspresi wajah yang seakan-akan berbicara bahwa ia bosan menungguku. Menunggu seseorang yang ternyata juga menunggunya di tempat lain. Aku duduk di kursi sebelahnya.

“Lama sekali…” Dengusnya sedikit kesal.

“Gomen ne, Danna. Aku tadi lihat-lihat gerai pakaian dulu, un.” Kataku sedikit bohong.

”Aku bosan menunggu.” Pemuda berambut ikal itu menyeruput lemon tea-nya. ”Kau lapar?”

”Ya, un.” Kali ini aku jujur. ”kita makan malam bersama.”

”Tak usah. Aku kenyang. Kau saja.” Balasnya singkat.

”Mau makan di mana, un?” Tanyaku.

”Terserah. Apa pun yang kau mau.” Jawabnya lagi. Pemuda itu menghabiskan sisa lemon tea-nya.

Aku mengangguk. Kami beranjak pergi menuju sebuah kios restoran cepat saji. Sang kasir tersenyum ramah ketika kami menghampirinya.

”Ada yang bisa saya bantu?” Tawar wanita muda itu.

”hm, pesan apa ya?” Aku berpikir lama. “Danna! Enaknya aku makan apa, un?” Aku menoleh ke arah Sasori no danna yang berdiri di samping kanan.

”Terserah. Yang bisa kau makan cepat saja.” Sarannya singkat.

”Baiklah.. Spaghetti, kentang dan susu coklat, un.” Pesanku.

”Di makan di sini atau dibawa pulang?” Tanya sang kasir.

“Di bawa pulang saja.” Jawab Sasori no danna.

“Semuanya 50 Ryou. Ada pesanan lain?” Kata wanita muda itu.

Aku hendak mengeluarkan beberapa lembar uang seratus Ryou namun dengan sigap didahului oleh Sasori no danna. Pemuda berambut merah marun itu lebih dahulu menyerahkan uangnya ke kasir.

”Tak usah. Aku yang bayar.” Tukasnya datar.

Tak lama makanan pesananku datang. Aku dan Danna meninggalkan meja kasir itu.

Di perjalanan, Sasori no danna memandang wajahku. “Ke apartemenku, mau?“ Tawarnya.

“un!“ Aku mengangguk mengiyakan.

-0-0-0-0-0-

Di tempat ini ia tinggal sendiri

Tanpa ditemani siapapun kecuali hewan kesayangannya yang setia...

...Si penghuni merindukan belaian kasih sayang dari orang lain...

---

Lantai 23. Kamar nomor 232.

Di depan pintu kamar apartementnya, Sasori no danna merogoh saku celana jeans-nya. Tangan kanannya meraih dompet lalu membukanya. Mencari selembar kartu–mirip kartu ATM–yang merupakan kunci kamar apartement-nya.

Kartu itu dimasukkan ke dalam sebuah lubang. Tangan Danna meraih tombol pintu. Membuka pintu itu agar kami berdua masuk ke dalam.

Lampu pun dinyalakan. Terlihat ruangan bercat krem tertata dengan rapih. Meongan seekor kucing menyambut kedatangan kami. Kucing angora berambut silver itu tidur-tiduran di atas sofa ruang tamu dengan malasnya.

Kedua tangan Sasori no danna dengan sigap merangkulnya. Mendekatkan kepala mungil sang kucing ke wajahnya. ”Popu-chan, lama ya menunggu Papa?” Tanyanya pada kucing kesayangan itu. Bibir Danna yang mungil mencium bibirnya dengan penuh kasih sayang.

Kucing bukanlah hewan yang setia dengan majikan

Ia hanya tahu tempatnya ia makan dan beristirahat dengan tenang...

Itu adalah Popu, kucing kesayangan Sasori no danna. Bukan kucing sembarangan karena harganya yang lumayan mahal. Tapi tidak seberapa untuk seorang pengusaha muda seperti Sasori no danna. Ya, dia adalah seorang pimpinan perusahaan mainan Akasuna. Usaha turun-temurun keluarganya.

”Danna, Popu-chan lapar tuh, un!” Potongku.

Aku sebenarnya iri dengan Popu. Bagaimana tidak, dengan mudahnya ia tinggal serumah dengan Danna. Kesayangannya pula. Beruntung sekali ia bisa tinggal dengan orang tampan dan baik hati seperti Sasori no danna. Dibandingkan aku yang kekasihnya, Popu jauh lebih beruntung. Setiap hari bisa melihat wajah tampan nan menggoda itu. Dibelai dan bahkan tidur bersama pula. Andai saja aku bisa bertukar posisi dengan kucing itu...

”hm” Sasori no danna meletakkan Popu di lantai lalu berjalan ke dapur, mengambil sebuah jerigen bertuliskan ’Super Premium Catfood’. Menuangkan isinya ke dalam mangkok plastik.

Sasori no danna meletakkan mangkok berisi air minum dan makanan kucing ke dekat Popu berdiri. ”Popu-chan, makan yang banyak ya...” Ucapnya lirih.

Dengan lahap, kucing betina itu menghabiskan makanannya. Ia kenyang sekarang. Popu mengeong pelan seraya menggosokkan kepalanya di kaki Danna.

”Apa Popu-chan? Masih lapar? Atau Popu-chan mau bobo sama Papa?” Tanyanya dengan suara manja.

Popu membalas dengan dengkuran manja.

Sasori Akasuna sebenarnya bukanlah pemuda manja. Ia sangat mandiri. Sikapnya sehari-hari juga sangat dewasa. Ia terbiasa tinggal sendirian sejak duduk di bangku SMA. Sejak neneknya –satu-satunya keluarga yang masih tersisa –sakit-sakitan sehingga harus dirawat inap untuk perawatan.

Popu sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Wajar, karena ia sendirian. Neneknya yang senang bergaul memilih tinggal di panti jompo setelah kondisinya membaik karena sering kesepian ditinggal Danna pergi.

“Danna, boleh pinjam Note book? Aku mau buka email, un.” Tanyaku.

”Silahkan.” Jawabnya singkat. Perhatiannya masih tersita pada Popu.

-0-0-0-0-0-

Aku membuka aplikasi web browser. Menulis alamat web site yang ingin kutuju pada toolbar navigasi. Sekejap halaman web site email-ku terpampang. Ternyata tidak ada pesan baru.

Aku menulis alamat website lain pada toolbar navigasi. Kali ini untuk refreshing, melihat-lihat gambar, video ataupun tulisan yang menghibur. Aku membuka halaman situs forum komunitas game. Tiba-tiba pop-up muncul. Menampilkan gambar-gambar yang seharusnya hanya pantas dilihat orang dewasa.

”Mencoba buka situs dewasa, ya?” Suara Sasori no danna membuatku terkejut. Ia menepuk pundakku. Mengisyaratkan agar aku menoleh padanya. Ia berdiri tepat di belakangku. Posisinya seperti hendak memelukku.

Aku tak bisa berkata apa-apa. Suasana kamar Danna yang temaram –hanya diterangi cahaya lampu hias berbentuk rumah-rumahan tradisional Jepang –membuatku merasakan atmosfer aneh yang entah mengapa aku merasa terhipnotis ke dalamnya.

”Sini, coba kita buka web site ini...” Jemari tangan Danna yang lentik menulis huruf-demi-huruf pada toolbar navigasi. Tak lama, sebuah halaman depan situs dewasa terpampang. Situs yang menampilkan gambar laki-laki telanjang dada itu menawarkan keindahan duniawi bagi mata yang memandangnya. Aku sampai menelan ludah karena melihat berbagai keindahan yang tersaji di sana.

“Di-close saja, un.” Tangan kananku meraih mouse, mengarahkan kursor untuk memilih opsi keluar dari aplikasi browser.

Bukannya aku menolak keindahan yang ada di sana

Aku hanya tak sanggup...

”Umm, maaf.” Tangan kanan Danna menyentuh tanganku yang sedang memegang mouse. Tanganku lemas. ”Maaf membuatmu risih...” Desahnya di telingaku. Telingaku memerah. Vaskularisasi darah meningkat pada pembuluh darah di sana.

Wajah tampan Sasori no danna tersenyum memandangku. Jarak antara wajahnya dan wajahku makin menipis. Matanya sedikit terpejam.

Aku terkejut. Aku segera matikan notebook yang hampir setengah jam menyala itu. Segera, aku beranjak dari kursi.

Sasori no danna terhenyak ketika mengetahui aku menjauhinya.

“Hei, maaf.” Wajahnya memerah. “A-aku terbawa suasana...” Ucapnya lirih sambil menunduk.

“Tak apa...” Hiburku. Aku tersenyum tulus.

Aku duduk di pinggir ranjang empuk yang ditutupi selimut merah marun. Tetap memandang wajah pemuda berambut merah yang terlihat salah tingkah itu.

Dalam hati aku tertawa geli. Selama menjalin hubungan, baru kali ini aku melihat ekspresi-nya yang ganjil seperti itu. Biasanya, Sasori Akasuna selalu bersikap dewasa dan cool di depan semua orang. Mungkin ini pertanda bahwa ia merasa nyaman berada di sisiku.

Tetaplah begitu

Karena aku mencintaimu...

Sasori no danna duduk di samping kiriku. Matanya memandang ke arah telapak tanganku. Ia tak sanggup memandang wajahku.

“Danna, kau kenapa?” Tanyaku khawatir. Tangan kiriku menyentuh dahinya. Hendak memastikan apakah suhu tubuhnya normal atau demam.

Tiba-tiba tangannya meraih tangan kiriku. Menurunkannya dari dahi hingga ke bibir. Bibirnya yang mungil mengecup perlahan. Sebuah kecupan yang tulus...

Yang kualami ini sangat indah

Mengalahkan seribu satu lukisan terindah di dunia ini...

Apakah ini yang disebut gelora cinta masa muda?

Apakah keindahan ini hanya aku yang merasakan?

Wajahku kembali bersemu merah. ”D-danna...” Aku merasakan getaran yang amat sangat di dadaku. Tubuhku, secara tak sadar semakin mendekat ke arahnya. Ke arah pemuda berambut merah yang matanya terpejam itu. Ke arah Sasori no danna.

Aku memejamkan mata perlahan. Bibirnya yang mungil nan ranum menyentuh bibir tipisku. Kedua tangannya memelukku. Menekan punggungku agar jarak antara kami makin menipis. Entah berapa lama bibir kami saling beradu. Sampai akhirnya rehat sejenak untuk bernafas.

Kami saling beradu pandang. Mata biru langitku memandang mata coklatnya. Kedua tanganku mengusap wajahnya. Perlahan dan lembut. Menunjukkan bahwa aku begitu memujanya. Membingkai wajah indah nan tampan itu dengan jemariku.

”Deidara...” Ucapnya pelan.

Tangannya menyusup masuk ke dalam pakaianku. Menyentuh kulit punggungku. Aku merasakan kehangatan tangannya pada punggungku.

Perlahan tapi pasti tangan itu bergerak berpindah tempat. Tangannya kini membuka kancing-demi-kancing baju kemejaku. Ia mendorongku perlahan. Posisiku sekarang berbaring.

Bagai hewan teranastesi, aku membiarkan ke manapun jari Sasori no danna beranjak pergi. Mengusap bibirku, merayap ke telingaku, turun ke leherku, meremas dadaku....

Bulu kudukku merejang. Aku mendesah menghayati kenikmatan yang ia berikan padaku.

Aku meresapi seluruh getaran yang ditimbulkan oleh sentuhan Sasori no danna. Aku tak menyadari apa yang aku lakukan padanya. Tahu-tahu Sasori no danna sudah melepas pakaiannya. Hingga tak bersisa sehelai benangpun.

”Dei, bolehkah?” Ia meminta izin untuk menanggalkan celanaku.

Aku mengangguk. Ia membuka resleting celanaku. Menanggalkannya hingga aku tak memakai apapun di tubuhku.

Ia mencium bibirku lagi. Kami berpelukan. Posisinya ada di atas tubuhku. Menindih tubuh langsingku dengan ganas. Bagai tsunami di Samudra Hindia. Begitu dashyat. Sekaligus indah.

Aku meremas sesuatu yang menjadi sumber kenikmatannya. Suatu organ yang merupakan kebanggaan kaum Adam. Aku memainkannya dengan jemariku...

Wajah Sasori no danna semakin memerah. Peluh membasahi tubuh kami berdua. Walaupun suhu kamar sangat rendah. Walaupun tubuh kami tak tertutup sehelai benangpun.

Gairah cinta menjadi nafsu

Gairah membakar kami berdua

Gairah yang tak tahu kapan padamnya...

-----------------------------------------------------------

Nothing gonna stop me! Only you can stop me…

Nothing gonna stop me! Only you can stop me…

Ooh uh oh…

Ooh uh oh…

Ooh uh oh…

Ooh uh oh!!

Telepon genggamku berdering. Getarannya membuatnya bergeser makin ke pinggir meja. Hampir saja benda itu jatuh. Dengan sigap aku menyibakkan tubuh Danna yang sedang menikmati indahnya tubuhku lalu beranjak pergi dari ranjang.

Aku menjawab panggilan telepon itu. Panggilan dari Orochimaru.

”uhn, halo, un.” Aku memulai pembicaraan

”Dei, gimana kandangnya? Pacar kamu jadi jual berapa?” Tanya suara lelaki di seberang telepon.

