Advertising by :

Advertisement

Thursday, October 6, 2011

Icha-Icha Time

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Icha-Icha Time

written by sasunaruislove


'Sebatang pohon menjadi sangat berarti untuk Kakashi, mengapa?'






Hari liburnya adalah hari paling menyenangkan untuk Kakashi Hatake. Bukan karena hari itu adalah tanggal merah untuknya dan tak perlu mengerjakan misi. Namun hari dimana ia bisa membaca buku Icha-icha tanpa ada murid yang menunggunya di arena latihan. Setidaknya, ia bisa tenang membacanya seharian tanpa beban. Ini adalah hari dimana ia bisa mendalami Icha-Icha dan menyelami maknanya lebih dalam *setidaknya, begitulah pikir Kakashi*.

Seperti saat ini, Kakashi tengah membaca seri Icha-Icha Paradise di kamarnya. Ia membuka jendela kamar, dan duduk di dekatnya sehingga ia bisa merasakan angin pagi musim semi yang dingin dan sejuk. Kakinya ia selonjorkan, kepalanya ditopang bantalan kursi yang empuk, sungguh nikmat.

"Ho ho.." gumam Kakashi ketika membaca bagian romantis di dalamnya, kemudian wajahnya memerah ketika membaca bagian 'mesum'. "Jiraiya sungguh berbakat, sung.."

"BRAKK!"

Kakashi refleks mendelik kaget ketika seseorang mendobrak pintunya dan muncul seperti polisi yang akan menangkap buronannya. Orang yang membuat wanita geli karena tampilannya yang luar biasa.. norak! Lelaki ini memakai spandex hijau ketat dan gaya rambut seperti tempurung kelapa yang ditempelkan di kepalanya. Ia muncul dengan senyum lebar dan pose seperti Ksatria Baja Hitam.

"YEAH!" Teriak Gai, ia mendekati Kakashi dan meninju udara. "KAKASHI! AYO KITA BERTANDING!"

"Heh?"

"INI ADALAH PAGI YANG CERAH! KITA HARUS MEMOMPA SEMANGAT DAN JIWA MUDA KITA DENGAN BEROLAH RAGA! SEKARANG ADALAH WAKTU YANG PALING TEPAT UNTUK MEMBUKTIKAN SIAPA YANG LEBIH HEBAT DI ANTARA KITA BERDUA!" teriak Gai lagi, ia berbicara seperti pejuang kemerdekaan yang akan perang.

"Bagaimana kalau besok saja Gai, aku sedang sibuk," kata Kakashi malas-malasan.

Gai tidak bicara lagi, ia mendekati Kakashi hingga jarak mereka sejengkal saja, ia kemudian mengambil ancang-ancang dan..

"HYAAAATT!" Gai meninju Kakashi dengan gerakan cepat, Kakashi mendelik kaget dan melompat secepat kilat sehingga Gai mengenai kursi yang diduduki Kakashi sampai hancur.

"G.. Gai! Gai! Tunggu dulu!" Kakashi mengangkat tangannya pertanda ia tidak mau bertanding, tetapi Gai tampak tidak peduli. Ia kembali mengambil ancang-ancang.

"CIAAAATT!" Gai menendang wajah Kakashi dan mengenai tembok kamar Kakashi, Kakashi sudah lebih dulu melompat ke jendela dan berniat kabur dari Gai.

"Kita ketemu besok saja Gai!" kata Kakashi, ia menghilang dengan bunyi "Poff" yang keras dan meninggalkan Gai dengan semangat yang masih berkobar-kobar.

Kakashi melompat dari atap satu ke atap lain untuk mencari tempat yang bagus untuk membaca dengan tenang sekaligus tidak diketahui oleh Gai. Kakashi tahu betul sifat Gai, ia tidak akan menyerah selama mereka belum benar-benar bertanding. Ia tidak akan keberatan diajak bertanding, tapi tidak hari ini! Ini adalah hari yang langka dalam hidupnya.

Kakashi menatap kedai Ichikaru dan mengamatinya, ternyata masih sepi. Ia bisa numpang baca disana.

"Yosh!" Kakashi menyapa pemilik kedai. "Aku pesan 1 ramen,"

"Wah pagi sekali," kata pemilik kedai.

"Ya, aku sudah lapar," kata Kakashi. "Oh ya, boleh aku membaca disini?"

"Tentu saja Kakashi, kau boleh membaca disini kapan saja,"

"Hehe.. Arigatou!" kata Kakashi, ia memilih kursi paling pojok dan kembali tenggelam dalam bukunya. Akhirnya, Gai tidak akan tahu ia kesini. Dia pasti akan mencarinya di menara atau rumah Naruto.

"Benar kau mau mentraktir?" kata sebuah suara yang familiar di telinga Kakashi.

"Tentu saja! Memangnya aku pernah bohong?" kata suara lain.

"Kenapa tidak mengajak yang lain juga?"

