Icha-Icha Time
written by sasunaruislove
'Sebatang pohon menjadi sangat berarti untuk Kakashi, mengapa?'
Hari liburnya adalah hari paling menyenangkan untuk Kakashi Hatake. Bukan karena hari itu adalah tanggal merah untuknya dan tak perlu mengerjakan misi. Namun hari dimana ia bisa membaca buku Icha-icha tanpa ada murid yang menunggunya di arena latihan. Setidaknya, ia bisa tenang membacanya seharian tanpa beban. Ini adalah hari dimana ia bisa mendalami Icha-Icha dan menyelami maknanya lebih dalam *setidaknya, begitulah pikir Kakashi*.
Seperti saat ini, Kakashi tengah membaca seri Icha-Icha Paradise di kamarnya. Ia membuka jendela kamar, dan duduk di dekatnya sehingga ia bisa merasakan angin pagi musim semi yang dingin dan sejuk. Kakinya ia selonjorkan, kepalanya ditopang bantalan kursi yang empuk, sungguh nikmat.
"Ho ho.." gumam Kakashi ketika membaca bagian romantis di dalamnya, kemudian wajahnya memerah ketika membaca bagian 'mesum'. "Jiraiya sungguh berbakat, sung.."
"BRAKK!"
Kakashi refleks mendelik kaget ketika seseorang mendobrak pintunya dan muncul seperti polisi yang akan menangkap buronannya. Orang yang membuat wanita geli karena tampilannya yang luar biasa.. norak! Lelaki ini memakai spandex hijau ketat dan gaya rambut seperti tempurung kelapa yang ditempelkan di kepalanya. Ia muncul dengan senyum lebar dan pose seperti Ksatria Baja Hitam.
"YEAH!" Teriak Gai, ia mendekati Kakashi dan meninju udara. "KAKASHI! AYO KITA BERTANDING!"
"Heh?"
"INI ADALAH PAGI YANG CERAH! KITA HARUS MEMOMPA SEMANGAT DAN JIWA MUDA KITA DENGAN BEROLAH RAGA! SEKARANG ADALAH WAKTU YANG PALING TEPAT UNTUK MEMBUKTIKAN SIAPA YANG LEBIH HEBAT DI ANTARA KITA BERDUA!" teriak Gai lagi, ia berbicara seperti pejuang kemerdekaan yang akan perang.
"Bagaimana kalau besok saja Gai, aku sedang sibuk," kata Kakashi malas-malasan.
Gai tidak bicara lagi, ia mendekati Kakashi hingga jarak mereka sejengkal saja, ia kemudian mengambil ancang-ancang dan..
"HYAAAATT!" Gai meninju Kakashi dengan gerakan cepat, Kakashi mendelik kaget dan melompat secepat kilat sehingga Gai mengenai kursi yang diduduki Kakashi sampai hancur.
"G.. Gai! Gai! Tunggu dulu!" Kakashi mengangkat tangannya pertanda ia tidak mau bertanding, tetapi Gai tampak tidak peduli. Ia kembali mengambil ancang-ancang.
"CIAAAATT!" Gai menendang wajah Kakashi dan mengenai tembok kamar Kakashi, Kakashi sudah lebih dulu melompat ke jendela dan berniat kabur dari Gai.
"Kita ketemu besok saja Gai!" kata Kakashi, ia menghilang dengan bunyi "Poff" yang keras dan meninggalkan Gai dengan semangat yang masih berkobar-kobar.
Kakashi melompat dari atap satu ke atap lain untuk mencari tempat yang bagus untuk membaca dengan tenang sekaligus tidak diketahui oleh Gai. Kakashi tahu betul sifat Gai, ia tidak akan menyerah selama mereka belum benar-benar bertanding. Ia tidak akan keberatan diajak bertanding, tapi tidak hari ini! Ini adalah hari yang langka dalam hidupnya.
Kakashi menatap kedai Ichikaru dan mengamatinya, ternyata masih sepi. Ia bisa numpang baca disana.