“Danna, kamu mau jual kandang ukuran 1x1 m berapa, un?” Tanyaku pada pemuda yang masih terbaring itu. Ekspresi kecewa tersirat jelas di wajahnya. Kecewa karena ada yang menginterupsi gairahnya yang membara.

“Jual saja 1000 Ryou.” Jawab Danna singkat.

“1000 Ryou katanya, un.”

“Well, ga kemahalan tuh? Aku punya modal 900 Ryou saja loh!” Orochimaru mencoba menawar.

“Dia minta kurang, Danna, un.” Ujarku.

”Ya ga bisa donk! Aku dulu beli 1500 Ryou. Coba dia tanya ke pet shop harga kandang ukuran segitu apa bisa dibeli hanya dengan uang 1000?” Sanggah Sasori no danna dengan nada kesal.

”1000 Ryou. Ga bisa kurang, un.” Tekanku.

”900 aja yah! Kalian niat jual ga sih??!!” Ujar Orochimaru dengan suara kencang nan lantang. Sasori no danna yang ada di sampingku bisa mendengar dengan jelas suaranya. Orochimaru akhirnya memutus hubungan telepon.

Sasori no danna hanya diam terpaku. Tiba-tiba ia memakai pakaiannya secepat kilat. ”Nih! Cepat pakai! Nanti kedinginan.” Ujarnya seraya memberikan pakaianku.

”D-danna...” Aku bingung.

”Cepat pakai! Kau harus pulang. Ini sudah malam.” Suara Sasori no danna ketus. Menusuk. Aku tak tahu setan apa yang merasuki dirinya hingga seperti itu. Aku bingung. Karena baru saja kami mereguk nikmatnya asmara. Namun, entah kenapa dalam hitungan menit sikapnya langsung berubah.

Aku memakai pakaianku tergesa-gesa. Setelah selesai, tangan danna menarik tubuhku dengan kasar. Mengajak keluar kamar dengan paksa.

Kami meninggalkan apartemen secepat kilat. Danna terus berjalan di depan tanpa mempedulikanku. ”Danna, tunggu aku, un.” Pintaku dengan nada memelas.

Ia menoleh ke arahku dengan pandangan sinis. ”Ayo cepat!” Ujarnya sambil mendorong kasar tubuhku agar bergerak lebih cepat.

Kami tiba di parkiran mobil lantai basement. Ia membuka pintu mobil sedan berwarna hitam metalik itu. Dengan sigap ia menyalakan mesin. “NAIK!” Perintahnya kasar padaku.

Aku pun membuka pintu depan sebelah kiri mobil tersebut lalu masuk ke dalam.

“Ku antar kau pulang.” Gumamnya ketus.

Sasori no danna memacu kendaraannya dengan cepat. Melesat mendahului mobil-mobil yang melintasi jalan raya tersebut. Dengan sekejap, kami tiba di depan rumahku.

“Turun! Aku tak bisa lama-lama.” Gumamnya dengan nada penuh amarah.

Aku turun dari mobil. Dengan kasar, aku membanting pintu mobil itu karena kesal. Kesal karena Danna tiba-tiba mencampakanku.

Aku masuk ke dalam rumah. Mengunci diri di dalam kamar. Agar tak seorangpun melihat aku, yang disakiti ini bersedih.

Bunuh aku

Tusuk aku

Namun jangan kau lukai hatiku...

Hatiku sakit sekali. Saat Danna memperlakukanku dengan kasar tadi. Sangat berbeda sekali dengan saat kami bercinta beberapa menit sebelumnya. Apa salahku?? Mengapa sikapmu begitu??

Lebih baik aku mati dari pada hidup tanpa cintamu

-

-the end-

Naruto - OIROKE Ninpoujou Dattebayo

Genre: Hentai, M/F, group, double penetration, futanari. English translated doujin, 26 pages.

to see the manga hentai click here
to download click here

Strawberry Cheese Cake

Language: Indonesia
Author: bloominpoppies

Disclaimer: Naruto bukan punyaku. Tapi punyanya Om Masashi.

Summary: ‘Sejak kejadian tadi kalian berdua tambah akrab ya? Aku senang kalian seperti ini… Walaupun dari lubuk hatiku yang terdalam terasa sakit.’ Semua tentang Deidara dan orang yang dicintainya. Sekuel dari “Coklat untuk Sasori no Danna”. SasorixDeidara, slight PainxKonan.

Cerita ini mungkin akan menjawab pertanyaan kalian tentang kenapa Hidan kok baik banget kasih buku panduan ke Deidara.... Kali ini saya coba bikin fluff romance… Read n review yah…


Strawberry Cheese Cake

“Danna, buka mulutmu. Aaann~” Seru lelaki berambut pirang yang tengah memegang sebatang sendok dengan potongan kue di atasnya.

“Aaann...” Gumam lelaki berambut merah sambil membuka mulutnya yang mungil.

“Mmm, Arigatou Deidara, strawberry cheese cake-nya yummy sekali.” Ujar Sasori sambil menikmati potongan strawberry cheese cake. “Tapi lebih yummy DIRIMU.” Desisnya seraya melirik mata biru langit nan indah milik lawan bicaranya itu.

“Ah, Sasori no Danna ini pintar berbohong. Mana mungkin strawberry cheese cake kalah dengan yang diriku yang nista ini, un.”

Pipi pemilik mata biru indah itu bersemu merah.

”Aku tidak berbohong. Ranjang di kamarku itu saksinya. Apa kau lupa?”

”...Tentu saja tidak, un.”

-

-

Mana mungkin aku lupa kejadian yang baru saja kita alami

Saat dimana kau dan aku menjadi satu

Dan cinta kita makin bersemi...

-

-

’Sejak kejadian tadi sore kalian berdua ini bertambah akrab ya?

Aku senang kalian seperti ini...

Walaupun sebenarnya dari lubuk hati terdalam aku merasa sakit

Biarlah itu menjadi rahasiaku sendiri’

-

-

-


//Pekarangan markas Akatsuki, sore hari.//

”Hidan, kau sedang apa? Mengintip kamar Sasori?” Tanya sesosok perempuan berambut biru.

”Umm, tidak. Hanya keliling halaman saja. Kebetulan aku berhenti tepat di depan jendela kamar Sasori.” Jawabnya singkat.

-

’Ia tidak tahu kejadian barusan.

Semoga saja ia benar-benar tidak tahu’

-

”Ah, hampir saja aku lupa. Ini kan hari ulang tahun Sasori. Hei, kau sudah memberi kado atau kartu ucapan selamat?” Tanya perempuan itu kepada lelaki bertubuh atletis di sebelahnya.

”Hm, belum. Tapi sepertinya Deidara-chan sudah.” Jawabnya singkat.

”Hidan, kau hari ini tidak cerewet seperti biasanya. Ada apa?” Tanya perempuan itu dengan wajah khawatir.

”Umm, tidak ada apa-apa Konan-chan... Aku hanya sedikit lelah.” Ujar Hidan singkat.

-

’Sesungguhnya hatiku ini sangat sakit.

Sakit sekali....

Itulah alasanku mengapa aku berubah menjadi seperti ini.

Tapi, cinta itu tidak harus memiliki kan?’


-

-

Sore pun berganti malam. Kedua orang seniman yang tengah dimabuk asmara itu tengah berjalan menuju ruang rapat Akatsuki. Ketika pintu dibuka, terlihat ruangan bercat putih itu telah dihiasi kertas warna-warni. Spanduk bertuliskan ’Happy birthday Akasuna no Sasori’ melekat di salah satu sisi dindingnya. Tumpukan kado yang dibungkus kertas warna-warni menghiasi salah satu sudut ruangan. Satu loyang strawberry cheese cake dengan lilin berjumlah 36 buah tertata rapih di meja kecil di ruangan tersebut.

-

”Danna, lihat! Banyak sekali hadiah ulang tahunnya!! Sepertinya semua anggota Akatsuki menyayangimu. Kau sangat beruntung, un.” Tukas Deidara.

”Kau tahu, dari semua hadiah yang pernah diberikan, hanya satu yang sangat-sangat aku sukai.”

”Apa itu Sasori no Danna?”

”Dirimu, Deidara.” Bisik Sasori di telinga sang partner.

-

-

Apa kau tidak tahu mengapa burung-burung di langit terbang dengan indah di dekatmu?

Karena mereka menyukaimu.

Sama seperti halnya dengan diriku...

Diriku yang senantiasa berada di sisimu.

Hatiku senang saat kau merasa nyaman di sisiku...

-

-

“Kalian ini ingin memulai acara berdua saja ya? Huh! Dasar tidak sopan.” Ujar lelaki setengah hiu ketika memasuki ruang pertemuan Akatsuki. Lelaki itu ditemani seorang partnernya. Lelaki muda berwajah dingin dengan rambut hitam panjang.

“Coba lihat. Berapa banyak dana yang terbuang sia-sia demi acara i-“ Tukas lelaki tua bercadar yang masuk dengan tiba-tiba. Namun ucapannya dihentikan oleh bungkaman sang partner yang berambut keperakan.

”Sst! Jangan merusak suasana!!” Desisnya.

”Ini sudah dipersiapkan mati-matian!!” Tambah lelaki berambut keperakan itu.

”Konbanwa Kisame no danna, Itachi, Kakuzu-san, Hidan, un.” Sapa Deidara ceria.

“Pain-sama, Konan-chan dan Zetsu-san mana?” Tanya Sasori.

”Sebentar lagi mereka kesini. Mungkin sedang mandi sore.” Ucap lelaki berwajah tampan nan dingin.

”Zetsu-san! Pain-sama! Konan-chan! Kalian bertiga panjang umur! Un. Baru saja Sasori no Danna menanyakan kalian, un.” Sahut Deidara ketika ketiga anggota Akatsuki yang tersisa itu tiba di ruangan.

”Kau sangat ceria sekali, Deidara.” Ujar Konan.

”Ah, Konan-chan bisa saja.” Gumam Deidara sambil tersenyum.

”Sudahlah! Mari kita mulai saja acaranya.” Tukas sisi putih Zetsu. ”Aku sangat lapar!” Tambah si hitam.

”Sasori, mana partnermu yang sebelumnya? Apa kau tidak mengundangnya ke pesta kecil-kecilan ini?” Tanya Pain sang ketua Akatsuki.

”Um, Orochimaru-sama itu kan masa lalu. Apa ia sudi datang ke markas Akatsuki yang sangat ia benci itu? Sejak masalahnya dengan Itachi.” Jawab Sasori.

”Lagi pula, sekarang sudah ada....”Liriknya ke arah Deidara. ”-Ah sudahlah! Mari kita mulai acaranya.” Tambahnya dengan ekspresi bahagia. Sejak ia bergabung dengan Akatsuki belum pernah ia menunjukkan ekspresi bahagia seperti saat ini.

”Hn.” Angguk Itachi dingin.

’Cih! Deidara makin akrab saja dengan orang itu.

Kalau saja aku yang terpilih menjadi partner Deidara...

Mungkin ia tidak akan pernah akrab dengan boneka busuk itu.’ Batin lelaki tampan berambut hitam legam itu.

-

-

’Tapi cinta tak bisa memilih.

Cinta itu bukanlah siapa yang lebih dahulu kenal dengan siapa

Cinta akan menghampiri bila sang cupid melesatkan anak panahnya

Itulah cinta yang sesungguhnya....’

-

”Happy birthday Sasori!!” Pekik hampir semua di ruangan itu ketika sesosok tubuh mungil berambut merah meniup 36 buah lilin di atas kue hingga padam. Tepuk tanganpun ikut memeriahkan acara.

”Terima kasih semuanya.” Balas Sasori singkat.

”Sasori no Danna, potong kuenya yah! Un.” Ujar lelaki bertubuh ramping di sebelahnya.

”Ya.” Balas Sasori seraya menatap lawan bicara di sebelahnya dengan ekspresi senang.

-

-

Aku senang kau bahagia hari ini.

Ya. Karena ini hari ulang tahunmu.

Hari ini juga cinta kita bersatu.

Segala yang ada di kamarmu. Itulah saksi cinta kita.

-

-


’Yang pertama untuk partner-ku, Deidara.” Tukas Sasori sambil menyerahkan piring kecil berisi kue strawberry cheese cake kepada sesosok ramping di sebelahnya. Deidara membalasnya dengan ucapan terima kasih.

”Yang kedua untuk Pain-sama, sang pemimpin Akatsuki.”

”Terima kasih Sasori.” Balas Pain sopan.

”Yang ketiga untuk Konan-chan yang sudah membelikan kue strawberry cheese cake nan lezat ini.”

”Selanjutnya kue untuk Hidan-san.” Ujarnya seraya memberikan kue tersebut kepada sang penganut aliran Jashin.

....

-

’Aku memang bukan orang penting dalam hidupmu.

Hatiku sangat sakit ketika menyadari hal ini,

Namun tak apalah...

Asal kau bahagia bersamanya...’

-

#Love me Tender by Norah Jones#

-

”Kue yang lezat. Seleramu memang bagus, Konan.” Puji sang pemimpin berambut oranye kepada perempuan berambut biru yang duduk di sampingnya.