"Soalnya mereka sibuk! Baka!"

"Aku mau ramen porsi super!" kata suara yang lain lagi.

"Huh, merepotkan.."

"Selamat datang," kata pemilik Ichikaru.

"Selamat pagi paman! Kami mau makan disini!" kata anak laki-laki berambut pirang ceria, ia kemudian menoleh ke arah Kakashi. "Kakashi-sensei!"

Kakashi menoleh dan menatap 4 anak yang sangat dikenalnya.

"Oh, ternyata Naruto, Ino, Shikamaru dan Chouji," kata Kakashi. "Tumben ramai-ramai kesini?"

"Ino berniat mentraktir kami," kata Naruto, ia mengambil tempat duduk di sebelah Kakashi.

"Kau sendiri tumben sekali makan ramen?" kata Ino.

"Sedang ingin saja," kata Kakashi tersenyum, ia lalu kembali menekuni bukunya.

"Silahkan," kata pemilik Ichikaru, ia menghidangkan 4 porsi Ichikaru.

"Wah! Mantap!" kata Naruto, ia langsung memakan ramennya dengan lahap. Begitu juga dengan Ino, Chouji dan Shikamaru.

"Seandainya saja Sakura-chan dan Teme ada disini, pasti lebih asyik," kata Naruto.

"Memangnya mereka kemana sih? Dasar jidat lebar itu!"

"Tidak tahu, kalau Teme biasanya sih latihan,"

"Jangan-jangan mereka berkencan?" kata Ino. "Awas saja kalau si jidat lebar itu berani.."

"Hn.. Tidak mungkin," kata Shikamaru. "memangnya sejak kapan si Sasuke itu punya selera yang bagus?"

"Dia punya selera yang bagus, makanya dia tidak memilih Jidat lebar!" kata Ino. "Dia pasti akan memilihku!"

"Hoaaah.. Merepotkan," kata Shikamaru, ia menyandarkan kepalanya ke meja Ichikaru dan tidak bicara lagi.

"Rasanya tibak bungkin Sasuke membilihmbu," kata Chouji sambil terus menjejalkan ramen ke mulutnya.

"Apa kau bilang?"

"Hey! Kenapa kalian terus membicarakannya sih?" protes Naruto.

"Kau yang mulai duluan!"

"Aku mau tambah!" teriak Chouji.

"Tambah lagi?" kata Naruto.

"Memangnya kenapa? Ino saja tidak keberatan! Iya kan Ino?"

"Yeah.. Makan saja sepuasmu," kata Ino cuek, ia kelihatannya masih sibuk memikirkan Sasuke dan Sakura.

"Memangnya kau tidak kenyang?"

"Aku masih lapar!" kata Chouji, akhirnya Naruto menyerah dan menggumam sendiri.

"Dasar gendut,"

Cling! Mata Chouji berkilat mendengar kata 'gendut' dan seketika menatap Naruto dengan pandangan 'siap makan'. Ia meletakkan sumpitnya dan memusatkan perhatian hanya pada Naruto.

"Kau bilang apa tadi?"

Naruto menelan ludahnya dan berkeringat dingin, sementara Ino dan Shikamaru menatap Chouji dengan pandangan 'Oh tidak!'.

"A.. Aku tidak bilang apa-apa," kata Naruto.

"Kau tadi bilang aku GENDUT! AKU AKAN MENGGILASMU NARUTO! HIAAATTT!"

Kakashi berjalan lunglai ke arah Timur, ia sudah cukup repot menghindari Gai dan baru saja melawan bola raksasa yang susah dijinakkan. Chouji seperti badak liar yang senang menyeruduk apa saja, dan ia hampir saja menghancurkan seluruh bangunan Ichikaru seandainya Kakashi dan yang lain tidak berhasil menenangkannya. Dan berita terburuknya adalah, ia tidak mungkin bisa membaca lagi disana setelah kejadian barusan. Setidaknya, Kakashi harus mencari tempat baru untuk menyelesaikan membaca. Tanpa Gai, tanpa keributan.

"Huh?" Kakashi menatap pohon apel yang besar dan melompat ke atas pohon. Ia tersenyum lega dan memposisikan dirinya di tempat paling nyaman. Akhirnya, ketenangan, dan ia bisa kembali membaca Icha-Ichanya.

"BUG!"

Kakashi mengangkat wajahnya, sepertinya ia mendengar sesuatu barusan.

"BUG! BUG!"

Kakashi menoleh ke bawah, ia hampir saja melompat kaget ketika melihat sesuatu di bawahnya.

Di bawah sana, ada makhluk berspandex hijau ketat dengan alis tebal dan potongan rambut ala Changcuters tengah menatapnya! Yang membuat Kakashi tidak jadi melompat adalah karena makhluk itu ternyata memiliki DNA yang berbeda dari yang ditakutinya. Yang ini memiliki wajah yang lebih muda dan alis yang lebih tebal. Kakashi memandangnya dan menghela napas lega.