"Yosh!" Kakashi menyapa pemilik kedai. "Aku pesan 1 ramen,"
"Wah pagi sekali," kata pemilik kedai.
"Ya, aku sudah lapar," kata Kakashi. "Oh ya, boleh aku membaca disini?"
"Tentu saja Kakashi, kau boleh membaca disini kapan saja,"
"Hehe.. Arigatou!" kata Kakashi, ia memilih kursi paling pojok dan kembali tenggelam dalam bukunya. Akhirnya, Gai tidak akan tahu ia kesini. Dia pasti akan mencarinya di menara atau rumah Naruto.
"Benar kau mau mentraktir?" kata sebuah suara yang familiar di telinga Kakashi.
"Tentu saja! Memangnya aku pernah bohong?" kata suara lain.
"Kenapa tidak mengajak yang lain juga?"
"Soalnya mereka sibuk! Baka!"
"Aku mau ramen porsi super!" kata suara yang lain lagi.
"Huh, merepotkan.."
"Selamat datang," kata pemilik Ichikaru.
"Selamat pagi paman! Kami mau makan disini!" kata anak laki-laki berambut pirang ceria, ia kemudian menoleh ke arah Kakashi. "Kakashi-sensei!"
Kakashi menoleh dan menatap 4 anak yang sangat dikenalnya.
"Oh, ternyata Naruto, Ino, Shikamaru dan Chouji," kata Kakashi. "Tumben ramai-ramai kesini?"
"Ino berniat mentraktir kami," kata Naruto, ia mengambil tempat duduk di sebelah Kakashi.
"Kau sendiri tumben sekali makan ramen?" kata Ino.
"Sedang ingin saja," kata Kakashi tersenyum, ia lalu kembali menekuni bukunya.
"Silahkan," kata pemilik Ichikaru, ia menghidangkan 4 porsi Ichikaru.
"Wah! Mantap!" kata Naruto, ia langsung memakan ramennya dengan lahap. Begitu juga dengan Ino, Chouji dan Shikamaru.
"Seandainya saja Sakura-chan dan Teme ada disini, pasti lebih asyik," kata Naruto.
"Memangnya mereka kemana sih? Dasar jidat lebar itu!"
"Tidak tahu, kalau Teme biasanya sih latihan,"
"Jangan-jangan mereka berkencan?" kata Ino. "Awas saja kalau si jidat lebar itu berani.."
"Hn.. Tidak mungkin," kata Shikamaru. "memangnya sejak kapan si Sasuke itu punya selera yang bagus?"
"Dia punya selera yang bagus, makanya dia tidak memilih Jidat lebar!" kata Ino. "Dia pasti akan memilihku!"
"Hoaaah.. Merepotkan," kata Shikamaru, ia menyandarkan kepalanya ke meja Ichikaru dan tidak bicara lagi.
"Rasanya tibak bungkin Sasuke membilihmbu," kata Chouji sambil terus menjejalkan ramen ke mulutnya.
"Apa kau bilang?"
"Hey! Kenapa kalian terus membicarakannya sih?" protes Naruto.
"Kau yang mulai duluan!"
"Aku mau tambah!" teriak Chouji.
"Tambah lagi?" kata Naruto.
"Memangnya kenapa? Ino saja tidak keberatan! Iya kan Ino?"
"Yeah.. Makan saja sepuasmu," kata Ino cuek, ia kelihatannya masih sibuk memikirkan Sasuke dan Sakura.
"Memangnya kau tidak kenyang?"
"Aku masih lapar!" kata Chouji, akhirnya Naruto menyerah dan menggumam sendiri.
"Dasar gendut,"
Cling! Mata Chouji berkilat mendengar kata 'gendut' dan seketika menatap Naruto dengan pandangan 'siap makan'. Ia meletakkan sumpitnya dan memusatkan perhatian hanya pada Naruto.
"Kau bilang apa tadi?"
Naruto menelan ludahnya dan berkeringat dingin, sementara Ino dan Shikamaru menatap Chouji dengan pandangan 'Oh tidak!'.