”Terima kasih.” Balas si perempuan dengan sopan.

”Mana Itachi? Sejak kue itu dibagikan, aku tidak melihatnya lagi?” Tanya perempuan bernama Konan.

“Entahlah... Sepertinya Akatsuki ini penuh dengan masalah. Kalau begini terus, bagaimana dengan misi kita selanjutnya? Sebuah organisasi yang baik kan perlu tim yang solid untuk menjalankan misi.” Keluh Pain sambil menghela nafas.

”Tapi itu memang wajar kan? Oia, kok aku merasa dua seniman itu hari ini akrab sekali...” Gumam Konan.

Ia melirik ke arah Sasori dan Deidara yang tengah duduk bersebelahan dengan sangat dekat. Ia juga melihat Deidara menyuapi Sasori sepotong kue. Pemandangan yang baru ia lihat selama ia mengenal Sasori.

”Baguslah! Akhirnya aku berhasil memberikan partner pengganti Orochimaru.”

”Ah, kau ini tidak sensitif ya? Aku merasa ada sesuatu yang lain di antara mereka. Hubungan khusus lebih tepatnya...”

”Seperti kau dan aku?”

Konan mengangguk setuju.

”Umm, setidaknya mereka bisa bekerja sama dengan baik, iya kan Konan?” Tanya Pain seraya matanya menatap mata crimson indah milik partnernya.

”Hn.”

-

-

“Danna, buka mulutmu. Aaann~” Seru lelaki berambut pirang yang tengah memegang sebatang sendok dengan potongan kue di atasnya.

“Aaann...” Gumam lelaki berambut merah sambil membuka mulutnya yang mungil.

“Mmm, Arigatou Deidara, strawberry cheese cake-nya yummy sekali.” Ujar Sasori sambil menikmati potongan strawberry cheese cake. “lebih yummy lagi DIRIMU.” Desisnya seraya melirik mata biru langit nan indah milik lawan bicaranya itu.

“Ah, Sasori no Danna ini pintar berbohong. Mana mungkin strawberry cheese cake kalah dengan yang diriku yang nista ini, un.”

Pipi pemilik mata biru indah itu bersemu merah.

”Aku tidak bohong. Ranjang di kamarku itu saksinya. Apa kau lupa?”

”...Tentu saja tidak, un.”

”Deidara, buka mulutmu, aaann.” Ucap sang senior. Ia ingin membalas perlakuan manis juniornya. Junior yang sangat ia cintai dari lubuk hatinya.

“Aaann... Makasih Danna, un.”

“Danna, lihat Pain-sama dan Konan-chan. Mereka mesra sekali, ya? Un.” Ujar Deidara sambil melirik kearah Pain dan Konan yang tengah bercumbu mesra. Bibir Pain tengah asik melumat bibir Konan. Tangan mereka saling melingkari tubuh mereka satu sama lain.

”Hn, Kau mau kita seperti mereka, Deidara?”

"Um, kalau kau mau aku siap, un..."

-

-


//Balkon Ruang Rapat Akatsuki//

‘Bah! Aku benci kalian semua!!

Dunia ini tidak adil, seharusnya aku yang pantas bersanding dengan makhluk cantik seperti Deidara.

Bukan boneka busuk seperti dia.

Mendengar suara manismu ketika bicara dengannya sangat membuatku terluka.

Kenapa sih kau harus menyukainya??’ Tanya Itachi dalam hati.

-

”Tumben sekali Itachi-san menyendiri di balkon. Sepertinya dirimu sedang bermasalah ya?” Tanya seorang lelaki bertubuh atletis yang memakai jubah Akatsuki yang terbuka di bagian dada.

“Hn, bukan urusanmu.” Jawabnya singkat.

“Kalau boleh kutebak, sepertinya Itachi-san cemburu ya?”

“SUDAH KUBILANG, BUKAN URUSANMU!!” gertaknya sambil meninju pagar balkon hingga retak.

“Maaf bukannya aku ikut campur urusanmu, tapi kalau aku boleh kasih saran, lebih baik kau relakan saja orang yang kau suka itu bahagia bersama orang lain.” Saran Hidan bijak.

“Hn, sejak kapan penganut aliran sesat sepertimu bisa bicara sebijak ini?! Kau sakit ya?” Ejek Itachi.

“Terserah kau mau bilang apa, yang jelas HATIKU JUGA SAKIT TAHU!!” Kata Hidan sambil menatap tajam mata lawan bicaranya.

“APA AKU TIDAK TERLUKA, MELIHAT ORANG YANG AKU SUKAI BERMESRAAN DENGAN ORANG LAIN?!” Pekiknya sambil menggoyang-goyang pundak Itachi.

“AKU JUGA SAKIT!!” Tambahnya.

“Tapi aku merelakan ia bahagia dengan orang lain yang dicintainya... Aku, rela...” Desisnya. Perlahan namun pasti tetes demi tetes air membasahi pipinya. Tetes air mata.

“Hei, kau menangis, Hidan? Hn, aku akui memang aku cemburu... Aku sangat tidak rela Deidara yang manis itu direbut oleh orang brengsek macam Sasori.” Gumam Itachi dengan suara bergetar.

“Apalagi, ....kejadian tadi siang....”

Itachi tertegun.

“Aku.... Aku... Aku sangat tidak rela tangan kotor boneka itu menodai tubuh suci Deidara!! SANGAT TIDAK RELA!!” Pekik Itachi. “A-andai saja aku siang itu aku ada di sini...”

“Mengapa... Mengapa kau tidak menghentikan mereka?? Mengapa?? Padahal kau melihat kejadian itu dengan mata kepalamu sendiri!!” Tanyanya kepada Hidan yang masih terpaku dengan air mata membasahi wajahnya.

”...Karena...Aku sangat mencintainya... Aku hanya ingin, Sasori bahagia di hari ulang tahunnya...” Kata Hidan dengan suara bergetar.

”Aku, akulah yang merencanakan semua itu!! Kejadian tadi siang dan pesta ini semua aku yang rencanakan!! Bila kau marah, marahi saja aku!! JANGAN KAU SALAHKAN SASORI YANG TIDAK TAHU APA-APA!!” Pekik Hidan. ”Jashin-sama mengajarkan penganutnya untuk merelakan orang yang ia cintai bahagia bersama orang lain bila orang tersebut tidak mencintaimu. ITULAH ALASANKU UNTUK MERENCANAKAN SEMUA INI!!”

-

”Hei, ada apa ribut-ribut?” Suara milik lelaki tua bercadar yang datang menginterupsi perdebatan antar lelaki muda di balkon tersebut.

“Hidan, Itachi. Sedang apa kalian berdua?” Tanyanya penuh selidik.

”Tidak ada apa-apa Kakuzu. Ini urusan antar pemuda. Lelaki tua renta sepertimu tidak pantas ikut campur.” Tukas Hidan.

”Apa katamu, hah? Kalau saja aku bisa membunuhmu, sudah kubunuh kau sejak kau pertama kali bergabung di organisasi ini!” Ujar Kakuzu.

”Sudahlah, Kakuzu-san. Kami memang tidak ingin ada yang ikut campur urusan kami. Walaupun kau partner-nya sekalipun.” Jelas Itachi yang mencoba mendinginkan suasana.

”Itachi, kuemu mau dimakan tidak? Apa untukku saja, hah?” Tanya Kisame dari dalam ruangan rapat.

”Atau untukku saja.” Ujar sisi putih Zetsu yang muncul dari lantai secara tiba-tiba. ”Aku masih lapar.” Tambah sisi hitam.

”Karena aku lagi baik hati, ini aku kasihkan saja untukmu... Sebenarnya aku masih lapar... Kuenya kurang banyak.” Ucap Kisame dengan mulut penuh dengan kue.

Ia lalu keluar ke balkon dan memberikan sepiring strawberry cheese cake kepada Itachi.

”Kue yang lezat. Walaupun aku tidak begitu suka yang manis-manis.” Tukas Itachi singkat.

”He? Rencanaku berhasil ya? Hehehe.” Kekeh Hidan seraya melirik ke Itachi.

”Hmm, enak juga.” Gumam Kakuzu sambil menikmati lezatnya strawberry cheese cake dengan penuh penghayatan.

”Nah! Akhirnya masalah internal Akatsuki selesai juga.” Ujar Pain yang muncul tiba-tiba sambil menggandeng tangan perempuan berambut biru.

“Iya, strawberry cheese cake mampu menghangatkan suasana yang beku, ya?” Ucap Konan seraya mengerlingkan mata pada sang partner yang berdiri di sampingnya.

“Hn.”

”Ups, sepertinya kita melupakan sesuatu.” Ujar sisi putih Zetsu. ”Sasori dan Deidara.” Tambah sisi hitam.

“Mereka sedang apa ya sekarang?” Tanya Kisame dengan senyum mesum.

-

-


//Kamar Sasori//

“Aaah, Sasori no danna... Nafasku sesak.. unh!” Desah Deidara. “aah, Danna! Mengapa mataku ditutup? Unh.”

“Sabarlah Deidara sayang... Sebentar lagi...” Gumam Sasori dengan kedua tangan yang tengah sibuk. "Kau ini memang hadiah tercantik dalam hidupku, sayang..."

“ Voila! Sekarang kau tambah cantik, Deidara. Lihatlah gaun Konan yang kau kenakan itu.” Ucap Sasori seraya melepaskan ikatan penutup mata Deidara. Sang partner berambut pirangpun tersipu malu melihat penampilannya sekarang. Ia sungguh cantik dengan gaun berwarna indigo itu. Lebih cantik dari Konan yang perempuan tulen.

"Ano... Sasori no danna... Aku malu sekali, un-"

”Hei! Kalian!” Pekik Konan yang masuk tiba-tiba dengan mendobrak paksa pintu kamar yang terkunci itu. ”Jadi kalian penyebab baju-bajuku menghilang tiba-tiba?? Pantas saja!!” Labrak perempuan itu. "Cepat kembalikan baju-bajuku yang kalian curi itu!!" Perintahnya.

”Oh My Fuc*in’ Jashin!! Ternyata Sasori...” Kata Hidan dengan wajah mendelik. Ia terkejut melihat penampilan Sasori yang mengenakan lingerie pink milik Konan. Semua anggota Akatsuki melihat adegan memalukan itu. Kontan wajah kedua seniman itu merah padam.

-

-

Akhir yang aneh namun baik, ya? Un.

-

-

-the end-

Naruto - Nyoninhan

Genre: Hentai, M/F, bdsm, characters: Temari and Sakura. English translated doujin, 26 pages. By Bone China.

to see the manga hentai click here
to download click here

Coklat untuk Sasori-Danna

Language: Indonesia

By: Bunga Tjandu aka Bloomin’ Poppies.


Disclaimer: Naruto bukan punyaku. Tapi punyanya Om Masashi.

Summary: Suka coklat, Danna? Coklat atau diriku, mana yang lebih menggoda? Un. SasorixDeidara. Hard Yaoi. PWP. My first lemon.

Warning: Mature content. NC-17. Eksplicit yaoi. Yang boleh baca cuma orang bejat! Dapat menyebabkan impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Lolz :D

Note: akhirnya saia bisa bikin adegan lemon~ nyaha~!! –ditakol- Thanks to Niero-chan yang udah kasih inspirasi lewat fic ’Crazy Akatsuki’.

FYI: Di sini Deidara udah 20 tahun loh! Sasori udah 36 tapi masih tetep awet muda n wujudnya kayak orang biasa umur 16 tahun (bukan puppet form! Jadi ga bakal nemuin ’kabel telepon’ -ditusuk- melilit di dalem perutnya). GA ADA THREESOME dan seterusnya...


Coklat untuk Sasori-Danna

“Danna, selamat ulang tahun ya! Un.” Ucap seorang laki-laki berambut pirang panjang kepada sang senior berambut merah yang sedang sibuk berkutat dengan rancangan kugutsu-nya.

Laki-laki berambut pirang yang bernama Deidara itu kemudian memberikan sekotak coklat yang dibungkus dengan cantik sebagai hadiah.

“Makasih Deidara. Kamu memang partnerku yang baik.” Ujar sang senior berambut merah bernama Akasuna no Sasori sambil menerima hadiah.

Hatinya senang bukan kepalang karena hadiah pemberian dari partner tercintanya. Ia membuka bungkusan coklat itu dengan tidak sabar.

-

”Coklatnya nikmat.” Ucap Sasori sambil mencicipi sepotong coklat almond pemberian Deidara.

”Benarkah? Un.”

”Hm.” Angguk Sasori.

”Danna, aku punya satu pertanyaan. Tolong jawab dengan jujur, un.”

”Pertanyaan apa Dei? Apa pun itu pasti akan kujawab dengan jujur.”

”Danna suka coklat kan? Un.”

”um, ya. Coklat makanan favoritku sejak kecil. Kenapa?”

”Danna suka aku? Un.” Tanya Deidara dengan muka bersemu merah padam.

”Tentu saja Deidara. Ada apa?”

Tangan laki-laki berambut pirang panjang itu membelai pipi seniornya. Mata birunya memandang lekat-lekat wajah polos sang senior. Kepolosan yang palsu. Karena wajah polos itu disebabkan oleh jasadnya yang tidak pernah bertambah tua.

“Coklat atau aku, mana yang lebih menggoda? Un.”