"Rock Lee, sejak kapan kau ada disini?" tanya Kakashi.

"YOSH KAKASHI SENSEI!" Lee berteriak antusias menyapa Kakashi. "SAYA BARU SAJA MELATIH KAKI DAN TANGAN SAYA DENGAN POHON DI HUTAN INI! SAYA BARU MENCOBA SETENGAH DARI LAHAN DI HUTAN DAN BERNIAT MENCOBA SEMUANYA!"

Kakashi melongo memandangnya.

"Kau berniat memukuli semua pohon di hutan ini?"

"YA! SAYA HARUS MENYELESAIKANNYA DALAM SATU HARI!"

Kakashi mengelus dada dan turun dari pohon dengan hati merana, bahkan di tengah hutan ia masih saja tidak tenang.

"Hoi Lee," kata Kakashi. "Apa kau yang merobohkan pohon-pohon itu?"

Kakashi menunjuk beberapa pohon yang tumbang.

"YA! ITU SAYA!"

Kakashi menghela napas berat dan memutuskan akan pindah tempat saja.

"Hati-hati berjalan Kakashi Sensei!" kata Lee. "Banyak lubang jebakan,"

"Yosh! Terima kasih sudah memberi tahu,"

Kakashi melompat-lompat di atas atap sambil mengawasi keadaan, ketika terlihat sosok lelaki berspandex ketat, Kakashi mengambil jalan lain ke selatan. Ia akhirnya menemukan rumah Sasuke yang luas dan mampir. Ia mengetuk rumah Sasuke dan mendapati wajah datar Sasuke ketika muridnya itu membuka pintu rumahnya.

"Halo Sasuke!" Kakashi tersenyum ramah.

"Kakashi Sensei, ada apa?"

"Cuma ingin numpang baca," kata Kakashi. "Kau tumben tidak latihan?"

"Aku baru saja selesai," kata Sasuke.

"Oh begitu,"

"Ya begitu,"

"...?X!"

"..."

"..." Kakashi tersenyum kaku. "Hehe.. Boleh aku masuk?"

"Silahkan,"

Kakashi sudah sepuluh menit duduk di pojok ruang tamu Sasuke, Sasuke memang pilihan paling tepat untuknya saat ini. Dia tidak banyak bicara dan cukup sopan untuk tidak menelantarkan tamunya, Sasuke bahkan memberinya setoples kue dan secangkir teh. Kemudian meninggalkan Kakashi sendirian untuk membaca dengan tenang.

Anak baik, batin Kakashi.

"Konichiwa!"

Kakashi menangkap satu suara familiar lagi, kali ini ia tak akan mengindahkannya.

Terdengar langkah Sasuke ke pintu depan dan suara pintu yang berderit terbuka.

"Konichiwa Sasuke-kun!"

"Hn,"

"Aku membawakanmu jus tomat,"

"Masuk saja," kata Sasuke.

Kemudian terdengar langkah-langkah senang di lantai kayu. "Loh? Ada Kakashi Sensei,"

"Halo Sakura," Kakashi menyapa tanpa mengangkat wajahnya.

"Kenapa kau ada disini?"

"Cuma kebetulan mampir," kata Kakashi. Sakura tidak bertanya lagi ketika Kakashi terlihat tak ingin diganggu, jadi Sakura langsung duduk di sofa Sasuke.

Sakura memang pengertian, batin Kakashi.

"Yoo TEMEE! KAU ADA DI DALAM?"

Sakura bangkit dan membuka pintu depan.

"Kenapa teriak-teriak Naruto?" kata Sakura.

"Waa.. Sakura-chan! Kenapa kau ada disini? Kau dan Teme tidak.."

"Jangan bicara lagi!"

"Kalau begitu aku masuk saja," kata Naruto, ia menoleh dan menatap Kakashi.

"Halo Naruto!" Kakashi berkata cepat sebelum Naruto sempat bertanya. "Aku cuma mampir sebentar, kalian lakukan saja apa yang akan kalian lakukan,"

Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan bingung.

"Jangan mengganggunya Naruto!" kata Sakura. "Kurasa kita hanya harus.. Ya ampun Sasuke-kun! Kau membawakan kami jus tomat, aku membuatnya untukmu. Kenapa kau menghidangkannya pada kami juga?"

"Ewwh.. Teme! Kau suka jus tomat?" Naruto berkata tidak minat.

"Makanya aku memberimu ini Dobe!" Sasuke meletakkan segelas air putih di meja, Naruto tampak sakit hati.

"Kau memberi Kakashi Sensei dan Sakura-chan minuman enak, kenapa kau cuma memberiku air putih?"

Sasuke tidak berkata apa-apa dan hanya meneguk jus tomatnya sendiri.

"Sudahlah Naruto, Sasuke-kun sedang kehabisan bahan makanan dan minuman, lagipula air putih kan juga sehat,"

"Iya, iya," kata Naruto.