"A.. Aku tidak bilang apa-apa," kata Naruto.
"Kau tadi bilang aku GENDUT! AKU AKAN MENGGILASMU NARUTO! HIAAATTT!"
Kakashi berjalan lunglai ke arah Timur, ia sudah cukup repot menghindari Gai dan baru saja melawan bola raksasa yang susah dijinakkan. Chouji seperti badak liar yang senang menyeruduk apa saja, dan ia hampir saja menghancurkan seluruh bangunan Ichikaru seandainya Kakashi dan yang lain tidak berhasil menenangkannya. Dan berita terburuknya adalah, ia tidak mungkin bisa membaca lagi disana setelah kejadian barusan. Setidaknya, Kakashi harus mencari tempat baru untuk menyelesaikan membaca. Tanpa Gai, tanpa keributan.
"Huh?" Kakashi menatap pohon apel yang besar dan melompat ke atas pohon. Ia tersenyum lega dan memposisikan dirinya di tempat paling nyaman. Akhirnya, ketenangan, dan ia bisa kembali membaca Icha-Ichanya.
"BUG!"
Kakashi mengangkat wajahnya, sepertinya ia mendengar sesuatu barusan.
"BUG! BUG!"
Kakashi menoleh ke bawah, ia hampir saja melompat kaget ketika melihat sesuatu di bawahnya.
Di bawah sana, ada makhluk berspandex hijau ketat dengan alis tebal dan potongan rambut ala Changcuters tengah menatapnya! Yang membuat Kakashi tidak jadi melompat adalah karena makhluk itu ternyata memiliki DNA yang berbeda dari yang ditakutinya. Yang ini memiliki wajah yang lebih muda dan alis yang lebih tebal. Kakashi memandangnya dan menghela napas lega.
"Rock Lee, sejak kapan kau ada disini?" tanya Kakashi.
"YOSH KAKASHI SENSEI!" Lee berteriak antusias menyapa Kakashi. "SAYA BARU SAJA MELATIH KAKI DAN TANGAN SAYA DENGAN POHON DI HUTAN INI! SAYA BARU MENCOBA SETENGAH DARI LAHAN DI HUTAN DAN BERNIAT MENCOBA SEMUANYA!"
Kakashi melongo memandangnya.
"Kau berniat memukuli semua pohon di hutan ini?"
"YA! SAYA HARUS MENYELESAIKANNYA DALAM SATU HARI!"
Kakashi mengelus dada dan turun dari pohon dengan hati merana, bahkan di tengah hutan ia masih saja tidak tenang.
"Hoi Lee," kata Kakashi. "Apa kau yang merobohkan pohon-pohon itu?"
Kakashi menunjuk beberapa pohon yang tumbang.
"YA! ITU SAYA!"
Kakashi menghela napas berat dan memutuskan akan pindah tempat saja.
"Hati-hati berjalan Kakashi Sensei!" kata Lee. "Banyak lubang jebakan,"
"Yosh! Terima kasih sudah memberi tahu,"
Kakashi melompat-lompat di atas atap sambil mengawasi keadaan, ketika terlihat sosok lelaki berspandex ketat, Kakashi mengambil jalan lain ke selatan. Ia akhirnya menemukan rumah Sasuke yang luas dan mampir. Ia mengetuk rumah Sasuke dan mendapati wajah datar Sasuke ketika muridnya itu membuka pintu rumahnya.
"Halo Sasuke!" Kakashi tersenyum ramah.
"Kakashi Sensei, ada apa?"
"Cuma ingin numpang baca," kata Kakashi. "Kau tumben tidak latihan?"
"Aku baru saja selesai," kata Sasuke.
"Oh begitu,"
"Ya begitu,"
"...?X!"
"..."
"..." Kakashi tersenyum kaku. "Hehe.. Boleh aku masuk?"
"Silahkan,"
Kakashi sudah sepuluh menit duduk di pojok ruang tamu Sasuke, Sasuke memang pilihan paling tepat untuknya saat ini. Dia tidak banyak bicara dan cukup sopan untuk tidak menelantarkan tamunya, Sasuke bahkan memberinya setoples kue dan secangkir teh. Kemudian meninggalkan Kakashi sendirian untuk membaca dengan tenang.