“Maksudmu apa? Ha?” Tanya sang senior berambut merah.

”Hanya ingin mengetesmu saja, un.” Jawab sang junior singkat.

”Aku ingin tahu apakah Sasori no Danna lebih menyukai coklat –yang disukainya sejak kecil atau AKU –partner-nya yang merepotkan ini, un.”

”Pertanyaan bodoh! Kamu dan coklat itu kan sesuatu yang sangat berbeda! Mengapa kau cemburu dengan coklat –yang cuma benda mati itu?”

”Bukan itu maksudku, un.”

”Jadi?”

”Maksudku, aku akan memberikan hadiah satu box besar coklat lagi bila Danna menjawab coklat, un.”

”Kalau aku memilih dirimu?”

”Ra-Ha-Si-A, un.” Ucap Deidara sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

“Katakan padaku apa itu? Apa kau mau membuatku mati penasaran, Deidara?” Tanya Sasori sambil mendekatkan wajahnya pada wajah laki-laki berambut pirang itu.

”Um, tidak akan kukatakan tapi akan kulakukan, un.”

”Oh begitu? Baiklah...”

’Dirimu dan coklat? Dua hal lezat yang akan bertambah nikmat bila dijadikan satu.’ Batin pikiran nakal Sasori.

”Aku meminta dirimu dan coklat. Apa kau memberiku itu?” Ujar Sasori dengan suara yang lebih rendah dari biasanya. Suara yang sangat menggoda bagi seorang Deidara.

”T-tentu saja Danna. Aku sudah cukup dewasa untuk itu. Kutunggu nanti malam ya. Soalnya aku belum menyiapkan-”

Deidara terkejut. Tiba-tiba tangan sang senior melingkari tubuhnya. Bibirnya yang tipis bersentuhan dengan bibir sang senior yang dikaguminya. Sasori melumat bibir Deidara dengan penuh gairah. Lidahnya pun menyelinap masuk ke dalam mulut Deidara. Tangan Sasori memeluk tubuh ramping Deidara dengan erat. Deidara dapat merasakan manisnya coklat yang tadi ia berikan lewat saliva Sasori.

”...Aku. Tidak suka. Menunggu lama...” Ucap sang senior singkat. Mata coklat Sasori berkilat seakan-akan seekor serigala yang ingin mencicipi mangsanya.

”D-danna... Aah~! Unh.”

Tangan Sasori menyusup masuk ke dalam baju yang dikenakan Deidara. Menjelajah setiap bagian tubuh dengan penuh gairah. Membuat Deidara, sang junior takluk dalam hitungan detik. Namun tangan Deidara menghentikan aksi yang dilakukannya.

”Kenapa, Dei? Kamu ini sudah dua puluh tahun kan?”

”Unh, ya. Maksudku, ini yang pertama kalinya dalam hidupku. Jadi aku sedikit nervous. Maaf Danna, unh~.”

”Tak perlu minta maaf.” Ujar Sasori yang kemudian merobek baju Deidara dengan kunai. Tersingkaplah tubuh mulus nan menggoda itu. Pikiran kotor di otak Sasori makin menjadi-jadi. Pemandangan di depan matanya merupakan karya seni terindah sepanjang hidupnya.

”Asal kau bisa memuaskan aku!” Bisik Sasori di telinga Deidara. Ia pun menjilat telinga Deidara. Perlakuannya itu membuat sang junior makin bertekuk lutut di hadapannya.

“Danna, buka bajumu...unh...” Tangan Deidara memegang erat kerah jubah hitam bermotif awan merah yang dikenakan Sasori. Kancing demi kancing dengan perlahan tapi pasti ia buka. Hingga tersisa celana panjang yang menempel di tubuh Sasori. Begitu pula dengan Deidara.

“Tubuh mungilmu sangat menggemaskan, Danna, unh.” Desah Deidara. Dengan erat tangannya memeluk tubuh Sasori karena gemas.

“Oh, kukira kau bakal takut melihat tubuhku yang tidak bertambah tua ini...”

“Tidak sama sekali, Danna. Bagiku, kau begitu menggairahkan! Unh~!” Tukas Deidara.

“He? Benarkah begitu?” Tanya Sasori datar. Bibir mungilnya mencium leher jenjang Deidara. Menghisap bagaikan lebah yang ingin mereguk sari bunga. Hingga menimbulkan bekas kemerahan di kulit yang mulus itu.

“Aah~! Danna! Kau membuatku sangat terangsang. You’re a good kisser, Danna! Unh~!” Puji Deidara yang tengah menikmati perlakuan Danna-nya itu. Bibir Sasori perlahan turun. Kini ia mengecup dada Deidara hingga kemudian memainkan puting susunya yang mulai mengeras.

“Aah~! Aah~! Unh!” Desah Deidara sambil menekan kepala Sasori di dadanya. Nafasnya kian memburu. Detak jantungnya semakin cepat karena sensasi yang ia terima.

--

”Kamu ini berisik! Seperti perempuan saja!” Bisik Sasori yang berhenti menciumi tubuh partnernya.

”Unh, coba saja Sasori no Danna diperlakukan seperti tadi. Pasti akan berisik juga!” Ucap Deidara sambil cemberut.

”Mana bisa. Aku ini seniormu. I’m your SEME!” Tekan Sasori sambil mendorong tubuh partnernya ke ranjang. Deidara jatuh terduduk di pinggir ranjang berukuran double itu.

Dengan membabi buta, bibir mungil Sasori mencium bibir Deidara lagi. Kali ini ia semakin liar. Tangannya melepaskan sabuk celana Deidara. Kemudian tak lupa ia membuka resleting celana Deidara. Telapak tangannya yang dingin mengusap pangkal paha Deidara. Membuka lapisan terakhir dari pakaian yang dikenakan Deidara. Kini Deidara tidak mengenakan apa pun. Tubuhnya polos.

Sasori mengambil coklat almond –hadiah ulang tahunnya yang mulai mencair akibat panasnya suhu kamar. Membalurkan massa koloid itu ke tubuh sang partner yang tak berdaya. Ke bagian dada dan perutnya. Ia menjilati bagian tubuh yang terlumuri coklat sementara tangan kirinya menggenggam penis Deidara dan memijat-mijat organ vital yang sudah menegang itu.

“...Aah~! Hentikan Danna!! Aah~! Nafasku sesak sekali... unh~!” Ucap Deidara sambil terisak.

Sasori mengacuhkan ucapan partnernya yang hampir kehabisan nafas itu. Ia terus menikmati coklat di tubuh Deidara hingga bersih tak bersisa.

Setelah puas menikmati coklat di tubuh Deidara, Sasori mengulum alat vital partnernya. Deidara hampir mati kehabisan nafas dibuatnya.

“Aah~! Danna!! Nikmat sekali... Aah~! Unh!” Desah Deidara sambil menekan kepala Sasori. Mengacak-acak rambut merahnya. Sasori makin mempercepat gerakannya.

-

Makin cepat.

-

Dan semakin cepat.

-

”Sasori no Danna...unh!”

Deidara mencapai puncak kenikmatan duniawi. Senyawa endorfin menjalar ke seluruh tubuhnya. Memberikan sensasi kenikmatan tiada tara. Sensasi yang menimbulkan adiksi akan keindahan duniawi. Keindahan yang merupakan karya seni terindah.

Massa koloid berwarna putih kompak serta merta keluar dari tubuhnya mengiringi sensasi yang ia rasakan. Tubuh Deidara sangat lemas akibat peristiwa itu.

-

”Kau lelah Dei?” Tanya Sasori dengan ekspresi puas.

”Unh, seperti yang kau lihat, Danna, unh.” Gumam Deidara yang masih kelelahan.

”Bagus.”

”Kau tahu Deidara, aku belum mendapatkan yang aku inginkan.” Ucap Sasori sambil menatap lekat-lekat mata indah sang uke.

”...Maksudmu? un.”

”Aku menginginkan tubuhmu.”

”Seutuhnya” Bisik Sasori.

Sasori melepaskan celana yang menempel di tubuhnya lalu kemudian menindih tubuh Deidara yang sudah terbaring lemas di ranjang.

”Mulai saat ini aku akan memiliki dirimu seutuhnya.” Desisnya.

”Sasori no Danna, aah~! Unh.”

-

-


Dari balik kaca jendela –yang ternyata tidak tertutup rapat, sepasang mata mengamati apa yang dilakukan oleh dua makhluk yang tengah dimabuk cinta itu.

-

‘Ga nyangka gue.

Ternyata apa yang ada di isi buku itu dipraktekin juga sama Deidara.

Yah, gue harap lo bisa bersenang-senang sama sang Danna tercinta.

Jujur, gue sama sekali belom pernah nyoba tips-tips yang ditulis di sana.

Ternyata ampuh juga. Kapan-kapan bisa coba nih.’ Batin sesosok laki-laki bermata ungu kemerahan itu.

-

-

Flashback:

“Deidara-chan, kamu udah ngapain aja sama partnermu?” Tanya Hidan polos.

”Uhm, maksudmu? Un.”

”Ya yang biasa dilakukan sama pasangan lah! Masa ga tau?”

”Wah, sayangnya aku sama Danna blum pernah ngapa-ngapain tuh! Kenapa mangnya? Un.”

”Yaelah, payah amat sih lo! Umur udah delapan belas taon keatas juga!”

Trus apa hubungannya? Un. Mangnya lo sama Om Kuzu udah pernah? Un.”

”Yaa.. Ga ada hubungannya sih, cuma hambar aja gitu. Udah delapan belas taon keatas belom pernah ngapa-ngapain.” Jawab Hidan.

”Gue harus gimana donk? Un.”

”Nih! Gue kasih buku tips bercinta dengan pasangan. Dibaca loh ya!!” Ujar Hidan sambil memberikan sebuah buku bercover pink.

”Apaan nih!? Un.” Tanya Deidara keheranan. ’Puaskan senpai-mu tanpa tanggung-tanggung.’ Ia membaca judul buku tersebut.

”Lo bisa baca kan? Dibaca aja! Trus jangan lupa buat dicoba.” Saran Hidan.

”Mayan ampuh loh!” Tambahnya sambil mengerlingkan sebelah mata.

-

-

-

Trik 1:

Katakan dengan coklat.

Coklat itu afrosidiak. Bisa membangkitkan gairah seksual. Balurkan coklat di tubuhmu lalu suruh pasangan untuk membersihkannya.

-

’Wah! Boleh dicoba nih, un

Tapi kasihnya gimana yah? Un.’

-

Tips: Berikan coklat di momen-momen khusus seperti Valentine atau ulang tahun. Tujuannya biar makin berkesan. Jangan lupa pakai pakaian dalam yang menggoda. Si dia pasti ga sabaran untuk ’memakan’ dirimu.

-

’Valentine udah lewat, pas ultahnya Sasori no Danna aja kali yah, un...

Sapa tau dia suka, un...’


-

”Tenanglah sedikit, Deidara sayang.” Ucap Sasori yang makin mempercepat gerakannya. Tubuhnya seakan-akan ingin menguasai seniman perakit bom itu seutuhnya.

”Danna, ah! Ittai...unh.” Lenguh Deidara sambil mencengkram erat punggung sang danna.

”Sasori no Danna...”

”Aaah... Deidara...” Sasori mencapai puncak kenikmatan yang tak bisa disebutkan dengan kata-kata. Air mani sang seme keluar membasahi tubuh sang uke. Mengalir membasahi ranjang. Kini Deidara telah menjadi miliknya seutuhnya. Begitu pula sebaliknya dengan dirinya.

Dua insan mabuk kepayang itu kemudian terkulai karena kelelahan. Lelah namun menyenangkan. Deidara terkulai di pelukan sang danna tercinta.

”Aishiteru Deidara. Terima kasih udah memberikan hadiah terindah sepanjang hidupku.” Bisik Sasori di telinga Deidara.

”Suki dayo Danna, un.” Balasnya.

-

-owari-

Naruto - Nultimate Heroine

Genre: Hentai, yuri, group, gender transformation. English translated doujin, 22 pages.

to see the manga hentai click here
to download click here

pertempuran' geblek di pagi hari

Language: Indonesia
Author: heLLzCat

Padahal niatnya,c, mao bikin yang ‘waras’ dikit...

Tapi dasarnya gwe ‘waras’ dikit aja nggak..

Jadilah Fic ini...!! (ocehan ga penting)

Disclaimer : kalok gwe yang bikin Naruto, stabilitas dunia bisa kaco...

--


pertempuran' geblek di pagi hari

Dan beginilah ‘peristiwa berdarahnya’.. ‘kisah pertempuran’ dua seniman geblek..

Pada suatu subuh menjelang pagi, terdapat suatu pemandangan yang ga biasa di ruang TV nya akatsuki.

Dei yang masih pake piyama ( daster yg pendek abis dan warnanya pink ada renda-renda nya dikit gt..) mengacung-acungkan bantalnya ke udara udah kayak megang keris (entah keris dayanti ato keris patih)..

Di seberangnyah ada master hitokugutsu kita (syapa lagi klo bukan sasori? Hehe) yang baru bangun tidur, rambutnyah masih acak- acak an, masih pake piyama (yang ini waras ,qo.. kaos item ma boxer) , dan di tangannya megang boneka beruang warna merah (what the..?).