Kakashi berusaha berkonsentrasi pada tulisan yang tercetak di buku, tapi fokusnya berkali-kali disela oleh suara-suara yang datang dari Naruto dan Sakura. Mereka terus saja berbicara dan berdebat mengenai hal apa saja. Kakashi memicingkan matanya dan membaca baris-baris katanya.

-wanita berambut merah itu- "APA YANG KAU LAKUKAN NARUTO?"

-bertemu lelaki tinggi de- "YA AMPUN SAKURA-CHAN!"

-terlibat obrolan seru d- "Dobe!"

-d.. dan saling bercerita tent- "JANGAN IKUT CAMPUR TEME! DAN JANGAN PANGGIL AKU DOBE!"

-pekerjaannya adalah seorang akunt..- "Dobe!"

-di Kyoto-"KAU TEME!"

-namun ibunya meninggal setelah melahir- "JANGAN MEMANDANGKU BEGITU TEME! ATAU AKU AKAN.."

"Yosh kalian bertiga!" Kakashi akhirnya menyela perdebatan mereka, ia memandang mereka dengan frustasi. Ia bangkit dan menepuk-nepuk celananya.

"Aku pergi dulu," kata Kakashi.

"Memangnya ada ap.."

"POOFF!"

Kakashi menghilang dengan bunyi keras meninggalkan 3 murid kesayangannya.

Kakashi hampir putus asa berjalan mencari tempat tenang untuk membaca dan berpikir, apa sebaiknya ia membaca di neraka saja?

Kakashi berjalan kemana saja dan tidak peduli ia akan kemana, kalau perlu ia akan membaca di dalam sumur kering.

"RIVALKU KAKASHI!"

Kakashi menengok terlalu cepat pada sumber suara sehingga lehernya sakit.

Ia tidak sempat bereaksi lebih jauh selain berlari secepat ia bisa.

"HOI!" Gai berteriak di antara keramaian dan berlari cepat sekali mengejar Kakashi. Saking cepatnya, Gai menabrak pedagang buah yang ada di pinggir jalan. Ia sampai terjungkal dan jatuh bersama apel dan buah-buahan lain.

Pedagang buah meringis kesakitan dan mendelik pada Gai, jelas menunjukkan ketidaksukaannya.

"MAAFKAN SAYA!" Gai berteriak lantang, ia bergerak cepat untuk mengumpulkan buah-buahan itu kembali ke tempatnya. Setelah semua beres, Gai bangkit dan mengedipkan sebelah matanya, ia mengangkat jempolnya dan meringis memamerkan gigi putihnya pada penjual buah.

"SUDAH BERES! KALAU KAU BUTUH APA-APA LAGI, PANGGIL SAJA SAYA!" teriak Gai, ia kemudian mengedipkan sebelah matanya lagi dan pergi.

"YEAH! Aku akan memanggilmu!" kata penjual buah. "KALAU AKU PERLU ORANG SINTING!"

Kakashi berlari terus, ia berkali-kali mencoba menyamarkan diri dengan menyamar sebagai orang lain. Ia menyamar sebagai Neji yang tengah duduk di sebuah emperan toko dan pura-pura tidak memperhatikan Gai yang sangat mencolok.

Kakashi menelan ludahnya ketika Gai berhenti dan memandangnya lekat-lekat.

"Aku tahu itu KAU KAKASHI!" Gai berteriak antusias. "TIDAK MUNGKIN NEJI HYUUGA MEMEGANG BUKU ICHA-ICHA!"

Kakashi kaget dan menyadari kesalahannya, ia kemudian berlari secepat ia bisa dan berusaha keras agar tidak tertangkap oleh Gai.

"AKU ANGGAP ITU SEBAGAI TANTANGAN KAKASHI!"

Dan mereka terus berlari dan memainkan petak umpet yang selalu berakhir dengan keberhasilan Gai menemukan Kakashi, sampai sore menjelang, akhirnya Kakashi hampir kehabisan tenaganya.

Ia lagi-lagi terjebak di hutan yang sudah ia kunjungi pagi tadi. Ketika ia berjalan lebih dalam ke tengah hutan, ia berniat mencari pohon lagi. Meskipun kemungkinan besar akan ditemukan oleh Gai. Ketika ia tengah mengatur napasnya yang ngos-ngosan, tiba-tiba terdengar sebuah gemuruh yang berbunyi aneh.

Kakashi mendelik ketika sebuah pohon besar melayang ke arahnya dan menabraknya sampai ia terlempar dan jatuh ke tanah, anehnya tanah itu amblas ketika tertimpa tubuhnya. Kakashi terjatuh lebih dalam ke dalam tanah, ia mengusap punggungnya dan meringis kesakitan. Dari mana datangnya segelondong pohon itu? Ia menatap ke atas, dan menyadari dirinya jatuh ke dalam lubang jebakan. Dan lubang itu tertutup oleh segelondong pohon yang tadi menabraknya, menyisakan sedikit lubang untuk cahaya masuk. Tiba-tiba Kakashi meringis senang, ia menepuk-nepuk bajunya dan duduk di atas tanah. Menyandarkan tubuhnya dengan santai dan membuka buku berwarna oranye dan mulai membaca.