Anak baik, batin Kakashi.
"Konichiwa!"
Kakashi menangkap satu suara familiar lagi, kali ini ia tak akan mengindahkannya.
Terdengar langkah Sasuke ke pintu depan dan suara pintu yang berderit terbuka.
"Konichiwa Sasuke-kun!"
"Hn,"
"Aku membawakanmu jus tomat,"
"Masuk saja," kata Sasuke.
Kemudian terdengar langkah-langkah senang di lantai kayu. "Loh? Ada Kakashi Sensei,"
"Halo Sakura," Kakashi menyapa tanpa mengangkat wajahnya.
"Kenapa kau ada disini?"
"Cuma kebetulan mampir," kata Kakashi. Sakura tidak bertanya lagi ketika Kakashi terlihat tak ingin diganggu, jadi Sakura langsung duduk di sofa Sasuke.
Sakura memang pengertian, batin Kakashi.
"Yoo TEMEE! KAU ADA DI DALAM?"
Sakura bangkit dan membuka pintu depan.
"Kenapa teriak-teriak Naruto?" kata Sakura.
"Waa.. Sakura-chan! Kenapa kau ada disini? Kau dan Teme tidak.."
"Jangan bicara lagi!"
"Kalau begitu aku masuk saja," kata Naruto, ia menoleh dan menatap Kakashi.
"Halo Naruto!" Kakashi berkata cepat sebelum Naruto sempat bertanya. "Aku cuma mampir sebentar, kalian lakukan saja apa yang akan kalian lakukan,"
Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan bingung.
"Jangan mengganggunya Naruto!" kata Sakura. "Kurasa kita hanya harus.. Ya ampun Sasuke-kun! Kau membawakan kami jus tomat, aku membuatnya untukmu. Kenapa kau menghidangkannya pada kami juga?"
"Ewwh.. Teme! Kau suka jus tomat?" Naruto berkata tidak minat.
"Makanya aku memberimu ini Dobe!" Sasuke meletakkan segelas air putih di meja, Naruto tampak sakit hati.
"Kau memberi Kakashi Sensei dan Sakura-chan minuman enak, kenapa kau cuma memberiku air putih?"
Sasuke tidak berkata apa-apa dan hanya meneguk jus tomatnya sendiri.
"Sudahlah Naruto, Sasuke-kun sedang kehabisan bahan makanan dan minuman, lagipula air putih kan juga sehat,"
"Iya, iya," kata Naruto.
Kakashi berusaha berkonsentrasi pada tulisan yang tercetak di buku, tapi fokusnya berkali-kali disela oleh suara-suara yang datang dari Naruto dan Sakura. Mereka terus saja berbicara dan berdebat mengenai hal apa saja. Kakashi memicingkan matanya dan membaca baris-baris katanya.
-wanita berambut merah itu- "APA YANG KAU LAKUKAN NARUTO?"
-bertemu lelaki tinggi de- "YA AMPUN SAKURA-CHAN!"
-terlibat obrolan seru d- "Dobe!"
-d.. dan saling bercerita tent- "JANGAN IKUT CAMPUR TEME! DAN JANGAN PANGGIL AKU DOBE!"
-pekerjaannya adalah seorang akunt..- "Dobe!"
-di Kyoto-"KAU TEME!"
-namun ibunya meninggal setelah melahir- "JANGAN MEMANDANGKU BEGITU TEME! ATAU AKU AKAN.."
"Yosh kalian bertiga!" Kakashi akhirnya menyela perdebatan mereka, ia memandang mereka dengan frustasi. Ia bangkit dan menepuk-nepuk celananya.
"Aku pergi dulu," kata Kakashi.
"Memangnya ada ap.."
"POOFF!"
Kakashi menghilang dengan bunyi keras meninggalkan 3 murid kesayangannya.