Mari kita sudahi ‘kewarasan’ nya dan denger apa yg sebenernya kejadian...

“ah!! Tau,ah,gelap!! Sarap,c,lo!!” teriak deidara ampe ujan lokal. Matanya melotot uda kayak ikan lohan mao beranak ( gwe kgk pernah liat,c, lohan beranak, tapi sabodo, laah...)

“ngocol!! Salah,c! Nama gwe sasori, bukan sarap!! Lo tuh yg dogol!!” sasori langsung nyamber sambil ngomong pake dongak-dongak ampe monyong-monyong saking sewotnya.

“eh, tokek lo!!”

“Makzzooeed lo apa,c!! Bencong!!”

“ah gile lo bedua!! Pagi-pagi gini udah pake toa kayak di masjid!!” Hidan muncul (mang tuyul, muncul-muncul?) dari balik pintu.

“ OH MEH GAWD!! Dei!! Lo mao diperkaos sasori??” teriak Itachi syok (lebay abis,ya,engkong kita satu ini?).

“iiihhh!! Jijai!!” teriak dei sambil ngelempar itoe bantal tak berdosa dan membuat c bantal yg malang mendarat di muka sang Uchiha itu. (indahnya lagi, itu bukan bantal bulu angsa, tapi bantal bulu babi; tau,kan, yg tajem-tajem kyk landak di laut itu.. xD ) . Kontan sang bantal membuat si uchiha ini nyusruk dengan sempurna ke pintu; ampe bertanda layaknya heri poter yang punya lambang PLN di jidad.

“gwe kagak napsu ma yg bentuknya beginian!!” teriak sasori sambil nunjuk-nunjuk deidara.. pake jari tengah, pula!!



“ sebagai warga di negara demokrasi, hendaknya kita bermusyawarah.. ceritain, donk, makanya, ada apa? ” saut Pein yg baru nongol entah dari mana dan kapan datengnya. (SBY wannabe)

“ sok bijak lo! “ serempet Hidan; udah kayak sopir bajaj yang lagi nganterin nenek2 yang udah mao beranak.

“ dari pada lo?? Sok bejat..” pein nyerempet balik; kayak sopir angkot yang nganterin engkong2 yg udah mao beranak (??)

“ c bencong,noh, masa kepala gwe ampe copot gara-gara dia tidur pake nendang-nendang!! Dipikir KungFu Panda ape?? ” samber sasori. Mengenang flashback waktu kepala nya copot, nabrak meja, kepental ke tembok, mental ke meja lagi, jatoh ke lantai, mental ke kaki ranjang... daannn GOL !! (mang bola??)

Bener-bener gocekan mantep dari seorang ronald(e)i nho..

“ Siapa suruh semaleman ngigo nonjokin gwe udah kayak muhamad ali?? ” bales dei.

(a/n : buat yang kagak ngerti ngigo.. setau gwe nama laennya ngelindur..)

“ Masih mending kagak gwe kencingin lo!!” (mang sasori punya kebiasaan ngompol??)

“ Emank lo bisa kencing?? ‘anu’ aja kagak punya!!”

“ SIALAN lo!! Punya!! Mao bukti?? Mau liat?? ”

“ OOII!! SETOP!! “ teriak Pein yg berhasil menghentikan dua seniman gila itu yg berantemnya makin lama makin ngaco. Dan juga demi menghindari perlunya sensor atas fanfic ini.

“yaa.. gwe bilang juga ape.. Lo bedua kalo dibiarin sekamar,mah, stabilitas dunia bisa ancur..” lanjut Pein

“tapi kalok kamarnya di bikin sendiri-sendiri, buang-buang duit tau!!” saut kakuzu yg baru nimbrung. “gwe aja baru mau usulin buat ranjangnya satu kamar satu aja..”

“ OGAH!!” teriak semuanya serempak.

“Bisa kiamad kalok gwe harus seranjang ma lo.. dasar ter-la-lu.” Saut Hidan dengan nada ngomongya Rhoma Irama.

“ya kagak,laahh.. gwe di ranjang, lo di kandang c bleki, noh..” saut kakuzu sambil memonyongkan mulutnyah ke arah jendela..

“ ah! Sasori-danna jahaat !! Gwe benci!! “ teriak deidara

“apaa?? Lo banci?? ... Tumben ngaku.” Saut sasori dengan kalemnya. Jawaban nya itu mengundang reaksi yang tak mengenakan dari bocah berambut pirang itu; sasori mendapat sambutan..err.. maksud saia sambitan pake sendal jepit merek swallow tepat di mukanya (ya iyalah..masa di pantat nya).

“ syetaannn lo!! Kita putusss!!” teriak sasori menggelegar.



Tampak semuanya membelalakan matanya ala artis sinetron dan adegan tampak di pause. Beberapa bahkan terhenti dalam pose yang ‘menantang’. Menantang berantem maksudnyah..

“ ... mang kapan kita jadian,mbah..? “ tanya deidara cengo

“ menurut loe kapan? ” sasori bales nanya dengan ga kalah cengo nya

GEDUBRAK !

... Mendadak terdengar sesuatu nada yang tak asing dari arah kamar Tobi...

Who lives in a pinaple and under the sea? Spongebob squarepants! Absorbent in yellow and porous is he.. spongebob squarepants! Spongebob squarepants ‘

“ AAAHHH!! Spongebob udah mulaiiii!! ” treak mereka semua di tempat, dan dalam sekejab gedubrakan berebut nyetel TV pake sikut-sikutan, dengkul-dengkulan, dagu-daguan..dst..

Pertempuran pun behenti begitu aja.. (berhubung semuanya sibuk nonton kecuali engkong kita, itachi, yang masih pingsan bediri (??) di pintu)

Sekian.

--

Naruto - Ninja Dependence Vol. 03

Genre: Hentai, M/F, group. English translated, 19 pages.

to see this manga hentai click here
to download click here

Sasori Sad Love Story

Language: Indonesia
Author: Ryuuta

Summary : Sasori ngerasa hari Velentine adalah hari yang paling naas buat doi. Why? Let’s hear his story…

Disclaimer : Akatsuki punya Masashi Kishimoto, original cerita boleh minjem dari W.Y

Oke… Oke… Kali ini aku make Akatsuki dalam fic-ku. Wuehehe… Entah kenapa aku bangga bikin Akatsuki yang kriminil abiz jadi OOC banget. Sekarang aku kalo ngeliat Akatsuki aja malah kayak ngeliat grup pelawak, bukannya grup ninja pelarian ato sejenisnya. Pengaruh FanFic, kali… Simaklah cerita Akatsuki yang jauh dari kata keren in! sfx : Bedug Idul Fitri -wew-

(o.O)

Sasori Sad Love Story

14 Februari, hari kasih sayang yang dinanti semua orang. Terutama orang-orang yang lagi dimabuk asmara -halah!-

Di markas Akatsuki yang jauh dari kata layak untuk ditinggali, terlihat seorang pemuda berambut merah yang lagi ngelapin boneka super guede. Dialah Akasuna no Sasori.

Semua anggota Akatsuki lagi pergi.

Pein n Konan jelas kencan. Kisame ke SeaWorld nyamperin gebetannya, ikan duyung. Itachi balik ke Konoha buat ngasih hadiah ke baka-outoto-nya. Hidan lagi ngaji ama ustadzah baru yang cantik. Kakuzu ke bank buat nge-date ama duit. Zetsu janjian ama Sumanti. Tobi ama Deidara lagi nyari cewek di Shibuyagakure -maksa!-

Sasori sebenernya juga lagi kencan, tapi sama Hiruko -hahaha-.

Saat jam menunjukkan pukul 16.00, Tobi n Deidara balik. Mereka Cuma nemuin Sasori di sana.

“Belom pada pulang ya, Danna, un?” Tanya Deidara.

“Hn,” jawab Sasori singkat.

“Senpai kok ga ngerayain Valentine? Ga punya cewek, ya?” tebak Tobi tepat sasaran.

Glek! Sasori terdiam.

“Iya, Danna, un! Kok Danna ga keluar sih, un? Ato janjian di markas, un?” Tanya Deidara.

“Eng..enggak!” Jawab Sasori gagap.

“Jadi senpai beneran ga punya cewek?”

“Siapa bilang?!”

Tadi Danna bilang sendiri, un!”

“Kalian juga ga punya cewek, kan?!” Sasori balas memojokkan Tobi n Deidara.

“Jangan salah, Danna, un! Kita dapet cewek kok, un! Ya kan Tobi, un?”

“Bener, senpai! Walopun Deidara-senpai dapetnya cowok melulu,”

Tobi sukses tepar setelah dihajar Deidara.

“Jangan-jangan Sasori no Danna beneran jomblo nih?” ejek Deidara.

“Wah, Sasori jomblo! Masa kalah ama gue?” Kisame yang baru datang ikutan ngejek.

“Gue kalah ama Hiu? Apa kata dunia? Lagian gue ga doyan ama ikan duyung!” Sasori mencibir.

“Trus, cewek Sasori-senpai mana?”

“Gue ga butuh cewek!” tandas Sasori.

“Jangan-jangan elo yaoi ya, Sas?! Yaoi itu dosa lho!” Hidan ikutan nimbrung.

“Yaoi kepala, lo! Gue normal tau! Gue cuma ga butuh Valentine!” Sasori ngomong ampe muncrat.

“Untung Tobi pake topeng,” Tobi yang ada di depan Sasori bersyukur.

“Kau memang beruntung, Nak!” Zetsu yang nongol dari tembok menimpali.

“Ato lo masih trauma ama insiden Valentine Deidara?” tebak Itachi yang juga udah datang dengan luka di sekujur tubuh gara-gara dihajar ANBU Konoha.

Sasori meludah, Deidara mendelik.

Flash Back…

Hari itu hari Valentine. Seperti ritual valentine kebayakan, mereka yang lagi dimabuk asmara pada ngasih kado. Ga terkecuali Sasori.

Ini Valentine pertama Deidara di Akatsuki. Dari kemarin Dei agak ga nyaman ama tingkah Sasori yang kayaknya ngeliatin dia mulu.

Pas Hari Valentine-nya, Sasori dengan segenap perasaan bilang ‘aishiteru’ sambil ngasih boneka bentuk Deidara yang maniiisss banget ke Deidara. Kontan, Deidara yang cowok tulen ngamuk-ngamuk udah ‘ditembak’ ama Sasori.

Dasarnya, Sasori emang belom tau kalo Deidara itu cowok. Dia nekat aja bilang suka ke Deidara yang manis itu -ditendang Deidara-. Setelah diamuk Deidara, Sasori jadi patah ati. Namanya juga cinta pada pandangan pertama.

Setelah seminggu, barulah Sasori tau kalo Deidara cowok. Itu pun setelah ga sengaja doi ngeliat jakunnya Dei -ngopy bagian Yuki-chan. Jadi makin keliatan kalo Author ga kreatip-. Dia jadi ga patah ati lagi, tapi jadi ilfeel ama cewek n Valentine.

End…

“Bukan gara-gara itu goblok!” Sasori naik kelas, eh, naik pitam.

Semua hening.

“Ya.. yang itu sedikit, sih..,” sambung Sasori kemudian.

Semua ngakak -minus Deidara yang masih sewot inget kejadian norak itu- ampe guling-guling.

“Kalian ja’at banget sih jadi temen!” bentak Sasori lagi.

“Ja..jadi..itu..ala.. san elo.. ilfeel ama.. cewek..?” Tanya Pein di sela tawanya. -a/n : semua Akatsuki udah balik-

“Gue kan bilang itu sedikit!”

“Trus, yang banyak apaan dong?!” tanya Konan yang masih menggelepar-gelepar.

Muka Sasori merah padam. Dia malu banget buat nyeritain kisahnya dulu.

“Ayolah Sasori, ceritain! Ntar utang lo gue potong 1 ryo, deh!” Kakuzu ikutan.

Karena tergiur tawaran Kakuzu -wew-, Sasori pun akhirnya bercerita..

Begini Ceritanya… sfx : suara jantung berdegup

Hari itu, tanggal 12 Februari, Sasori diajak Chiyo-baasan jalan-jalan ke Iwa. Soalnya Chiyo-baasan dapet orderan bikin boneka badut. Pas itu Sasori masih 7 tahunan. Sasori ngerasa bosen nungguin neneknya bikin badut di rumah kliennya.

“Nek, Sasori main, ya?” Tanya Sasori sambil beranjak dari duduknya.

“Hati-hati, Sasori! Kamu mainnya di sekitar taman aja, ya?” nasehat Chiyo-baasan.

Sasori kecil mengangguk girang sambil berlari ke arah taman yang tak jauh dari situ.

Sasori berjalan di taman yang ramai anak kecil. Dia tersenyum melihat tingkah mereka.

“Dasar anak kecil,” gumam Sasori -hello? Lo juga masih kecil, kan?-

Sasori berjalan santai sambil bergumam ga jelas. Tiba-tiba dia melihat seorang anak kecil berambut pirang terjatuh dari ayunan.

Tidak ada yang membantunya berdiri. Semua anak seolah ga melihat anak kecil itu. Sasori yang merasa iba langsung mendekati anak itu.