"GYAAA! Demi Gai Sensei dan jiwa mudanya! Aku berhasil memukul satu pohon sampai tercerabut dari akar-akarnya!"






Picture Collection (NEW)




TRAGEDI DI TENGAH HUJAN

Disclaimer:I don't own Naruto

TRAGEDI DI TENGAH HUJAN

written by sasunaruislove


Summary:Naruto dan Sasuke kebasahan karena mereka kehujanan, mereka berlindung di gubuk tua di dekat sungai. Mereka melepaskan pakaian mereka, untuk mengeringkan pakaian mereka, dan tiba2 Sasuke mendekati Naruto dan …. Apa yang dilakukan Sasuke? Apakah mereka terus di gubuk tua itu?

Warning: Cerita ini bukan buatan uzuchi. Yang buat temenku yang karena males buat account jadi cerita buatan dia ini 'dititip' di account aku. Biasalah, pemalas. -.-'

AN:Ini Fanfic pertama yang kubuat disini. Jadi gomen nasai -.- kalo aneh dan gak nyambung! Sebenarnya gak rela sih Naru jadi ma Sasuke. Banyak yang bikin fanfic tentang SasuNaru. Tapi tetep gak rela. Tapi fanfic watashi malah Tentang SasuNaru. He he he -!






Dresssssssssss

"Sasuke hujan! Gimana nih!"

teriak Naruto sambil berlari ditengah2 hujan.

"Disitu ada gubuk. Ayo kita berteduh!" ajak Sasuke sambil menarik Naruto.

DRAP DRAP DRAP

Meraka berdua berlari mendekati gubuk tua itu. Mereka memasuki gubuk itu. Lalu mereka melepaskan baju tersebut untuk dikeringkan.

"Naruto, kau manis sekali…." Ucap Sasuke sambil mendekati Naruto.

"Hah! Sasuke, kau bicara apa sih ! kau mengigau ya?" teriak Naru

"Naruto, aku menyukaimu!" ucap Sasuke

Sasuke langsung mencium Naru, 1, 2, 3 dan ke 4. dileher. Dibibir dan pikirin aja ndiri.

"Sasuke apa yang kau lakukan!" teriak Naru

"Naru aku menyukaimu" Sasuke memeluk Naru dengan sangat kuat. Sambil membuka baju Naru.

"SAASSSUUUUKEEEE ! PLAKK" Naru menampar Sasuke, dan langsung pergi meninggalkan Sasuke sendirian.

"SASUKE BODOOHHH" teriak Naru. kenapa dia begitu, memang kami sudah pacaran tapi…

Esoknya …..

Tap tap tap

"Naruchan… gomen nasai. Naruchan maaf ya ya ya ya….. . ." Ucap Sasuke.

"Sasuke kenapa kau selalu membututiku sih! Kau penggemarku ya?"gerutu Naru.

"Naruchan, aku belikan ramen yang banyak deh! Jadi maafkan aku ya soal kemarin itu?" mohon Sasuke.

"Hah ramen! Ng… gak.. aku gak mau dibayar sama makanan! Pokoknya gak mau! curang ramen jadi pancingannya!"gerutu Naru.

"Naruchan RAMEN RAMEN RAMEN masa gak mau"

"aku pingin ramen tapi… gak gak gak gak mauuuuuuuuuuuuuuu!"teriak Naru

"Naruto! Apa yang harus kulakukan supaya kamu tidak marah!" harap Sasuke

"AKU MAU KITA PUTUS!" teriak Naru

"Hah!" trakkkk brukkk Sasuke jatuh seperti kepingan kaca pecah.

"Pokoknya aku benci Sasuke!"

"…."Jlebbbbbbbbbbbbbbb

"Sasuke kau dimana!" mencari Sasuke.

"Hei Naruto! Apa yang akulakukan pada Sasuke!"Tanya Nejisan.

"Hah, apa! Aku malah mencari Sasuke, kau tau dimana Sasuke? Nejisan" Tanya Naru

"Kau itu bakadobe ya! Itu dibawahmu kau injak siapa!" ucap Nejisan.

"Hah! SASUKE!" melihat kebawah.

"Naruchan jangan bilang kau minta putus…. Hiks3x. Ya tuhan, aku mohon tolonglah akuuuuuuuuuuu….. jangan biarkan Naruchanku meninggalkanku…" ucap Sasuke sambil memegang kaki Naru yang ingin pergi.

"Sasuke lepaskan aku!" ucap Naru

"….."