Kakashi hampir putus asa berjalan mencari tempat tenang untuk membaca dan berpikir, apa sebaiknya ia membaca di neraka saja?
Kakashi berjalan kemana saja dan tidak peduli ia akan kemana, kalau perlu ia akan membaca di dalam sumur kering.
"RIVALKU KAKASHI!"
Kakashi menengok terlalu cepat pada sumber suara sehingga lehernya sakit.
Ia tidak sempat bereaksi lebih jauh selain berlari secepat ia bisa.
"HOI!" Gai berteriak di antara keramaian dan berlari cepat sekali mengejar Kakashi. Saking cepatnya, Gai menabrak pedagang buah yang ada di pinggir jalan. Ia sampai terjungkal dan jatuh bersama apel dan buah-buahan lain.
Pedagang buah meringis kesakitan dan mendelik pada Gai, jelas menunjukkan ketidaksukaannya.
"MAAFKAN SAYA!" Gai berteriak lantang, ia bergerak cepat untuk mengumpulkan buah-buahan itu kembali ke tempatnya. Setelah semua beres, Gai bangkit dan mengedipkan sebelah matanya, ia mengangkat jempolnya dan meringis memamerkan gigi putihnya pada penjual buah.
"SUDAH BERES! KALAU KAU BUTUH APA-APA LAGI, PANGGIL SAJA SAYA!" teriak Gai, ia kemudian mengedipkan sebelah matanya lagi dan pergi.
"YEAH! Aku akan memanggilmu!" kata penjual buah. "KALAU AKU PERLU ORANG SINTING!"
Kakashi berlari terus, ia berkali-kali mencoba menyamarkan diri dengan menyamar sebagai orang lain. Ia menyamar sebagai Neji yang tengah duduk di sebuah emperan toko dan pura-pura tidak memperhatikan Gai yang sangat mencolok.
Kakashi menelan ludahnya ketika Gai berhenti dan memandangnya lekat-lekat.
"Aku tahu itu KAU KAKASHI!" Gai berteriak antusias. "TIDAK MUNGKIN NEJI HYUUGA MEMEGANG BUKU ICHA-ICHA!"
Kakashi kaget dan menyadari kesalahannya, ia kemudian berlari secepat ia bisa dan berusaha keras agar tidak tertangkap oleh Gai.
"AKU ANGGAP ITU SEBAGAI TANTANGAN KAKASHI!"
Dan mereka terus berlari dan memainkan petak umpet yang selalu berakhir dengan keberhasilan Gai menemukan Kakashi, sampai sore menjelang, akhirnya Kakashi hampir kehabisan tenaganya.
Ia lagi-lagi terjebak di hutan yang sudah ia kunjungi pagi tadi. Ketika ia berjalan lebih dalam ke tengah hutan, ia berniat mencari pohon lagi. Meskipun kemungkinan besar akan ditemukan oleh Gai. Ketika ia tengah mengatur napasnya yang ngos-ngosan, tiba-tiba terdengar sebuah gemuruh yang berbunyi aneh.
Kakashi mendelik ketika sebuah pohon besar melayang ke arahnya dan menabraknya sampai ia terlempar dan jatuh ke tanah, anehnya tanah itu amblas ketika tertimpa tubuhnya. Kakashi terjatuh lebih dalam ke dalam tanah, ia mengusap punggungnya dan meringis kesakitan. Dari mana datangnya segelondong pohon itu? Ia menatap ke atas, dan menyadari dirinya jatuh ke dalam lubang jebakan. Dan lubang itu tertutup oleh segelondong pohon yang tadi menabraknya, menyisakan sedikit lubang untuk cahaya masuk. Tiba-tiba Kakashi meringis senang, ia menepuk-nepuk bajunya dan duduk di atas tanah. Menyandarkan tubuhnya dengan santai dan membuka buku berwarna oranye dan mulai membaca.
"GYAAA! Demi Gai Sensei dan jiwa mudanya! Aku berhasil memukul satu pohon sampai tercerabut dari akar-akarnya!"
No comments:
Post a Comment