“Kamu nggak apa-apa?” Tanya Sasori lembut -ceileh..-

Anak itu nggak menjawab. Dia sibuk membersihkan lengannya yang agak berdarah.

Sasori bingung, “Mungkin anak ini ga bisa ngomong?” batin Sasori.

“Aku bantu, ya?” tawar Sasori. Anak itu menggeleng sambil bangkit kemudian berlari.

Sasori bengong ditinggal sendirian. “Manis juga anak itu,” pikir Sasori.

Karena sendirian lagi, Sasori berjalan lagi sampai sore.

(o.O)

Esoknya, Sasori bermain ke taman lagi. Dia juga melihat anak pirang yang kemarin sedang bermain di kotak pasir. Dia menghampirinya.

“Hei! Kau yang kemarin, kan? Gimana lukamu?” Tanya Sasori riang sambil tersenyum -co cwit-

Anak itu sepertinya akan menjawab, tapi nggak jadi.

“Kenapa? Kamu takut? Aku nggak ja’at kok!” kata Sasori lagi.

Anak itu mendongak menatap Sasori. Ada senyum tipis dari sudut bibirnya. -weh, kok suasananya jadi gini, sih?-

“Ka.. kamu.. bukan anak dari Iwa, ya?” Tanya anak pirang itu.

“Bukan. Aku dari Suna. Aku kesini bersama nenekku!” jawab Sasori. Dia senang anak itu mau ngobrol dengannya, “Ngomong juga akhirnya,” batin Sasori.

Akhirnya, mereka jadi akrab. Mereka bermain bersama sampai sore.

“Ma.. makasih ya kamu udah nemenin aku main.. Aku suka deh ama kamu,” kata anak itu polos.

“Udah dulu, ya! Aku harus pulang. Aku takut nenek khawatir,” pamit Sasori sambil blushing.

“ I.. iya,” jawab anak pirang itu.

“Besok kita main bareng lagi, ya?”

Anak pirang itu mengangguk. Mereka pun berpisah.

(o.O)

Hari ini hari Valentine, Sasori yang merasa jatuh cinta pada anak pirang itu berniat menyatakan perasaannya -ceileh, masih kecil tau cinta!-

Dia dandan sangat rapi n tak lupa menggosok gigi. Setelah pamit ke Chiyo-baasan, Sasori langsung ngacir ke taman.

Ternyata anak pirang itu sedang asyik main perosotan. Sasori yang melihat dari kejauhan merasa kesengsem ngeliat senyum anak itu yang ceriaaa banget!

“Hey!” panggil Sasori.

Anak itu menoleh dan langsung tersenyum bak malaikat, pencabut nyawa -disambit Sasori-. Sasori udah klepek-klepek ngeliatnya.

“Ka..kamu.. kok.. rapi banget?” Tanya anak itu polos.

“Ehm, sebenernya ada yang mau aku omongin sama kamu,” kata Sasori gugup.

“Ya.. udah ngomong aja,” sahut anak itu.

“Tapi jangan di sini,”

“Terus… di mana?”

“Di sana aja, yuk?” ajak Sasori sambil menarik tangan anak itu ke tepi kolam ikan yang banyak banget ikannya.

Hening… Sasori ga ngomong

5 menit…

25 menit…

625 menit…

“Se.. benernya… aku..” Sasori mulai buka baju, eh, buka suara.

“Apa?’ Tanya anak itu pelan.

“A… aku.. suka ama kamu.. Aishiteru!” lanjut Sasori yang bikin muka anak itu merah padam.

“A.. aku tau kamu juga suka sama…” kata-kata Sasori terpotong.

PLAK!! Sebuah tamparan telak bersarang di pipi Sasori yang mulus.

“DASAR ABNORMAL!!” tereak anak pirang itu sambil ngedorong Sasori nyemplung ke kolam yang banyak ikannya. Anak itu berlari pergi.

Sasori yang syok n basah kuyup langsung pulang sambil mikir.

“Padahal dia keliatan banget suka ama aku… Kenapa dia bilang aku abnormal??” batin Sasori.

Begitulah Ceritanya…

Semua anak Akatsuki memandang Sasori dengan tampang kasian-banget-sih-anak-ini.

“Sekarang lo pada udah tau kan alesan gue benci Valentine?!” tandas Sasori.

“Kejem banget sih tuh cewek? Padahal tadinya akrab banget.. Bilang suka lagi,” desis Itachi.

“Seenggaknya kita jadi tau kalo cinta pertama Sasori bukan ama Deidara,” kata Hidan.

Semua pada mengasihani Sasori, sedangkan Deidara merasa dia pernah ngalamin kejadian yang sama!!

(o.O)

Naruto - Ninja Dependence Vol. 02

Genre: Hentai, group (Men/Tayuya), double penetration. English translated doujin, 29 pages.

to see this manga hentai click here
to download click here

theBOX!

Language: Indonesia
Author: MATTGASM
Hahaha…

Hahaha….

Ini fict Naruto pertama sayah… gak tau, mendadak nyamber aja kayak petir disiang bolong setelah nonton acara The-BOX di O channel… hehehehe….SasoDei adalah pair yang imutt…. Kya, senangnya….

© Naruto is belongs to Masashi Kishimoto!

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

Dan ku t’lah jatuh cinta, kuwanita dan engkau lelaki, perasaan kuberkata, ‘I’m falling in love….’

Sang cinta mendekatlah, malam menyanggupi jadi saksi…

Harti kecilku berkata, ‘I’m falling in love….’

i’m falling in love….

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

theBOX!

Deidara baru kali ini tau rasanya cinta…

lebih tepatnya, Jatuh cinta untuk pertama kalinya….

Lebih speksifiknya, Mabok Cinta.

Dei ciiiiinntaaaa buanget ama sasori, Partnernya sendiri,

Saat pertama kali dia melihat partner barunya itu, jantungnya langsung berdetak kencang, kepala rasanya mau pecah, sakit perut pengen boker, dan lebih parahnya, ada lagu Terpesona berniang dikepalanya setiap kali dia menatap/ ngelirik Sasori.

Namun Sasori, selaku orang yang bersangkutan, tidak menyadarinya… dia biasa2 aja menghadapi Deidara yang sudah ter-cap sebagai anak hiperaktif-yang-gila-seni.

Sasori juga males ngeladenin Deidara…

Dan juga, karena Deidara yang udah KO duluan ngeliat Sasori jadinya hubungan mereka ya gitu2 aja…jadi monoton….

Paling banter tuh mereka ngomong cuman begini….

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

Deidara: Sasori-danna, un!

Sasori: ya, ada apa dei?

Deidara: uhh…. Haa… (udahkeringet dingin, dan muka merah)

Sasori: ………. (mulai gak sabaran)

Deidara: kamu tau ga kalo kecoak ntu masih bisa idup selama seminggu walaupun kepalanya copot, un?!

Sasori:………..

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

(Percakapan lainnya…)

Sasori: deidara…

Deidara: HAH!? Iya ada apa sasori-danna, un! (udah girang duluan)

Sasori: Kamu belom transfer duit kost yah ke Kakuzu..? orangnya marah-marah ampe nyembur-nyemburin kolam ikannya pein-sama tuh, cepetan bayar…entar didepak keluar loh ama dia…

Deidara: (cengok sebentar) baiklah…sasori-danna, un….

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

Ya begitulah….suatu malam, Deidara yang udah gak bisa nahan napsunya akan sasori meminta tolong kepada tuhan….

“ya tuhan, tolong berikan aku kekuatan agar aku bisa menyatakan cinta kepada Sasori-danna, un!” kata Deidara dengan tatapan memelas abis.

Tiba-tiba….

saya tahu masalah anda nak….’ Suara jeleek banget kedengeran, tapi gak ada orang yang ngomong.

“SYAPA LO!?”deidara udah jadi panik sendiri, dia udah nyiapin semprotan merica kalo ada apa2.

saya orang baek nak, saya yang akan membantu kamu untuk mendapatkan cinta kamu…’ kata suara jelek itu.

tiba2 Deidara merasa jalannya telah terbuka, cahaya menerawang dari Langit menyinari jalannya, dimana didepannya ada Sasori yang memakai pakaian Maid XD

(Kasih jeda sebentar, Deidara mimisan se-ember bayangin sasori pake pakaian maid yang seksi…huah… XD)

“emm….Mbah, trus gimana caranya aku nembak sasori-danna? Deketin dia aja aku dah keder! Gak bisa, un!” tiba2 Deidara kehilangan semangatnya…. Jalannya tertutup…..

naak, itulah gunanya saya ada disini….udah mendingan kamu ambil hape kamu…

Deidara yang bingung mah manggut2 aja….dia langsung ngambil hape N80 nya yang hampir kemakan ama Zetsu.

oke sekarang kamu…. KETIK REG (SPASI) SAHARA, KIRIM KE 9425, MAKA KAMU DAPAT BERKONSULTASI TENTANG MASALAH PERCINTAAN KAMU DENGAN MADAM SAHARA!!

GUBRAAAKKZZZZ!!

Deidara langsung bergubrak ria…

“APA2AN NEH!?” Teriak Deidara kesel.

Saya seriuss!! Udah kirim ajaaaa!!

“dasar GaJe….un.” Deidara hanya bergungam kesel sambil meng-esemes Hotline Madam Sahara itu, jah…pulsa sebanyak 2000 ra’ib dah…

terima kasih kamu sudah memakai jasa MADAM SAHARA, Sms

Konfirmasi akan terkirim sebentar lagi

“Sialan, ini titisan dari tuhan ato promosi sih….bingung daku…un…” kata deidara mumet sambil garuk2 kepala.

Akhirnya dia menunggu untuk sms konfirmasi…1 jam….2 jam….

3 jam…4 jam…. 2 minggu….5 bulan….9 tahun…. (YA ENGGAKLAAAHH…..)

akhirnya sms konfirmasi yang ditunggu2 datang juga….. deidara langsung membuka inbox sms-nya….dan membaca sms yang baru masuk tsb, isinya: selamat anda telah bergabung menjadi pengguna jasa MADAM SAHARA, sekarang silahkan anda menengok kesamping anda.

“huh?” Deidara lalu menengok kesampingnya. Gak ada siapa2 tuh….

Tak lama kemudian….

PPOOOOOOFFFFFFFF!!

Asep muncul, entah dari mana asalnya (oh mungkin asep dari dapur kali ya, kan Tobi lagi masak ikan Gurame bakar) bikin Deidara jadi gak bisa liat apa2… udah gitu bau asepnya gak enak banget lagi…

“uhuk!! Hoeeekkk!! Aku buttaaaa!! Akuuu butaaa!!” tereaknya histeris.

Lalu kepulan asep2 bisa hilang berkat kipas angin, lalu munculah sosok yang tak asing lagi dihadapan Deidara…

“ITACHI??”

“Halow saaaay!!”

yuoop….Uchiha Itachi, berdiri dihadapan Deidara dengan memakai kaen sutra India warna ijo sambil megang bola kristal, hasil nyolong dari toko perhiasan diruko sebelah. Dan muka itachi full of make-up dan teuman2nya…dari jauh dia kelihatan kayak sussana.

(jadi sulit membedakan itachi dengan nyi blorong… XD)

“GYAAAA!! JANGAN GARONGIN SAYAH, AMPUN MBAH!! AMPUN!! SAYAH MASIH PERAWAAAAN, UN!!”

Deidara langsung berteriak Histeris ketika melihat sosok Itachi yang…. AJAIB/ ABNORMAL itu, ato Jangan-jangan dia salah liat itachi ama genderuwo lagi….

“HEH! Berisik tau!! Teriakan kamu tuh bisa membuat orang pada congek’an!!” sahut itachi sambil menabok kepala deidara.

“l….lo ngapain disni ita!? Apa lo madam sahara, un!?” teriak Deidara, mukanya pucet abis ngeliat muka itachi yang penuh make-up itu.

“iya jeung, ini pekerjaan sampingan gue selain di akatsuki!! Abisnya pein-sama enggak meng-gaji kita semua, ya trus gue mo makan apaan dong?? Makanya…gue kerja di hotline madam sahara…huhuhu…tugas gue ntu membantu orang-orang yang lagi seret permasalahan cintah…gitu loch…”

kata Itachi sambil bergaya-gaya ala Mulan Jameelah dalam video klip Makhluk Tuhan Yang Paling Sexy dicampur ama sussana dalam sundel bolong XP

Deidara langsung muntah darah seember pas ngeliat itachi bergaya-gaya aduhai bak rumput bergoyang (halah)

“udah…khan dikau sudah me-register jasa Madam Sahara punya sayah, sekarang cepat ceritakan permasalahan cinta dikau….” Suruh Itachi yang akhirnya tobat juga untuk bergaya-gaya XD

“uh….tapi awas lo ya kalo ampe ngetawain gue….un…” Deidara merasa ragu-ragu untuk memberitahukan itachi soal permasalahan cintanya ama sasori…XD

“jah. Iya-iya gak bakal sayah ketawain…ya…liat dulu sih.” Kata Itachi. Keliatan dari mukanya kalo Itachi ini tak dapat dipercaya. XD

“gue….gue jatuh cinta ama sasori…un.” Bisik Deidara.

“AAPAAAAA?!” Itachi langsung berteriak High-Pitch, bikin Deidara jadi budek permanen. (LEBAY MODE ITACHI: ON!)