"SASUKE LEPASKAN AKU!" teriak Naru. "Kenapa sih kau selalu saja begini Sasuke kau hanya memikirkan dirimu sendiri, dan selalu saja ingin …. Seperti tadi malam. AKU TIDAK TERIMA!" ucap Naru.

"Naruchannnnhiks3x"

"AKU BENCI SASUKE!" teriak Naru sambil meninggalkan Sasuke.

"Sasuke, apa kau tidak apa-apa?" Tanya Nejisan.

"…"

"Sasuke?" Tanya Nejisan

"Neji kau teman baikku kan!"

"Hah!... Sasuke ap….."

RENDAN!

UGHHHHHHHH.

KATON!

WAHHHHHHHHHHHHHH

CHIDORI

AAAAAAAAAAAAA…CROTHH….

"Terima kasih Nejisan" plok plok (sampil menepokkan tangannya). "Mudah-mudahan kau diterima disinya".

tap tap tap

(kasihan Neji….. dia telungkup dengan terbanjir oleh darahnya sendiri…. . Dasar Sasuke dia sebagai teman saat dia sedang kesal saja. Itu sama saja dengan menjadi korban keganasannya)

TAP TAP TAP

"Halo my baka otoutouuuuuuuuuu!"ucap Itachi. "Kita sudah lama tidak bertemu!" ucap Itachi.

"ANIKIIIIIIIIIIII! Aku sedang kesal jadiii ! "bentak Sasuke.

"Sasuke, kenapa kau marah padaku! Kau sedang marahan ya sama Naruchan! Hehehe. Kayak aku dong sama Nejisan baik2 saja."

"ANIKI AKU INGIN SEKALI MEMBUNUHMU."

"Sasuke jangan. Kita ini masih saudara aku mohon ya…"

"ANIKIIIIIII!, aku punya kabar baik untukmu. Tunanganmu Nejisan sudah kubunuh jadi sebaiknya kau menyusul dia ke akhirat! Hehehe" sasuke tertawa licik.

"Sasuke apa yang kau lakukan pada Nejisan ku! Tidak kumohon kau berbohong. Kau tidak membunuhnyakan! Aku kan belum melakukan itu…. Ituuuu dan ituu…."

"HEHEHE"

ZRRRRRRRRRRRTTTTTTTTTTTTT.

"Sasuke kau tidak ingin membunuhkan?"

"Aniki apa kau punya permintaan terakhir!"

"Kumohon, jangan bunuh Itachi kakakmu ini (sambil memohon dengan berlutut)"

Chidoriii

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

"Ya, tuhan pertemukan aku dengan Nejisan" harap Itachi pada detik2 sebelum ia….

(apakah Itachi-san mati? Apa yang sebenarnya terjadi? Jawabannya entar ada dibelakang. Hehehe)

tap tap tap

"Siapa itu? Hei tolong dia tuh, cowok itu seperti mau matii?" kata pejalan kaki.

"" teriak Sasuke.

PRANG

PRANG

BRUK

TAK

TEK

BRUK.

"Ah…. Naruchan! Naruchan….plok" Sasuke mendekati.

"Sasuke…. Kau kenapa?" jawab Naru

"Naruchan jangan bilang kalau kita putus. Kita sudah 3 hari tidak ketemu" kata Sasuke.

"Sasuke, itu sudah tak usah dibahas lagii. Aku dan kau tidak akan bisa nyambung. Aku sudah jadian dengan Orochisama" jawab Naruchan.

"Naruuuuuuuuuuuuuuuu"

Hah hah hah

hanya mimpi, untung itu hanya mimpi! Tapi aku sudah 3 hari tidak bertemu dengan Naruchanku. Tapi kenapa harus jadian dengan Orochi. Mimpi yang buruk….

"Aku harus mencari Naruchan"

Tok tok tok

"Sensei Tsunade, ada Naruchan?" Tanya Sasuke.

"Naruchan, dia tadi bersama Orochi dibelakang"

"HAH! OROCHI! tidak itu tidak mungkin! Masa mimpiku jadi kenyataan!"

drap drap drap

"Naruchan!"teriak Sasuke.

"Sasuke! Ngapain kemari?" kata Naru

"Hai, Sasuke lama tak bertemu!" ucap Orochi.

Grep (sampil memegang leher Orochi) "Untuk apa kau kemari! Jangan bilang kau akan mengambil Naruchan dariku!" marah Sasuke.

"Wooiiiiiiiiiii, dengarkan aku. Jangan langsung mencekekku!"

"Tidak ada ampun kalau ada yang mengambil Naruchan dariku!"

"NARUCHAN ITU HANYA MAU KONSULTASI PADAKU!" teriak Orochi sebelum napasnya habis karena cekikkan Sasuke

sretttttttttt.

"Hah hah hah. Mati dah gw" ucap Orochi.

"Untuk apa kau konsultasi pada orang bodoh ini Naruchan?" Tanya Sasuke.

"Aku ingin tau kenapa selalu saja Sasuke ingin melakukan itu….." jawab Naru.

"Ah itu. Naru maafkan Sasuke mu ini. Aku janji tidak akan mengulanginya. Jadi aku mohon kau tidak bilang kalau kita putus" ucap Sasuke.

"Naruchan juga sebenarnya gak mau putus sama Sasuke! Tapi Sasuke harus janji jangan melakukan itu lagiii" ucap Naru.

"Ya, aku janji…"jawab Sasuke.

"Naruchan jangan percaya sama Sasuke! Mendingan jadi pacarku saja!" kata Orochi.

BUK

"Ayo Naru. Kita rayakan kebersamaan kita ini dengan makan..."

"RAMEN AKU MAU RAMEN" ucap Naru bersemangat.

"Ya, aku tau kok!" jawab Sasuke.

"Irasshaimase….."ucap pelayan toko Ramen.

"Aku mau makan ramen yang banyak!" ucap Naru.

"Iya iya"

tak… (ramen sudah datang)

"Itadakimasu" ucap Naru.

" Ayo. Mari makan !" jawab Sasuke.

Srup sruputt Srupuutt

(tau ah gak ngerti bunyi orang makan Ramen! Hehehe)

beberapa menit kemudian tepatnya 15 menit dari atas.

"Ayo kita pulang!" ajak Sasuke.

"Ayo…."

Tik tik

Tes tes tes

Dresssssssss (ni suara ujan lagii loh)

"Naru ayo kita berlindung dibawah pohon itu!" ajak Sasuke.

"Ayo"

"Ng….. Naruchan aku… aku….."

"Ada apa?" Tanya Naru.

Cup. Sasuke mencium 1, 2, 3, 4 dan…. Tiba2 menggerayapi tubuh Naru.

"SASUKE! PLAKKKKKKKKKKKKKK"

(ya seperti itulah sikap Sasuke yang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Oh ya jawaban tadi yang "Apa Itachisan mati? Apa yang akan terjadi?". Itachisan gak matii kok dia malah senang babak belur ditindas sama baka otoutou…. Permintaan terakhirnya dikabulkan. Karna)

"Nejisan2. Aku senang kita bisa berduaan di rumah sakit ini!" ucap Itachi.

"Itachi. Peluk aku didepan banyak orang" ucap Nejisan.

"ah biarin saja. Untung saja kita sekamar aku kan bisa melakukan yang aku inginkan…" ucap Itachi.

"Kau itu berisik! Aku khan jadi maluu" ucap Neji

"Ya walaupun kaki dan tangan kita tidak bisa bergerak. Aku akan selalu bersamamu" ucap Itachi.

"Iya iya. Tapi sampai kapan begini terus. Sasuke….." teriak Nejisan.

(Itachi sih malah seneng karena mereka berdua sekamar. Sedang Nejisan mikir. Bila dia jadi kakak iparnya apa dia akan dibantai. Hahhhhhhhhhhhhhh…)





Don't Forget The Sunblock

Disclaimer:I don't own Naruto

Don't Forget The Sunblock

written by Rikku9314



"I told you to put sun block on, but would you listen?" Tenten sighed exasperatedly as she poured some more oil on her hands.






"Hn," Neji replied, cringing slightly as Tenten placed her hands on his back, rubbing the aloe over his very red shoulders.

"You Hyugas think you're just so invincible that you forget the basics," she said, rolling her eyes slightly as she closed the bottle and stood up, stretching her arms up over her head. She turned behind her and handed her teammate his shirt, smirking slightly as he winced when he put it on.

"I on the other hand put on SPF of 50 and look at my nice wonderful tan!" She held out her copper arms, admiring them and grinning as she held them up for her sunburned companion to see. He glared at her slightly.

"Okay Tenten, point proven, next time we carry watermelons for 3 hours I'll remember to put on sun screen." He stood up off the bench they had been sitting on and he and Tenten began walking in the direction of the park where the rest of their friends were busy decorating for the party that night.

"Well that and at least wear a shirt or something," Tenten laughed as she walked beside him. She sighed and looked up. It was a perfect last day of summer; not a cloud in the sky, not a breath of wind and easily 25 degrees above. Tomorrow would be the first day of fall and she was sure that nature would take advantage of that fact and the weather would instantly cool and cloud over.

The loud booming voice of their teammate reached the couple's ears minutes before they saw his signature green jump suit bouncing around the area that Team Kakashi had taken over in the park for their BBQ. Ino and Sakura were hanging up multi-colored Chinese lanterns between trees while Hinata placed candles inside them, ready to be lit for when the sun set. Chouji was standing at the BBQ, but who had set him to the task of preparing the meat was beyond Tenten as he kept glancing around before surreptitiously placing a few pieces in his mouth. A few feet away Sai sat a table, looking up occasionally from the scroll that was spread out before him and then drawing his brush across the parchment. Kiba chuckled next to Shino as Lee, Naruto and Akamaru ran around in circles chasing each other. A few meters away, Shikamaru shot the loud group an annoyed look and returned to his cloud gazing.