“yak ampyuunn!! Anak hiperaktip suka ama anak kurang kasih sayank!! Yak ampyun!! Berita ini harus disampaikan kepada Feni Rose…pasti dia senang banget nih dengernya!! xD” Itachi malah ngerumpi sendiri. Kini Deidara menyadari kalau memberitahukan Itachi kenyataan itu sungguh perbuatan yang salah.

“WOI! TUGAS LO KAN BANTUIN PERMASALAHAN CINTA GUE, JANGAN JADI LEBAY SENDIRI DONG, UN!” Deidara yang udah gak tahan ama ke-LEBAY-an temennya ini langsung tereak pake Toa Masjid langsung ke kuping Itachi.

“iya say! Eike bantuin kok!! Gak usah teriak-teriak dong! Eike entar jadi budek!!” Itachi langsung nampol kepala Deidara setelah dia mencoba untuk membuatnya jadi budek.

“trus…gwa harus ngapain, un!?” Tanya Deidara yang mulai gak sabaran.

“hhmmm…dilihat dari situasi….hn. kita semua kan tau ya Sasori itu jarang ngomong, cuek bebek, gak perduli ama lingkungan sekitar…sedangkan elo, elo itu anak hiperaktif, gila seni, gila ledakan, epilepsi…” Kata Itachi.

Deidara bener-bener pengen nabok Itachi deh…trus buang mayatnya kedalam empang….

“eh…gimana kalo pake cara baru, jeung??” celetuk Itachi.

“ha? Cara apaan, un??” Tanya Deidara.

“hehehehekehkek…khan kita tau yaaa…sasori ama yang laen senang nonton O Channel….” Kata Itachi dengan tawa mengerikan, mak lampir aja kalah ama dia!

“iya, mang kenapa, un??” Deidara sumpah bingung akan maksud itachi.

“hihihi….yok kita ke senayan city!!” Itachi mendadak langsung narik tangan deidara, trus mereka lari ngibrit ke senayan city (??)

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

( 11 hari kemudian )

“wei!! Kite hari ini nonton paan yak??” sahut Hidan Yang megang remot tipi.

“nonton Mamamia aja senpai!!” sahut Tobi.

“nonton idola cilik!!” Sahut pein (GYA! Dasar pedopil!)

“kita nonton who wants to be a millionaire aja!!’ sahut Kakuzu

“kita nonton sinetron Upik Abu ama Laura ajaaa!!” sahut Konan.

“ah Jangan!! Kita nonton animal planet aja!! Ada sodara-sodara guwa nongol!! Itu tuh dalem liputan special hiu langka karena global warming!!” sahut Kisame.

“udah, kita nonton O channel aja…ada si kemal tuh…acara the box…” kata sasori anteng.

“JAH! Pada beda-beda maunya…yaw dah di undi aja! Cang-kacang-panjang-yang-kena-JADI!” Hidan malah maen cang-kacang-panjang. Akhirnya yang kena adalah sasori.

“nah. Gitu kek!” kata sasori dengan tampang kemenangan.

“hu…padahal kan sinetron upik abu ama laura lebih bagus.. tayang perdana nih!!” keluh konan.

“jah!! Nasip sodara-sodara guwa gimaneee??” tereak kisame

“ah parah lo pada!! Kan sekarang rapot idola cilik!!” teriak pein.

Yang laen pada rusuh-rusuh karena mereka harus nonton channel pilihan sasori….maka ditontonlah The Box-O channel…

“ya! Kembali lagi dengan saya, kemal di acara The-BOX! There is no secret inside the box! Seperti biasanya, the box berlokasi di Senayan city. Disini lo pada bisa curhat, menunjukan kemapuan terpendam, bakat menyanyi, dan bahkan menyatakan cinta! Seperti pada episode kita hari ini!” sang presenter the-BOX, si Kemal langsung ngebacot ria.

“idih, ada aja ya orang nyatain cintanya lewat tipi??” celetuk Kisame

“tauk, mentang-mentang udah banyak banget reality show yang bertema nyatakan cinta….kayak lemon tea…Termehek-mehek, kontak jodoh….hia” tambah Konan.

Lalu acara dimulai…episode pertama adalah mengenai pernyataan cinta yang dilakukan didalam The-BOX….tiba-tiba nongol wujudnya deidara didalem the-BOX

“HEH!?”

“LHA!? ITU KAN…..”

“DEIDARA!?”

serentak semuanya jadi pada kaget, gila! Apa yang sedang Deidara lakukan disono??

ehem….sa…sasori-no-danna, un!’

setelah Deidara mengomandangkan nama sasori, semua orang langsung pada nengok kearah sasori yang masih shock melihat Deidara didalem tipi.

uhh, pertama-tama, ini idenya Itachi…jadinya kalo mo bunuh……bunuh dia aja ya, un’

Pas Deidara ngomong begitu, ada Itachi yang lagi nabok pintu the-BOX dari luar pake bola kristalnya XD

sasori….aku cuman pengen ngomong satu hal….kalo aku… aku…AKUU…..’

UDAH NGOMONG AJA KEK!’

tereakan Itachi dibelakang terdengar dengan sangat jernih sekali XD

AKU CINTA KAMU!! SASORI-NO-DANNA, UN!’

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

( Sementara, di KonohaGakure…..)

“HUAHKAHKAHK!! Eh-eh liat deh! Aneh banget ya ini orang!” teriak Kiba pas dia nonton aksi Deidara di The-BOX bareng ama temen-temennya yang lain.

“eh…kayaknya gue kenal deh ama ini orang…oh iya! Dia kan tukang bom itu tuhh…yang ngikutin Nurdin M. Top!! Sekarang dia ngapain di tipi?? Ketahuan mo ngebom padang yak??” celetuk Naruto.

“Idih….mo nyari sensasi aja tuh kali!!” tambah kiba.

“eh…itu tadi bukannya kakak lo ya yang ada diluar the-BOX??” kata Neiji kepada sasuke yang udah nongolin tampang maleeess banget ngeliat kakaknya bertingkah laku bak Waria Gak Guna di tipi….

duh! Aniki- gua ngapain sih?? Udah deh mulai saat ini gue pura-pura gak kenal ama dia aja deh…. Trus gue operasi plastik, ngubah wajah gue yang ganteng ini menjadi semakin ganteng…kemudian memulai hidup baru ama titi kamal….” Sasuke udah mikirin rencana pelariannya dalem kepala..XD

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

(kita kembali keee……AKATSUKI BASE! XD)

aku tuh udah suka ama kamu sejak pertama kali kita ketemu… walaupun awal mulanya sih aku ngata-ngatain boneka kamu yang hiruko….soalnya kamu terus nyembunyiin jati diri kamu didalam sana sih…kalo aku mo ngeliat wujud kamu kan cuman pas ganti baju aja, un…’

Deidara masih ngebacot ngomong di the-BOX, mukanya sasori jadi tambah merah seiring Deidara ngomong XD Sementara yang laen pada ngetawain sasori abis-abisan…

“HAKHAKHAK….DASAR ANAK AUTIS, NGATAIN CINTA DI THE-BOX!!” tereak Hidan, yang ketawanya paling kenceng.

“AHKAHKAK!! EH REKAM, CEPETAN REKAM!!” pein langsung ngeluarin kamera pidio bwat ngerekam ‘pengakuan’-nya deidara XD

“yak ampyun!! Ternyata selama ini dugaan tobi bener, kalo senpai deidara itu suka ama senpai sasori…wah…” tobi malah ngomong sendiri XD

“huuhh….ngapain juga itachi gwa nampang disanaaa?? Entar kalo ada yang suka gimanaaaa??” sahut Kisame.

“jah…tontonan gak menarik….” Keluh Kakuzu

“deidara tuh emang gak tau malu ya..dia lupa kali kalo saluran O channel tuh keseluruh pelosok penjuru? Dasar anak autis…” kata konan.

Sementara mereka semua masih ketawa ngakak ngatain deidara, sasori udah merencanakan pembunuhan untuk……ITACHI.

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

(SORE HARINYA….)

“KAPOK GWA, GWA KAPOK!!” Deidara jalan ngesot ditanah, goblok banget deh…kenapa? Itachi nyeret Deidara ke senayan city, yang Lokasinya ntu NUN JAUH DIMATO! Lebih jauh daripada Konoha cing! Butuh 10 hari 9 malem buat nyampe di senayan city doang! Dasar itachi geblek…

“lha?? Yang penting kan lo bisa menyatakan cinta lo pada sasori lewat tipi! Bukannya senang gitu lho?!” lha, si Itachi malah jadi sewot sendiri….

“MAKSUD LO APA!? GUA SHOCK BANGET TAU PAS LO MAKSA GUE BUAT NGAKU DI DALEM THE-BOX! GUE KIRA APAAN, UN!” tereak Deidara segenap jiwa….

“yaa…salah sendiri mau aja! Heheehehe….” Itachi bener-bener musang licik, dia malah balikin fakta LOL XD

Deidara langsung ngambil tanah liatnya dan dilemparin kearah Itachi, Itachi ga sempet menghindar! (ya secara gitu pakaiannya udah kaya baju India yang pake kaen sutra panjang, ribet lah kalo mo jalan kemana-mana….apalagi lari??)

JEGEEEERRR!!

“AAAAA!! MAKNYOSSS HANGATNYAAA!!”

Itachi langsung terkapar kejang-kejang ditanah, seluruh badannya gosong… yah dia asyik tepar-teparan dah di tanah (EHEM! Penulis agak ‘sensitip’ dengan kata-kata TEPAR….XD)

“MANG ENAK!? RASAIN TUH! DASAR MADAM SAHARA GAK GUNA! BALIKIN PULSA 2000 PERAK GWA, UN!” tereak Deidara penuh kemenangan. Kayaknya ga ridhoo banget pulsanya ilang XD yah kita semua juga bakal marah kali kalo pulsa kite ilang sebanyak itu cuman buat ikut-ikutan CONTENT hape!? Rawr! (curhat ni yeee)

tiba-tiba dari kejauhan….Deidara melihat seseorang, seseorang yang sungguh tak asing lagi dimatanya yang beler itu…

“HAH!? SA….SASORI-NO-DANNA, UN!?”

ya, sasori. Berdiri rada jauh dari tempat deidara berdiri. Serentak mukanya deidara jadi meraah abis. Mengingat kalo 10 hari yang lalu dia baru aja menyatakan rasa cintanya pada sasori lewat tipi…hehehehehe….

“Deidara….” Suara sasori terdengar sangat berat, kayaknya dia marah deh…

Deidara berasa mo nangis pas ngeliat reaksi sasori yang jauh berbeda dari bayangannya, cintanya telah diujung jalaaaaan…. (-penulis dihajar ama si agnes-)

Perlahan-lahan sasori berjalan kehadapan Deidara. Deidara udah takut aja si sasori bakal nyantet dia pake boneka kutukan…. Kan sasori tukang langganan buat boneka kutukan punya ai, Jigoku Shoujo… (woo!! Lebay!! Lebay!!)

Akhirnya sasori berada dihadapan deidara….perasaanya deidara campur aduk, antara seneng akhirnya bisa ketemu ama sasori setelah 10 hari terpisah benua, takut karena sasori nampak marah banget ama dia….dan sedih karena dia takut patah hati dicerca ama sasori.

“maa…maapin aku…aku…se..seharunya enggak ngikutin sarannya itachi, un!” kata Deidara yang udah merinding abis.

“….aku juga sayang ama kamu kok, dei” kata sasori.

Deidara langsung mangap, badannya jadi puanas tenan. Dia megap-megap nyari udara, tapi dia keliatan kayak ikan lele yang dikeluarin dari kolam XD

“cuman…kamu kalo mo nyatain cinta…jangan lewat tv kenapa…??” kata sasori sambil garuk-garuk kepala. Mukanya sasori merah, merah-nya mo nyaingin warna rambutnya.

“MA…MANGAB! Itu….itu idenya itachi! Suer, dia yang nyeret aku ke senayan city, un!” teriak deidara.

Kemudian sasori tersenyum.

Begitupun juga dengan deidara.

“oh iya, sebaiknya kita apain tuh orang?” sasori ama deidara hampir aja ngelupain itachi yang masih asoy kleper-kleper ditanah, udah kaya cacing kesetrum

“udah biarin aja, entar juga ada orang lain yang munggut…. Ayo sasori-no-danna, kita pulang, un” ajak Deidara.

“iya ya, oh iya….hari ini konan yang masak lho…masak pecel ayam….” Ujar sasori.

Lalu mereka berdua beranjak pulang dengan perasaan riang gembira….

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

Akhirnya. Sasori ama deidara bisa sama-sama juga, bisa pacaran juga… organisasi MADAM SAHARA ditutup selamanya karena itachi, abisnya itachi gak becus menangani masalah cinta para kliennya….alhasil si Itachi sekarang terpontang-panting Nasib kerjaanya…

“ mbah, saya denger disini ada lowongan jadi asisten mbah dukun ya?? Saya mo ngelamar kerja….ini CV saya mbah, tolong diliat dulu…”

“….saya kan nyarinya jin tomang buat asisten saya, BUKANNYA BANCI TAMAN LAWANG!! KAMU NYASAR AJA, HUSH! HUSH! SONO PERGI!!”