As Neji and Tenten approached the group Lee broke off from the romping and dashed over to his two teammates.

"There you are my youthful companions! You are tardy, and the watermelons have yet to be cut!" he bellowed at them, gesturing at the pile of watermelon the team had picked, including the one Lee has chosen that was half his height. Tenten put her hands on her hips and glared at him.

"Well if the watermelon needs to be cut so badly why don't YOU do it, Lee?" she accused as she heaved a watermelon over to the long table that Sai was sitting at. She grabbed the nearby knife that Sakura had brought and began slicing the watermelon into perfect triangular slices, her deft weapons hands doing what they did best.

"Because, oh flower of our team, I did not want you to miss out on the chance to train!" he screamed before running back to the hyperactive blonde boy and ninja dog. Tenten rolled her eyes at them as she went back to grab another watermelon.

"Cause you know, cutting watermelon is just so strenuous…" she said under her breath.

"Apparently it is, Tenten," said Sakura as she walked towards her friend, the lanterns all hung. "Why else would Neji just stand there and not help you?" Tenten looked up from the watermelon to see Neji shifting uncomfortably and adjusting his shirt. She grinned at him shrewdly as he gave her a look that clearly said "don't you dare".

"Oh, well that's just because Neji has a rash," she said, smiling, as she cut into the soft innards of the melon, juices pooling onto the table.

"It is NOT a rash," Neji replied, glaring at her as their friends all snickered around him. He held his chin up and went to grab the watermelon Lee had picked out, but not without making a face that plainly showed he was in pain.

"Suuure, it's not…," Sakura said, walking over to help Hinata mix the punch.

Neji shot Tenten an evil look as he too began to help cut the watermelon with the weapons mistress who was obviously enjoying herself, if only a little too much.

"It is actually, and it's highly contagious as well, just ask Tenten," he said coolly, smirking to himself as Tenten looked up, horrified. Then she narrowed her eyes and leaned over and whispered to him softly so that no one else could hear.

"Next time you'd better listen to me," she said. "Hey Lee! Come over here! Don't you think Neji is doing such a YOUTHFUL job of cutting up this watermelon?" Lee enthusiastically ran over to examine his friend's handiwork.

"Oh yes, Tenten! It is simply beautiful and so youthful!" Lee said, giving his teammate the thumbs up sign.

"I thought so too. Don't you think he deserves a pat on the back?" She smiled sweetly at Neji as his eyes widened in sudden fear.

"But of course!" And with that Lee slapped Neji on the back and ran back to join the frolicking once more.

Neji stood straight as a board in silence, tears welling in his eyes, as Tenten hummed happily to herself.




Getting Ready

Disclaimer:I don't own Naruto

Getting Ready

written by Rikku9314



Neji paced silently across the simple, barely furnished living room of his team mate's apartment, his suit beginning to wrinkle from being folded in the same places as he walked around. Why did girls always take so long to get ready? Tenten had gone into the bathroom nearly an hour ago and she had yet to emerge. Occasionally he would hear her cluttering around in the small room doing who knew what.

"Hah..." Neji sighed impatiently. He stopped pacing and looked up as he heard the familiar creak of a door being opened.









"Neji, are you being impatient again?" Tenten teased, giving him that adorable look that made him want to wrap her up in his arms.

"...Hn," he replied as he walked over to the slender kunoichi, still dressed in her bathrobe. "You know the awards ceremony for you becoming jounin will be OVER before we get there if you take much longer," he ridiculed.

"Oh, be patient, Neji! All I need to do is get dressed!" She pushed Neji out the door to the bathroom and slammed it shut in his face. Neji tried to hide a smile on his face. Tenten was so cute when she was angry he thought.

He sighed once more and walked over to the small armchair in her living room to wait. He had just begun to daydream when he heard a sharp shriek and the sound of something hitting the ground. He jumped up from his seat and raced to the bathroom door where he flung it open.

Tenten lay huddled on the floor; her legs sprawled out from under her, her hands clutching a red dress. A smooth pool of water was puddled around her, evidently showing that she had slipped on dripping bath water. Next to her lay a fuzzy pink bathrobe.

"Hah! Neji!" Tenten screamed at him before flailing around for her bathrobe to cover herself up.

But Neji had already slammed the door shut and had his hand held up to his nose to stop the trail of blood that began trickling down to the floor.






Naruto MP3 Collection (part 2)

hey guys, i'm yusuf (ucupneptune)...

i or we need your help, because our site have problem with finance...
look, our site is free not use register or payment.... so please donate to us...
how to donate? just click the ADVERTISING in this site...
your donate, is so helpful to our site...
thanks before

BEST REGARD
yusuf (ucupneptune)






Before you download, you must understand that those MP3 from another source.
Many thanks to DILANDAU for the MP3.


1. U can do it domino - naruto shippuden MP3