“hueee!! Mbah!! Tolong kasih saya kerjaan dong!! Entar saya mo makan apaan?! Jadi kolor ijo, babi ngepet, ama boneka santet juga ga papa deh!! Hueeeee!”

Itachi itu emang seret duit ya.

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

“sasori-kun, un!”

“ada apa Dei-chan….?”

“aku sayang sasori-no-danna, un!”

“aku juga sayang dei-chan….”

Deidara lengkeeet terus ama sasori setiap hari, udah bikin orang-orang se-geng jadi muak/iri ngeliatnya…

“boneka kok ama anak autis, dasar pasangan gila…”

( TAMAD )

Naruto - Ninja Dependence Vol. Extra

Genre: Hentai, M/F, group, double penetration. English translated, 20 pages.

to see this manga hentai click here
to download click here

Dua Sisi Dunia

Language: Indonesia

Author: SheilaLuv

Summary: Kefanaan, sesuatu yang berdiri di sisi terdalam dari dunia seni milik Deidara. Prinsip itu harus dikonfrontasi oleh perspektif keabadian seni yang dianut oleh Sasori. Dua hal yang bertolak belakang, namun sebenarnya saling mengisi dalam lingkaran waktu yang tidak terputus. Tapi, ketika mereka menyadarinya, semua sudah terlambat…

Pairing: Sasori/Deidara. Dua jiwa seniman yang bersinar dalam spektrum warna mereka masing-masing.

Disclaimer: Naruto is a property of Masashi Kishimoto. Saya cuma meminjam karakter-karakter kreasinya dan menggerakkan mereka dengan seutas benang yang tak tampak.

Dan yang terpenting, Sasori dan Deidara tetap saling memiliki, bahkan dalam kematian –dodges rotten tomatoes-. This fiction is dedicated for my dear senpai, GoodBoyTobi (Rin-chan) for introducing me to this wonderful pair! Rin-chan, semoga fic ini bisa menghibur kamu yang sedang berjuang buat ujian masuk universitas, ya! Untuk semua pembaca fic ini, jangan ragu memberi komentar, kritik dan saran lewat review ya. Saya terima dengan senang hati. XD

Enjoy!


Segala sesuatu terus mengalir.”

-Heraclitus- (Filosof Alam, 540-480 SM dari Ephesus, Asia Kecil)

Dikutip dari Sophie’s World, halaman 50, oleh Jostein Gaarder



Chapter 1

Pertautan Filosofi

-

Kefanaan terus membayangi esensi terdalam jiwa

Tertuang di setiap curahan makna kata-kata

Mengisi setiap celah hidup dengan nyala sinarnya

Keabadian tak pernah datang mengecup pelupuk mata

Hanya menguap pergi tanpa merengkuh diriku ke dalamnya

Terus diam tanpa suara, terus jauh mengembara…

-Deidara no Shi- (Syair Deidara)

-

Menurut orang-orang yang berada di zaman sebelum dirinya terlahir, dunia itu diatur oleh sebuah tangan yang tidak terlihat bernama takdir. Manusia hanya bisa pasrah ketika benang-benang tidak terlihat menggerakkan sekujur tubuh mereka bersama waktu yang terus berputar, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa berkelit, satu mili pun—dari apa yang sudah digariskan oleh tangan Tuhan di dunia.

Karena itu, tidak ada yang namanya kebetulan. Kehidupan, kematian, perjumpaan sampai perpisahan, masing-masing mempunyai maknanya sendiri yang tidak semua bisa terungkap secara gamblang. Apalah arti semua usaha untuk meramal dan memprediksi kehidupan yang tidak pernah berjalan mundur? Hanya melangkahi kemuliaan Tuhan yang sudah menyusun keping-keping mozaik bagi langkah kaki makhluk-Nya.

Dalam rantai kehidupan, bahkan persamaan dan perbedaan pun terikat sempurna. Keduanya saling mengisi, berseberangan namun sama-sama menawarkan kemungkinan yang tidak terbatas. Tidak hanya persamaan yang mengikat dua jiwa yang terpisah, perbedaan pun terbukti dapat menghipnotis setiap elemen dunia—karena tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa dilengkapi oleh komplemennya. Itulah hukum alam—mereka menyebutnya.

Mungkin, tanpa disadari, hal itu berlaku juga untuk Sasori dan Deidara.

“Sasori no Danna! Ayo, istirahat sebentar, un!” pinta Deidara, melepas topi jeraminya dan menempatkan dirinya untuk berteduh di bawah bayang-bayang pepohonan yang tumbuh rimbun di tepi sungai. Senja sudah mulai memancarkan bias keemasannya. Ledakan warna-warni pelangi yang menggantung indah di garis horizon langit menyala terang, berpadu aroma rumput basah yang melegakan sehabis hujan gerimis.

Sasori menghela nafas. Melihat Deidara yang sudah berbaring nyaman berbantalkan rumput. Helaian rambut pirang panjangnya menyentuh permukaan kehijauan itu dengan satu desisan lembut. Napasnya naik turun perlahan, namun damai.

“Ada apa? Kau sudah merasa lelah lagi?” tanya Sasori, sedikit menggerutu. Meskipun begitu, dia ikut duduk di sebelah partnernya, bersandarkan pada batang pohon yang kokoh ditempa usia dan cuaca.

“Tidak, hanya karena ingin saja, un,” jawab Deidara sekenanya, matanya menutup. Dedaunan yang mulai menguning mewarnai ketenangan sore itu, selayaknya suasana musim gugur.

“Kita sudah harus kembali ke markas Akatsuki dua hari lagi, Deidara,” ucap Sasori. Kedua bola mata merah terangnya menatap langit, membiaskan kerlap-kerlip sinar aneka warna.

“Bisa diusahakan, un. Untuk sekarang, kita di sini saja, un. Pemandangan seperti ini jarang bisa kunikmati, un. Melihat segala sesuatu begitu cepat datang dan pergi selalu membuatku terinspirasi untuk menciptakan seni dalam bentuk yang baru, un,” kata Deidara, membuka mata. Bola mata kebiruannya bertemu mata Sasori yang sedang menatapnya.

“Kau tidak berubah,” balas Sasori, menyerap kata-kata juniornya. “Apa yang luar biasa dari pemandangan musim gugur seperti ini? Semuanya selalu kembali, terus berulang dalam siklus kehidupan. Di tahun-tahun yang berikutnya, musim gugur akan datang, disusul dinginnya musim salju, kemudian musim semi merekah dan musim panas terpancar kembali seiring matahari yang merajai langit.”

Deidara tertawa kecil. Kedua matanya bersinar penuh kemenangan. Dia beringsut bangkit dari posisinya dan duduk mengikuti Sasori.

“Nah, itu dia, Sasori no Danna. Pernahkah Danna berpikir tentang singkatnya hidup, un?” Satu tangannya mengacung ke langit. “Memang benar, siklus musim demi musim terus berulang, un. Namun, bukan berarti kita akan selalu ada untuk menyaksikannya, un? Hidup itu singkat dan tidak terduga, persis pancaran warna-warni indah yang meluap dari ledakan yang kuciptakan, un. Bisa saja, besok atau lusa, kita akan kembali ke esensi alam, bergabung dengan semua hal yang telah lebih dulu musnah, un. Tidak ada keabadian, hanya sesuatu yang selalu mengalir, un.”

“Lagi-lagi kau dan filosofi senimu,” Sasori berkata tidak sabar,”Bagiku, seni tetap sesuatu yang bisa meninggalkan jejaknya, keindahan abadi yang tidak habis digerus waktu. Hidup bukan sesuatu yang bisa kita prediksi, memang benar. Tapi, keindahan yang abadi pasti akan selalu kekal. Sebagaimana ada unsur yang memulai segala sesuatu, pasti manusia menemukan jejak-jejak unsur penciptaan yang paling awal dalam setiap elemen dunia pada setiap makhluk yang tercipta. Memang tidak selalu sama, tapi kita bisa melihat berkas-berkasnya. Itulah keabadian, selalu hadir dalam bermacam cara, walau tidak selalu eksis di dimensi ruang waktu yang sama.”

“Aku tahu, Sasori no Danna. Danna selalu berkata begitu padaku, tapi aku tidak pernah benar-benar mengerti, un,” Deidara tenggelam dalam pikirannya. “Mengingat hal ini begitu dihormati oleh Sasori no Danna, setidaknya aku ingin mengerti, walau sedikit saja, un.”

Sasori menoleh. Ekspresinya yang semula datar kini lebih tergurat jelas. “Kau ingin tahu? Padahal biasanya kau selalu menolak keras prinsipku itu.”

Deidara mengangguk. “Tidak apa, un. Seni dapat menyatukan perbedaan, un.”

Bibir Sasori tanpa dicegah mengguratkan senyum tipis. Pandangan matanya mengunci tatapan Deidara sehingga shinobi berambut pirang panjang itu tidak bisa menduga apa yang akan dilakukannya. “Sebenarnya, semuanya sederhana saja. Untuk merasakan dan meresapi arti keabadian, kau hanya perlu memahami setiap hal tidak hanya lewat indra, tapi juga lewat hati. Kemudian tanpa kau sadari, hatimu akan berbicara jauh lebih terang dari yang pernah kau rasakan. Menyuguhkan jawaban yang paling hakiki di balik semua kepalsuan.”

“Sasori no Danna pasti punya alasan dibalik semua perkataan ini, un. Boleh aku tahu hal apa yang mendasari hal itu, un?” tanya Deidara.

Sasori terdiam beberapa saat. Saat Deidara mengira dia tidak akan mencoba menjawab, kata-katanya perlahan meluncur. “Kenangan di masa lalu… ambisi di masa sekarang… dan ekspetasi untuk masa depan.”

“Aku akan mencoba, un,” putus Deidara. “Tapi, untuk itu aku perlu memulai segalanya dengan satu hal mendasar, un,” Deidara termangu, berpikir-pikir. Mencari satu hal yang bisa membantunya memahami keabadian, menuntunnya menuju satu kesimpulan: apakah keabadian benar-benar hadir dengan nyata di dunia, atau hanya ilusi yang diciptakan manusia semata.

Sasori mendengarkan sambil menikmati belaian lembut angin yang menyusuri setiap lekuk dan pori wajahnya. “Mula-mula, renungkan saja… hal-hal yang paling signifikan di dalam hidupmu. Cobalah untuk mencari tahu setiap elemen yang mendasari eksistensinya di dalam hidup. Kalau waktu bisa membuktikan keberadaanya yang terus melekat, tidak pernah pudar; maka kau sudah menemukan satu dari banyak bentuk keabadian di dunia.”

Kata-kata Sasori telah membius Deidara. Sejenak jarum detik waktu seolah berhenti berputar, menahan lajunya. Merelakan serpih-serpih perasaan yang tertimbun di lubuk hati mengambang ke permukaan. Detik berikutnya yang dia tahu, hanya kebenaran yang mengambil alih, mendobrak segala bentuk pengekangan diri yang dirantai kesombongan dan ketidakpedulian.

Tahu-tahu saja, kejujuran telah meneteskan kesejukannya di tengah semburat mentari sore yang hangat. “Kalau begitu, aku akan memulainya dari dua hal: seni yang kucintai,”dia berkata penuh kepastian,”dan… Sasori no Danna.”


Author’s note: Yay! Selesai juga part pertama dari fic ini. Suatu self-challenge yang terbit dari permintaan GoodBoyTobi, senpai di yang sangat menggilai pasangan seniman kita di fandom Naruto, Sasori dan Deidara. Walaupun awalnya saya nggak begitu klik dengan pair ini, tapi akhirnya ikut larut dalam relationship unik mereka yang nggak bisa didapatkan lagi setelah kematian keduanya di manga. Yah, saya akui kalau saya kecewa dengan tewasnya mereka berdua yang begitu cepat. Syair di atas saya tulis khusus untuk mendalami karakter Deidara.

Filosof alam Heraclitus yang kata-katanya saya jabarkan di pembukaan fic ini mengacu pada salah satu dari para filosof Yunani kuno yang mula-mula mencoba berfilsafat tentang keberadaan alam. Mereka mulai menyelidiki bahan dasar dan perubahan-perubahan yang terjadi di semesta dengan cara menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya. Itulah sebabnya mereka disebut filosof alam. Mereka mencari hukum-hukum alam yang bekerja di dunia, tanpa harus bersandar pada mitos-mitos yang tidak berdasar, seperti yang dipegang teguh oleh orang-orang Yunani pada umumnya di masa itu.

Hal ini bisa Anda nikmati dengan jelas bila membaca novel filsafat berjudul Sophie’s World karangan Jostein Gaarder, yang saat ini saya gunakan sebagai refrensi untuk penulisan filosofi bagi Sasori dan Deidara di fic ini. Semoga penjelasan ini bisa membantu pembaca semua, ya.

Fic ini masih akan berlanjut di part kedua, yang akan saya tulis dari perspektif Sasori, baik tentang keabadian maupun seni. Rencanya sih bakal di-update secepat mungkin, jadi dukungan Anda semua sangat diharapkan. Kalau ada ada yang mengganjal, baik pertanyaan maupun kebingungan, kritik maupun saran, silahkan tulis di review. Saya dengan senang hati menjawab, ok?

Ja ne!